Biraq yang digunakan umbinya, saat akan diambil atau dipotong menggunakan parang harus mengikuti arah bawah ke atas. Artinya ayunan parang
yang digunakan harus mengarah ke atas, bukan ke bawah. Kepercayaan ini ada kaitannya dengan mitos bahwa arahan parang dari bawah ke atas, dapat
menghilangkan rasa gatal tumbuhan ini. Mereka mempercayai seiring dengan tebasan parang tersebut yang diarahkan ke atas, maka rasa gatal pada tumbuhan
pun ikut pergi atau hilang. Umbi biraq yang telah diambil juga dikupas lebih tebal dan direndam
beberapa saat agar rasa gatal tersebut semakin hilang. Kebiasaan seperti ini sudah menjadi cerita dan sering dilakukan oleh beberapa masyarakat yang
mempercayainya ketika akan mengambil atau mengkonsumsi biraq. Selain biraq, gadung yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis
ini tidak serta merta langsung dapat direbus. Diperlukan perlakuan khusus terlebih dahulu karena bila salah pengolahannya dapat membuat orang yang memakannya
menjadi pusing atau keracunan. Menurut Kardinan 2002, kandungan yang terdapat dalam umbi gadung adalah kandungan alkaloid yang dapat menimbulkan
rasa pusing, mual, bahkan dapat menyebabkan kematian. Cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
untuk menghilangkan efek tersebut dengan cara umbi gadung yang telah dikupas, diiris kecil-kecil kemudian direndam dalam air yang telah dibuburi garam. Dalam
masa perendaman tersebut, gadung diinjak menggunakan lutut kaki. Hal ini berlangsung selama satu hari. Setelah melewati semua proses tersebut, keesokan
harinya barulah gadung dicuci kembali bilas dengan air bersih dan direbus. Tujuan perendaman adalah untuk menghilangkan zat beracun dalam gadung.
5.2.7 Sumber protein
Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis umumnya berasal dari tumbuhan polong-polongan seperti antap Vigna sinensis, bage
Tamarindus indica, botor Psophocarpus tetragonolobus, buncis Phaseolus vulgaris, kacang tana` Arachis hypogea, kedelai Glycine max, ketujur
Sesbania grandiflora dan komak Lablab purpureus. Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tersaji pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
No. Spesies
Tipe habitat 1.
Antap Vigna sinensis kebun, pekarangan, sawah budidaya
2. Bage Tamarindus indica
kebun budidaya 3.
Botor Psophocarpus tetragonolobus kebun, pekarangan, sawah budidaya 4.
Buncis Phaseolus vulgaris kebun, sawah budidaya
5. Kacang tana` Arachis hypogea
kebun budidaya 6.
Kedelai Glycine max kebun budidaya
7. Ketujur Sesbania grandiflora
kebun, pekarangan, sawah budidaya 8.
Komak Lablab purpureus kebun, pekarangan, sawah budidaya
Protein berfungsi sebagai zat gizinutrien yang mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan. Asupan protein baik hewani maupun nabati sehari-hari dapat
digunakan untuk menyusun jaringan baru guna mengganti jaringan yang telah rusak dan mati serta untuk menyusun enzim dan hormon yang dibutuhkan. Hal
ini seperti yang dikemukakan McGregor 2003, “When your body breaks down
damaged cells, the nutrients are reused within the body. This protein is available for cells being rebuilt. Only small amounts of protein are needed for formations of
hormones, enzymes and antibodies ”, bahwa ketika sel dalam tubuh dalam keadaan
rusak, protein memiliki kemampuan untuk membangun jaringan sel yang rusak tersebut juga untuk formasi hormon, enzim dan antibodi.
Menurut Koswara 2010 kacang-kacangan polong-polongan mempunyai keistimewaan yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemak pada
umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang
cukup banyak.
Menurutnya kacang-kacangan
polong-polongan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika
mengkonsumsi kacang-kacangan polong-polongan sebanyak 100 gram 1 ons, maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 kebutuhan protein dan 20
kebutuhan serat per hari. Tumbuhan pangan lainnya yang memiliki kandungan protein nabati di
antaranya adalah jamur-jamuran, rotan dan beberapa varietas talas atau keladi. Spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan liar yang dominasinya ditemukan
di hutan khususnya di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.
5.2.8 Sumber vitamin dan mineral