Pemerataan Pembangunan dan Pembangunan Terpadu

terindikasi pula bahwa kadang beberapa peraturan yang dibuat cenderung merugikan rakyat, bukan sebaliknya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Beberapa peraturan dan perundang-undangan yang terkait upaya pemberdayaan pulau-pulau kecil antara lain adalah: 1 UU No. 312004 tentang Perikanan, 2 UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah, 3 UU No. 272007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 4 UU No. 252007 tentang Penanaman Modal, 5 UU No. 102009 tentang Kepariwisataan, 6 Peraturan Pemerintah No. 262008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 7 Peraturan Presiden No. 782005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER. 20MEN2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya, 9 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 39MEN2004 tentang Pedoman Umum Investasi di Pulau-pulau Kecil, 10 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.67UM.001MKP2004 tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-pulau Kecil, 11 Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. SK.72KP3KXII2004 tentang Pedoman Pembentukan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat, 12 Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. SK.76KP3KXII2004 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut, dan 13 Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. SK.77KP3KXII2004 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Ekowisata di Kawasan Pulau-pulau Kecil.

5. Pemerataan Pembangunan dan Pembangunan Terpadu

Menurut DKP 2006 , kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata diseluruh wilayah tanah air. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya. Berkaitan dengan keseimbangan, Retraubun 2008 menyatakan bahwa kesetimbangan equality antara tuntutankeinginan Pemerintah dengan keinginanharapan seperti misalnya masyarakat pulau-pulau kecil dan di wilayah perbatasan selayaknya terwujud, khususnya atas kepedulian dari Pemerintah. Saat ini di mata masyarakat, Pemerintah selalu ingin “take” namun cenderung melupakan “give”, yang akhirnya menyuburkan timbulnya efek negatif terhadap keberadaan konsepsi wawasan nusantara. Integrasi suatu bangsa dapat dipertahankan jika tingkat kesejahteraan welfare masyarakat sebagai warga negara terjadi atas adanya pemerataan pembangunan. Pemerintahan yang dapat memberikan masyarakatnya kehidupan yang layak, perlakuan yang adil, kepastian hukum, serta peluang kesempatan kerja bagi pemenuhan kebutuhan dasar basic need, akan menumbuhkan rasa toleransi bermasyarakat, rasa peduli akan pertahanan dan keamanan wilayahnya, serta cinta tanah air dalam menjaga keutuhan NKRI. Ketidakmerataan pembangunan menyebabkan Indonesia sebagai negara yang terkenal akan kekayaan sumberdaya alam yang dimilikinya terutama sumberdaya kelautan, justru cenderung mengalami berbagai keterpurukan, khususnya keterpurukan di bidang ekonomi seiring terjadinya degradasi sumberdaya dan lingkungan, yang menurut Fauzi 2006, karena basis pembangunan selama ini masih bertumpu pada growth oriented policy dengan Growth Domestic Product GDP sebagai indikator utama kinerja performance pertumbuhan suatu negara, maka faktor depresiasi dari sumberdaya dan lingkungan tersebut terabaikan, khususnya di lokasi-lokasi yang cenderung belum tersentuh pembangunan seperti misalnya di kawasan pulau-pulau kecil. Pemerataan pembangunan dalam mengurangi terjadinya disparitas ekonomi dan sosial antara kawasan pulau-pulau kecil dengan daratan induknya, selayaknya dilakukan pemerintah sebagai fasilitator terhadap kehadiran investasi domestik dan asing yang diharapkan dapat memacu laju investasi dengan prinsip pembangunan terpadu di kawasan pulau-pulau kecil, yang menurut Bengen dan Retraubun 2006, adalah prinsip pembangunan yang menggabungkan antara kepentingan kualitas lingkungan alam yang baik dengan kualitas pembangunan sosial budaya dan ekonomi, dengan mengutamakan peningkatan keterpaduan berbasis eko-sosio sistem ke dalam pembangunan kawasan pulau-pulau kecil itu sendiri. Retraubun 2003 menyatakan bahwa mekanisme pengelolaan terpadu mencakup empat aspek utama yaitu aspek: teknis dan ekologis, sosial ekonomi- budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan. Sedangkan pengelolaan secara terpadu sendiri adalah pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan dengan cara melakukan penilaian menyeluruh, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, kemudian merencanakan kegiatan pembangunan yang meliputi: 1 Keterpaduan wilayahekologis. Secara keruangan dan ekologis kawasan pulau-pulau kecil memiliki keterkaitan dengan kawasan pesisir dan laut yang lebih besar serta kawasan pulau-pulau di sekitarnya. Dengan keterkaitan kawasan tersebut, maka pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari pengelolaan lingkungan yang dilakukan di kedua kawasan tersebut. Berbagai dampak kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan dan keberadaan sumberdaya kawasan pulau-pulau kecil sebagian besar akibat dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan di kawasan pesisir dan laut serta pulau-pulau besar sekitarnya, seperti industri, pemukiman dan sebagainya disamping adanya kegiatan yang dilakukan di laut lepas itu sendiri, seperti kegiatan perhubungan laut. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil ini harus diintegrasikan dengan wilayah pesisir dan laut yang lebih luas dan pulau-pulau besar sekitarnya, menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan. Pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil yang baik akan hancur dalam sekejap, jika tidak diimbangi dengan perencanaan pembangunan di kedua wilayah tersebut dengan baik pula. Keterkaitan antar ekosistem yang ada harus selalu diperhatikan. 2 Keterpaduan sektor. Sebagai konsekuensi dari beragamnya pelaku pembangunan di kawasan pulau-pulau kecil adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya di kawasan itu. Akibatnya, sering kali terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya yang ada antar satu sektor dengan sektor lainnya. Agar pengelolaan sumberdaya alam di kawasan tersebut dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan, maka dalam perencanaan pengelolaan harus mengintegrasikan semua kepentingan sektor. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan mengganggu, apalagi sampai mematikan kegiatan sektor lain. Keterpaduan sektoral ini, meliputi keterpaduan secara horisontal antar sektor dan keterpaduan secara vertikal dalam satu sektor. Oleh karena itu, penyusunan tata ruang dan panduan pembangunan dan pengelolaan di kawasan ini sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. 3 Keterpaduan disiplin limu. Sumberdaya di kawasan pulau-pulau kecil memiliki sifat dan karakteristik yang unik, baik sifat dan karakteristik ekosistemnya maupun sifat dan karakteristik sosial budaya masyarakat yang tinggal di dalamnya. Dengan sistem dinamika sumberdaya di pulau-pulau kecil yang khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula seperti hidrooseanografi, dinamika oseanografi dan sebagainya. Selain itu, kebutuhan akan disiplin ilmu lainnya juga sangat penting. Pembangunan dan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil menuntut keahlian di atas keahlian yang perlu dimiliki para perencana dan pengelola, seperti: ilmu pertanian, antropologi, analisis kebijakan, ilmu- ilmu ekologi, oseanografi, keteknikan, ekonomi, hukum dan sosiologi. 4 Keterpaduan stakeholders. Segenap keterpaduan di atas, akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku pemanfaatan dan pengelola kawasan pulau-pulau kecil. Seperti diketahui bahwa pelaku pemanfaataan dan pengelola sumberdaya hayati di kawasan pulau-pulau kecil antara lain terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat pesisir, swastainvestor dan juga lembaga swadaya masyarakat LSM yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di kawasan itu. Penyusunan perencanaan pengelolaan pulau-pulau kecil secara terpadu harus mampu mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan yang ada. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan top down dan pendekatan bottom up.

6. Lingkungan, Ekonomi serta Ilmu dan Pengetahuan Teknologi.