5.5 Pola Pengelolaan Pulau-pulau Kecil di Kawasan Kapoposan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, kondisi eksisting keenam pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan memiliki potensi sumberdaya kelautan
dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan dan dikelola bagi kesejahteraan masyarakat lokal kawasan dan daerah, melalui alternatif
pengelolaan yang paling sesuai dengan kondisi kawasan adalah pengembangan wisata bahari dengan pola exclusive tourism wisata spesifik.
Pola exlusive tourism merupakan pola wisata bahari yang membatasi jumlah kunjungan wisatawan, terutama jika dikaitkan dengan ketersediaan air
tawar yang terbatas, yang bersumber dari 17 sumur untuk air minum dan 21 sumur untuk mencuci dan mandi di Pulau Kapoposan. Berdasarkan perhitungan,
maka estimasi jumlah kunjungan wisatawan jika dikaitkan dengan sumber air tawar yang ada adalah sebagai berikut: 1 volume air maksimal pada tiap sumur
air minum dari 17 sumur yang memiliki rata-rata kedalaman empat meter dan diameter setengah meter adalah: V = 3,14 x 0,25 x 0,25 x 4 x 17 = 0,785 m
3
x 17 = 785 liter x 17 = 13.345 literhari; 2 volume air maksimal pada tiap sumur
kegiatan mandi dan mencuci dari 21 sumur yang memiliki rata-rata kedalaman tujuh meter dan diameter satu meter adalah: V = 3,14 x 0,5 x 0,5 x 7 x 21 =
5,495 m
3
Selain itu, pola exlusive tourism lebih ditekankan melalui pendekatan konsep yield spending, sehingga meskipun jumlah wisatawan yang menjadi
target lebih sedikit, namun jumlah hari menetap para wisatawan dapat lebih lama, sehingga pengeluaran yang dikeluarkan oleh para wisatawan menjadi
dapat lebih besar. DKP 2007
menyatakan bahwa tolok ukur keberhasilan suatu bisnis pariwisata diukur berdasarkan mass traveller jumlah wistawan dan yield
spending besarnya nilai pengeluaran wisatawan dalam satu kali wisatawan tersebut melakukan perjalanan. Untuk market spesifik yang mempunyai nilai jual
tinggi, akan lebih menguntungkan apabila yield spending yang dijadikan sebagai target daripada menitik beratkan kepada banyaknya wisatawan mass traveller.
Depbudpar 2009 , menyebutkan pula bahwa wisata bahari memiliki dua tolok
x 21 = 5.495 liter x 21 = 115.395 literhari; dan 3 total air tawar yang tersedia dari 38 sumur: 13.345 liter + 115.395 liter = 128.740 liter. Dengan
mengacu pada standar kebutuhan air bersih sesuai WTO 2005
untuk kegiatan wisata bahari di daerah pesisir tropis, maka jumlah kunjungan wisatawan
maksimal bagi kegiatan wisata bahari di Kawasan Kapoposan yang dapat ditampung adalah 128 oranghari.
ukur yaitu peningkatan mass traveler jumlah wisatawan dan yield spending pengeluaran melakukan perjalanan. Untuk mencapai peningkatan jumlah mass
traveler dan yield spending, maka wisata bahari di pulau-pulau kecil memiliki karakter jenis produk, market spesifik dan nilai jual tinggi sehingga diprioritaskan
bagi pencapaian yield spending yang tinggi, daripada jumlah mass traveler. Berdasarkan pendekatan sistem yang sistematis, sistemik, holistik, wholism
mempunyai nilai yang lebih tinggi dalam keterpaduan yang bukan bersifat garis lurus straight lines namun merupakan pemikiran yang melingkar loop, maka
alternatif pengelolaan wisata bahari melalui pola exclusive tourism wisata spesifik di Kawasan Kapoposan dapat digambarkan sebagai sebuah Pola
Cakram Hubungan Interdepedensi Pengelolaan CHIP seperti pada Gambar 17.
Gambar 17 Pola Cakram Hubungan Interdepedensi Pengelolaan CHIP
5.6 Pendekatan Segitiga Keterpaduan Pengelolaan