kesejahteraan masyarakat; dan 3 peningkatan pelayanan publik dengan penyediaan pola investasi dan melanisme perizinan investasi di pulau-pulau kecil
sebagai bukti kualitas tata kelola kepemerintahan yang baik good governance dan praktik-praktik birokrasi yang baik best practice dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah. Pada segitiga dunia usaha, selayaknya perhatian lebih difokuskan kepada:
1 kawasan pulau-pulau kecil membutuhkan keberadaan investasi dari dunia usaha, oleh karena itu adanya kepastian hukum, pelayanan investasi yang
efisien dan efektif, serta insentif yang ditawarkan bagi dunia usaha adalah pendorong bagi masuknya investasi di pulau-pulau kecil; 2 laju investasi dari
dunia usaha tidak dapat terlepas dari ketersediaan infrastruktur dasar khususnya sektor transportasi, ketersediaan air bersih dan ketersediaan fasilitas
penerangan di pulau-pulau kecil merupakan daya tarik bagi investasi, karena selain memudahkan aksesibilitas antar pulau dapat pula memacu pertumbuhan
ekonomi kawasan; dan 3 sesuai perkembangan zaman, korporat pada masa kini sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya, sehingga dunia usahakorporat yang melakukan usahanya di
pulau-pulau kecil dituntut untuk memberikan tanggung jawabnya dalam bentuk Corporate Social Responsibility CSR, Corporate Environmental Responsibility
CER dan Corporate Managerial Responsibility CMR. Sedangkan pada segitiga institusi non birokrasi, dalam pengelolaan pulau-
pulau kecil diharapkan keterlibatan dan kemitraan secara aktif dari berbagai pihak, yaitu: 1 lembaga pendidikan perguruan tinggi yang memiliki fungsi
pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat; 2 lembaga swadaya masyarakat dengan jejaringnya, yang dapat berfungsi dalam
melakukan pendampingan serta mendorong perubahan perilaku masyarakat pulau-pulau kecil; dan 3 tokoh masyarakattokoh agama yang keberadaannya
secara kultural, sosial dan keagamaan di wilayah pulau-pulau kecil merupakan tokoh panutan, yang seringkali para tokoh masyarakattokoh agama dimaksud
adalah pemegang hak ulayat di pulau-pulau kecil.
5.7 Pendekatan Interpretative Structural Modelling
Hasil analisis Interpretative Structural Modelling terhadap Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan institusi non birokrasi sebagai
lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program pengembangan model Cakram Hubungan Interdepedensi Pengelolaan CHIP pengelolaan pulau-pulau
kecil yang berkelanjutan adalah matriks driver power-dependence dan diagram model struktural. Matriks driver power-dependence
disusun dengan menempatkan ordinat X dependence dan Y driver power pada matriks yang
terbagi menjadi empat kuadran, yang menggambarkan besarnya tingkat daya dorong dan ketergantungan elemen pada sistem. Sedangkan pada diagram
model struktural merupakan struktur sistem dari setiap elemen untuk melikat struktur hubungan antar sub elemen di dalam sistem.
Pemerintah Pusat Model struktural pada elemen Pemerintah Pusat Gambar 19, dari hasil
analisis didapatkan enam tingkat hirarki dengan sub elemen sejarah menjadi elemen kunci key element. Sejarah telah menunjukkan kondisi obyektif bangsa
sebagai negara kepulauan yang melahirkan konsep wawasan nusantara yang mempengaruhi sikap kepemimpinan nasional untuk mengeluarkan peraturan
dan perundangan yang tepat, dalam mendukung tercapainya pemerataan pembangunan secara terpadu antar lintas sektor, dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lingkungan Ekonomi
Iptek Level 1
Pemerataan Pembangunan
Pembangunan Terpadu
Level 2 Perundang-
undangan dan Peraturan
Level 3 Level 4
Kepemimpinan Nasional
Level 5 Wawasan
Nusantara Level 6
Sejarah
Gambar 19 Model struktural dari elemen Pemerintah Pusat.
