Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di enam pulau Kawasan Kapoposan Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan meliputi: 1 Pulau Kapoposan, 2 Pulau Gondongbali, 3 Pulau Pamanggangan, 4 Pulau Suranti, 5 Pulau Tambakulu, dan 6 Pulau Papandangan. Penelitian dimulai dengan penyiapan proposal hingga persetujuan proposal penelitian pada bulan Juni 2009. Bulan Juli 2009, Oktober 2009 dan Januari 2010 dilakukan wawancara semi terstruktur wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus atau focus group discussionFGD di Jakarta. Kegiatan survei lapangan ke Kabupaten Pangkep dan keenam pulau kecil di Kawasan Kapoposan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada bulan Agustus 2009 untuk mendapatkan data kondisi eksisting sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Kawasan Kapoposan dengan menggunakan analisis deskriptif, serta melakukan wawancara semi terstruktur wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus atau focus group discussionFGD. Kegiatan survei lapangan tahap kedua dilakukan pada bulan Januari 2010. Pada tahap kedua selain untuk melengkapi data-data sekunder dan primer yang telah diperoleh, dilakukan kembali wawancara kelompok terfokus dengan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk membahas hasil analisis yang sudah diperoleh dari tahap pertama berupa rumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan ke depan. Secara keseluruhan penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian menggunakan teknik survei dengan aspek yang dikaji meliputi kondisi fisik, biologi, ekonomi, sosial, budaya lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana dasar, serta kebijakan dan kelembagaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan: 1 melakukan inventarisasi dan menggali sumber- sumber data sekunder, 2 melakukan pengamatan atau observasi langsung di lokasi penelitian, serta 3 melakukan wawancara semi terstruktur wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus. 1 Inventarisasi dan menggali sumber-sumber data sekunder. Inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber diantaranya dari instansilembaga pemerintah dan non pemerintahswasta baik yang berada di pusat maupun di daerah, serta berbagai buku pustaka dan sumber informasi lainnya, untuk mengetahui kondisi saat ini existing conditions dari lokasi penelitian. Data sekunder yang diinventarisasi diantaranya meliputi: 1 Peta lokasi dan tata ruang wilayah penelitian; 2 Profil pulau-pulau kecil; 3 Data statistik Kabupaten Pangkep dalam Angka; 4 Laporan tahunan; 5 Kebijakan dan hukumperaturan terkait; 6 Rencana kebijakan dan strategi pengelolaan pulau-pulau kecil; 7 Data sekunder lainnya terkait dengan materi penelitian. 2 Pengamatan atau observasi. Pengamatan secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengetahui dan memberikan pemahaman secara langsung terhadap beberapa kondisi pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan mencakup: 1 Pengamatan terhadap keenam pulau meliputi kondisi fisik daratan, perairan, dan kemudahan aksesibilitas menuju lokasi. 2 Pengamatan terhadap aktivitas masyarakat pulau meliputi aspek ekonomi, politik, sosial, budaya dan kelembagaan. 3 Pengamatan terhadap sarana dan prasarana dasar yang ada meliputi transportasi, penerangan, pendidikan, air bersih, sarana tambat kapal, serta sarana pendukung lainnya. 4 Pengamatan terhadap pengembangan kegiatan yang dianggap paling sesuai atau tepat bagi kawasan meliputi: i kegiatan perikanan tangkap: data sebaran terumbu karang dan spesies-spesies asosiasinya ikan karang ekonomis penting dan merupakan komoditas spesifik pulau kecil, teknologi cara penangkapan ikan karang ekonomis yang dilakukan masyarakat, fasilitas penangkapan, daerah penangkapan, dan pemasaran. ii kegiatan budidaya: jenis komoditas yang dibudidayakan, lokasi, teknologi, pengolahan pasca panen, dan pemasaran. iii kegiatan konservasi: peraturan penetapan wilayah konservasi, pemahaman masyarakat atas konservasi, dan kesesuaian zonasi. iv kegiatan wisata bahari: lokasi, potensi sumberdaya daratan dan perairan, sarana dan prasarana pendukung, pemahaman masyarakat, serta dukungan pemerintah daerah. 3 Wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan dan topik yang sudah ditentukan sebelumnya, berupa daftar kuesioner yang fleksibel sehingga memungkinkan terjadinya pengembangan topik pada saat wawancara dilangsungkan. Wawancara dilaksanakan dengan dua cara yaitu: 1 Wawancara dengan responden kunci key person yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil untuk mendapatkan informasi dan gambaran saat ini beserta harapan, kendala, dan usulan- usulan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Responden kunci di tingkat pusat meliputi: Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Akses dan Akselerasi Investasi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Identifikasi Potensi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Ekosistem Pulau-pulau Kecil DKP, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia, Sekretaris Jenderal Masyarakat Pariwisata Indonesia, Ahli Hukum Investasi, pemerhati lingkungan Perkumpulan Telapak, dan Pembina Program Mitra Bahari Regional Sulawesi Selatan beserta mitra perguruan tinggi. Responden kunci di tingkat daerah Kabupaten Pangkep meliputi: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pesisir dan Pulau- pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Bina Usaha dan Kelembagaan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Kantor Perizinan Satu Atap, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, tokoh masyarakat formalinformal, lembaga swadaya setempat, pemilik alat tangkap dan kapal, serta pihak terkait lainnya. 2 Wawancara kelompok terfokus focus group discussionFGD dilakukan untuk memperoleh alternatif kegiatan yang paling sesuai sebagai rumusan rekomendasi kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan. Wawancara kelompok terfokus dilakukan di pusat sebanyak tiga kali dan di daerah sebanyak dua kali, yang dihadiri para pakar di bidang kelautan, perikanan dan wisata bahari yang diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup serta dianggap mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam perumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil ke depan. Wawancara di pusat dengan melibatkan Departemen Kelautan dan Perikanan DKP, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Depbudpar, Departemen Lingkungan Hidup KLH, Masyarakat Pariwisata Indonesia MPI, Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia Gahawisri, Kamar Dagang dan Industri Kadin, WWF Indonesia, Perkumpulan Telapak, Yayasan Kehati, Pembina Program Mitra Bahari PMB serta mitra perguruan tinggi wakil dari Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, dan Universitas Hasanuddin. Salah satu hasil FGD adalah adanya kesepakatan instansi yang mewakili dalam pengisian kuesioner yaitu: Departemen Kelautan dan Perikanan meliputi pejabat eselon II dan III lingkup Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil-Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mewakili Pemerintah Pusat; Perkumpulan Telapak mewakili non goverment organizationlembaga swadaya masyarakat; Universitas Hasanuddin mewakili lembaga pendidikanperguruan tinggi; dan Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia mewakili dunia usahakorporatinvestor baik dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan di daerah, wawancara dilakukan bersama Bupati dan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Kabupaten Pangkep, dengan hasil kesepakatan pengisian kuesioner dilakukan oleh: Pejabat lingkup Eselon II dan III Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Perizinan Satu Atap, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD. Untuk tokoh masyarakat Kawasan Kapoposan disepakati adalah Camat Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kepala Desa Mattiro Ujung, Kepala Desa Mattiro Mattae, pengumpul ikan karang ekonomis ponggawa sunu, ketua kelompok mantan pembudidaya rumput laut, ketua karang taruna, serta guru agamaketua pengurus mesjid di Pulau Kapoposan.

3.3 Analisis Data