sebagai Hari Nusantara, sebagai sebuah hari bagi bangsa ini untuk menoleh sejarah bahari Indonesia, cita-cita dan perjuangan dalam mewujudkan kejayaan
maritim yang berwawasan nusantara. Pimpinan nasional memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional bangsa ini, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, serta keadilan sosial. Oleh karena itu, pemimpin nasional yang meninggalkan paradigma pembangunan daratan land base oriented dan
menggantinya dengan paradigma pembangunan sesuai kondisi obyektif bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan archipelegic state adalah suatu dambaan
bagi terwujudnya suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi saat ini. Menurut
Syakrani dan Syahriani 2009, sejarah
memberi kesaksian bahwa tumbuhnya budaya unggul dalam masyarakat senantiasa bersumber dari keunggulan kepemimpinan dari seseorang danatau
sekelompok pemimpin sebagai inspirator, pemberdaya, penyelaras, teladan, benchmark, dan buku besar bagi orang yang mengikuti atau dipimpinnya.
Pemimpin yang hasilnya biasa-biasa saja, maka ia tidak menjalankan kepemimpinan, tetapi manajemen. Pemimpin harus berhasil mewujudkan
sesuatu yang luar biasa sehingga seorang pemimpin harus memiliki kejujuran, ketulusan, trust atau amanah, kompetensi, berwawasan ke depan visioner, dan
mampu memberi inspirasi kepada pengikut atau yang dipimpinnya.
4. Peraturan dan Perundang-undangan
Peraturan dan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan jika ditinjau dari segi materi peraturan dan perundang-undangan relatif sudah
memadai, namun masih mengalami kesulitan dalam implementasinya di lapangan, khususnya dalam memberikan peluang bagi pemberdayaan pulau-
pulau kecil yang berkelanjutan dan mengangkat kesejahteraan masyarakat lokal. Menurut
Dahuri 2000 , belum memadainya peraturan dan perundang-undangan
terimplementasi di lapangan bukan karena ketidakmampuan aturan dan hukum tersebut mengakomodir seluruh prasyarat yang dibutuhkan dalam pembangunan
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Namun yang menjadi masalah adalah penerapan hukum dan aturan tersebut yang relatif masih sangat lemah, bahkan
terindikasi pula bahwa kadang beberapa peraturan yang dibuat cenderung merugikan rakyat, bukan sebaliknya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Beberapa peraturan dan perundang-undangan yang terkait upaya pemberdayaan pulau-pulau kecil antara lain adalah: 1 UU No. 312004 tentang
Perikanan, 2 UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah, 3 UU No. 272007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 4 UU No.
252007 tentang Penanaman Modal, 5 UU No. 102009 tentang Kepariwisataan, 6 Peraturan Pemerintah No. 262008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, 7 Peraturan Presiden No. 782005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, 8 Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. PER. 20MEN2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya, 9 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.
39MEN2004 tentang Pedoman Umum Investasi di Pulau-pulau Kecil, 10 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.67UM.001MKP2004
tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-pulau Kecil, 11 Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No.
SK.72KP3KXII2004 tentang Pedoman Pembentukan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat, 12 Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil No. SK.76KP3KXII2004 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut, dan 13 Keputusan Direktur
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. SK.77KP3KXII2004 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ekowisata di Kawasan Pulau-pulau
Kecil.
5. Pemerataan Pembangunan dan Pembangunan Terpadu