Gambar 20 Matriks driver power-dependence elemen Pemerintah Pusat. Keterangan :
1 wawasan nusantara 2 kepemimpinan nasional
3 sejarah 4 perundang-undangan dan peraturan
5 pemerataan pembangunan 6 pembangunan terpadu
7 lingkungan 8 ekonomi
9 ilmu pengetahuan dan teknologi
Gambar 20 menunjukkan bahwa sub elemen pemerataan pembangunan dan pembangunan terpadu termasuk peubah linkages, dimana setiap tindakan
pada tujuan tersebut akan menghasilkan keberhasilan dalam model pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di suatu kawasan dari aktor Pemerintah Pusat. Sub
elemen sejarah, wawasan nusantara, kepemimpinan nasional dan peraturan perundang-undangan merupakan sub elemen yang memiliki ketergantungan
yang rendah terhadap sistem, akan tetapi memiliki daya dorong yang besar dalam keberhasilan sistem. Pada kuadran II terlihat bahwa sub elemen
lingkungan, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki ketergantungan besar dari sistem, namun memiliki daya dorong yang rendah.
Matriks Driver Pow er-Dependence
2, 8 3, 7
1, 9
4, 6 6, 5
6, 5
7, 1 7, 1
7, 1 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Dependence
D ri
ver P
o w
er
3 1
2 4
5,6
7,8,9
KUADRAN IV
KUADRAN I KUADRAN II
KUADRAN III
Pemerintah Daerah
Model struktural pada elemen Pemerintah Daerah Gambar 21, dari hasil analisis didapatkan enam tingkat hirarki dengan sub elemen sumberdaya
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan menjadi elemen kunci key element. Keunggulan sumberdaya pulau-pulau kecil
merupakan potensi unggulan komparatif bagi kegiatan wisata bahari, yang dapat dimanfaatkan oleh kepemimpinan daerah yang berwawasan kelautan
untuk menyusun kesesuaian tata ruang dan zonasi peruntukkan pengelolaan sumberdaya dalam mendorong masuknya investasi sektor wisata bahari yang
didukung oleh mekanisme perizinan dan pola investasi yang transparan dan akuntabel, sehingga dapat meningkatkan laju investasi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah PAD. Peningkatan
PAD Level 1
Pola Investasi Level 2
Level 3 Mekanisme
Perizinan Investasi
Level 4 Kesesuaian
Tata Ruang dan Zonasi
Level 5 Kepemimpinan
Daerah Potensi
Unggulan Level 6
Sumberdaya Alam
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Buatan
Gambar 21 Model struktural dari elemen Pemerintah Daerah.
Gambar 22 Matriks driver power-dependence elemen Pemerintah Daerah. Keterangan :
1 sumberdaya manusia 2 sumberdaya alam
3 sumberdaya buatan 4 kepemimpinan daerah
5 potensi unggulan 6 kesesuaian tata ruang dan zonasi
7 mekanisme perizinan investasi 8 pola investasi
9 peningkatan PAD
Gambar 22 menunjukkan potensi unggulan dan kepemimpinan daerah termasuk peubah linkages, dimana setiap tindakan pada tujuan tersebut akan
menghasilkan keberhasilan dalam model pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di suatu kawasan dari aktor Pemerintah Daerah. Sub elemen sumberdaya
manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan merupakan sub elemen yang memiliki ketergantungan yang rendah terhadap sistem, namun memiliki
daya dorong yang besar dalam keberhasilan sistem. Pada Kuadran II terlihat bahwa sub elemen kesesuaian tata ruang dan zonasi, mekanisme perizinan
investasi, pola investasi dan peningkatan PAD memiliki ketergantungan besar dari sistem, namun memiliki daya dorong yang rendah.
Matriks Driver Power - Dependence
3, 9 3, 9
3, 9
5, 6 5, 6
7, 3 8, 2
9, 1 6, 4
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
5 6
7 8
9
dependence d
ri ver
p o
w er
1,2,3
4,5
6
7
8
9
KUADRAN IV
KUADRAN I KUADRAN II
KUADRAN III
Dunia Usaha
Model struktural pada elemen dunia usaha Gambar 23, dari hasil analisis didapatkan empat tingkat hirarki dimana sub elemen pelayanan publik yang
efisien dan efektif serta adanya insentif bagi pelaku dunia usaha menjadi elemen kunci key element, karena kedua hal dimaksud dengan adanya kepastian
hukum serta aksesibilitas yang mudah untuk mencapai kawasan merupakan daya tarik investasi pulau-pulau kecil di suatu kawasan. Investasi akan memiliki
dampak bagi pertumbuhan ekonomi kawasan, terutama jika investor dimaksud memiliki pula tanggung jawab dalam melakukan Company Social Responsibility
CSR, Company Managerial Responsibility CMR, dan Company Environmental Responsibility CER bagi masyarakat lokal dan lingkungan sekitarnya.
