1.2 Perumusan Masalah
Pengelolaan pulau-pulau kecil merupakan suatu konsekuensi logis dari sebuah negara kepulauan yang memiliki nisbah antara luas laut dan darat yang
tidak berimbang. Kondisi dimaksud membutuhkan pendekatan pembangunan yang berbeda jika dibandingkan dengan penerapan konsep masa lalu, yaitu
pembangunan kontinental di seluruh wilayah Indonesia secara seragam yang pada akhirnya kurang menyentuh, bahkan cenderung mengabaikan pengelolaan
pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil dan perairannya yang mengandung potensi sumberdaya
kelautan, perikanan dan jasa-jasa lingkungan yang melimpah, saat ini dapat dikatakan sebagai the sleeping giant, karena potensi pulau-pulau kecil selama ini
belum termanfaatkan secara optimal akibat masih rendahnya sentuhan pembangunan yang diduga karena beberapa faktor penghambat seperti: pulau-
pulau kecil umumnya tidak berpenghuni karena ukurannya yang relatif sangat kecil, dan kalaupun berpenghuni memiliki jumlah penduduknya sangat sedikit
sehingga tidak menjadi prioritas utama, letak kawasan ini cenderung terisolasi dan jauh dari ibu kota propinsikabupatenkota, apalagi dari Jakarta sehingga
diperlukan investasi yang besar high cost investment, belum tertibnya administrasi kewilayahan, terjadinya sengketa pemanfaatan ruang ditambah lagi
dengan berbagai keterbatasan-keterbatasan seperti terbatasnya pendidikan, terbatasnya kesehatan, terbatas aksesibilitas, terbatasnya sarana dan prasarana
dasar listrik, air bersih, komunikasi, yang pada akhirnya justru cenderung menempatkan pulau-pulau kecil pada kondisi miskinnya penduduk di kawasan
ini, minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas, serta terjadinya kerusakan lingkungan yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu pola pengelolaan
pulau-pulau kecil yang tepat, sesuai dengan potensi, karakteristik, dan permasalahan yang dimiliki daerah yang bersangkutan, seperti halnya di keenam
pulau kecil Kawasan Kapoposan. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab belum optimalnya
pemanfaatan sumberdaya kelautan, perikanan dan jasa-jasa lingkungan pulau- pulau kecil di Kawasan Kapoposan yang akan diteliti antara lain adalah:
1 Masih kuatnya pengaruh paradigma pembangunan yang bertitik berat pada pembangunan daratan land base oriented yang mengejar pertumbuhan
ekonomi semata. Belum terwujudnya paradigma pembangunan berbasis
negara kepulauan archipelagic state, menyebabkan pembangunan tidak merata sehingga menimbulkan disparitas yang lebar antara pulau induk
daratan dengan pulau-pulau kecil, yang pada akhirnya berpotensi melemahkan wawasan nusantara dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Paradigma pembangunan berbasis daratan cenderung diikuti oleh cara pandang konvensional yang memandang sumberdaya alam termasuk
sumberdaya pulau-pulau kecil sebagai aset yang tetap fixed assets, telah terbukti menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap
sumberdaya, bahkan cenderung melalui cara-cara yang destruktif, sehingga sumberdaya alam mengalami degradasi yang luar biasa. Untuk itu
dibutuhkan adanya suatu pemahaman baru bahwa sumberdaya alam selayaknya dipandang sebagai faktor yang dinamis dynamic assets di mana
modal alam tidak lagi hanya dianggap sebagai aset yang tetap fixed assets, namun memperlakukan modal alam natural capital bersama modal lainnya
yaitu man made capital, human capital dan social capital sebagai empat pilar yang utuh dalam pemanfaatan sumberdaya alam sehingga pemanfaatan
sumberdaya yang dilakukan selalu seiring dengan upaya pelestariannya. Untuk itu dibutuhkan adanya suatu penyediaan data hasil identifikasi potensi
sumberdaya alam Pulau Kapoposan, Gondongbali, Papandangan, Suranti, Tambakulu, dan Pamanggangan..
2 Belum terpadunya keberadaan stakeholders Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan institusi non birokrasi, yang dengan perannya
masing-masing sesungguhnya sangat mempengaruhi pengambilan strategi dan kebijakan pengelolaan kawasan Kapoposan. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu pola pengelolaan yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan dimaksud, sehingga big push dari para pemangku kepentingan
dapat berfungsi secara efisien, efektif dan terpadu. 3 Pola pengelolaan yang tepat sesuai dengan kondisi eksisting pulau-pulau
kecil untuk mengatasi permasalahan yang bersifat khasspesifik sesuai Kawasan Kapoposan dilakukan melalui pendekatan sistem system aproach
sebagai suatu cara yang sistematis dan menyeluruh sistemik untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang
terkait dengan masalah tersebut, tanpa melupakan adanya interaksi saling mempengaruhi interdependensi antara aspek-aspek dimaksud.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini seperti disampaikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian. Ket :
: Input : Proses
: Output
SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL PERMASALAHAN
Kuatnya paradigma pembangunan land
base oriented
Belum adanya pola pengelolaan sesuai
kondisi eksisting
Belum terpadunya stakeholders
SWOT
ANALISIS: SDA, KEBIJAKAN, FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
Survey AHP
SMO dan ISM
Deskriptif Hirarki
EFAS dan IFAS
Pendekatan Sistem
Kondisi Eksisting
Persepsi Pemangku
Kepentingan Alternatif
Pengelolaan Strategi
Pengelolaan
Pola Pengelolaan Gugusan Pulau-pulau Kecil di Kawasan Kapoposan yang Berkelanjutan
1.3 Tujuan Penelitian