CMR CSR
CER Level 1
Level 2 Pertumbuhan
Ekonomi Kepastian
Hukum Daya Tarik
Investasi Aksessibilitas
Level 3 Efisien dan
Efektif Insentif
Level 4 Gambar 23 Model struktural dari elemen dunia usaha.
Gambar 24 Matriks driver power-dependence elemen dunia usaha.
M atriks Driv e r Powe r - De pe nde nce
5, 7 5, 7
6, 4 2, 9
5, 7 2, 9
7, 1 7, 1
7, 1 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 2
3 4
5 6
7 8
9
dependence
dr iv
er p
ow er
4,6 1,2
3 7,8,9
KUADRAN IV
KUADRAN
I
KUADRAN II KUADRAN III
Keterangan : 1 aksessibiltas
2 daya tarik investasi 3 pertumbuhan ekonomi
4 efisien dan efektif 5 kepastian hukum
6 insentif 7 CER
8 CSR 9 CMR
Gambar 24 menunjukkan bahwa daya tarik investasi, kepastian hukum dan aksessibilitas termasuk peubah linkages, dimana setiap tindakan pada
tujuan tersebut akan menghasilkan keberhasilan dalam model pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di suatu kawasan dari aktor dunia usaha. Sub elemen
pelayanan publik yang efektif dan efisien serta sub elemen insentif yang diberikan, merupakan sub elemen yang memiliki ketergantungan yang rendah
terhadap sistem, akan tetapi memiliki daya dorong yang besar dalam keberhasilan sistem. Pada kuadran II terlihat bahwa sub elemen pertumbuhan
ekonomi, Company Social Responsibility CSR, Company Managerial Responsibility CMR, dan Company Environmental Responsibility CER
memiliki ketergantungan besar dari sistem, namun memiliki daya dorong yang rendah.
Institusi Non Birokrasi Model struktural pada elemen institusi non birokrasi Gambar 25, dari hasil
analisis didapatkan tiga tingkat hirarki dimana sub elemen pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, pendampingan dan jejaring menjadi elemen kunci key
element. Kelima sub elemen yang umumnya dimiliki oleh pihak perguruan tingi dan lembaga swadaya masyarakat memiliki kemampuan untuk mengubah
perilaku masyarakat gugusan pulau-pulau kecil di suatu kawasan, terutama melalui pendekatan kepada para tokoh masyarakat di pulau-pulau kecil yang
secara kultural turun temurun umumnya memiliki status secara sosial dan keagamaan, yang dipandang dan didengar pendapatnya oleh masyarakat lokal
terutama dalam menjaga adat budaya serta pengelolaan hak ulayat.
Level 1
Hak Ulayat
Perubah an
Perilaku Masyara
kat Sosial
dan Keagama
an Kultural
Level 2
Pendidik an
Penelitian Pengabdi
an Masyarak
at Pendampin
gan Jejarin
g Level
3 Gambar 25 Model struktural dari elemen institusi non birokrasi.
Gambar 26 Matriks driver power-dependence elemen institusi non birokrasi. Keterangan :
1 pendidikan dan pengajaran 2 penelitian
3 pengabdian kepada masyarakat 4 pendampingan
Matriks Driver Power - Dependence
5, 9 5, 9
5, 9 5, 9
5, 9
6, 2 6, 2
6, 2 9, 1
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
5 6
7 8
9
dependence d
ri ver
p o
w er
1,2,3,4,5
6,7,8 9
KUADRAN IV
KUADRAN I KUADRAN II
KUADRAN III
5 jejaring 6 perubahan perilaku masyarakat
7 sosial dan keagamaan 8 kultural
9 hak ulayat
Gambar 26 menunjukkan bahwa pendidikan, pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat, pendampingan dan jejaring yang umumnya
dimiliki oleh institusi non birokrasi dalam hal ini perguruan tinggi serta lembaga swadaya masyarakat termasuk peubah linkages, dimana setiap tindakan pada
tujuan tersebut akan menghasilkan keberhasilan dalam model pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di suatu kawasan dari aktor institusi non birokrasi.
Sub elemen pendidikan, pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat, pendampingan dan jejaring merupakan sub elemen yang memiliki daya dorong
yang besar dalam keberhasilan sistem. Pada kuadran II terlihat bahwa sub elemen perubahan perilaku pada masyarakat, sosial dan keagamaan, kultural
dan hak ulayat memiliki ketergantungan besar dari sistem, namun memiliki daya dorong yang rendah.
5.8 Model SAMUDRA