3 Keterpaduan disiplin limu. Sumberdaya di kawasan pulau-pulau kecil memiliki sifat dan karakteristik yang unik, baik sifat dan karakteristik ekosistemnya
maupun sifat dan karakteristik sosial budaya masyarakat yang tinggal di dalamnya. Dengan sistem dinamika sumberdaya di pulau-pulau kecil yang
khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula seperti hidrooseanografi, dinamika oseanografi dan sebagainya. Selain itu, kebutuhan akan disiplin ilmu lainnya
juga sangat penting. Pembangunan dan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil menuntut keahlian di atas keahlian yang perlu dimiliki para perencana
dan pengelola, seperti: ilmu pertanian, antropologi, analisis kebijakan, ilmu- ilmu ekologi, oseanografi, keteknikan, ekonomi, hukum dan sosiologi.
4 Keterpaduan stakeholders. Segenap keterpaduan di atas, akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku pemanfaatan dan
pengelola kawasan pulau-pulau kecil. Seperti diketahui bahwa pelaku pemanfaataan dan pengelola sumberdaya hayati di kawasan pulau-pulau
kecil antara lain terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat pesisir, swastainvestor dan juga lembaga swadaya masyarakat LSM yang
masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di kawasan itu. Penyusunan perencanaan pengelolaan
pulau-pulau kecil secara terpadu harus mampu mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan yang ada. Oleh karena itu, perencanaan
pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan top down dan pendekatan bottom up.
6. Lingkungan, Ekonomi serta Ilmu dan Pengetahuan Teknologi.
Sidang Khusus Majelis Umum PBB ke-22 tahun 1999 yang membahas pelaksanaan Program Aksi Barbados mengenai Pembangunan Berkelanjutan di
Negara-negara Berkembang Kepulauan Kecil SIDS, telah menghasilkan State of Progress and initiatives for the Future Implementation of the Programme of
Action for Sustainable Development of Small Island Developing States, dengan beberapa masalah prioritas yang membutuhkan perhatian khusus meliputi:
1 perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut; 2 bencana alam dan kerusakan lingkungan; 3 sumberdaya air bersih; 4 ekosistem pesisir dan
terumbu karang; 5 sumberdaya energi terbarukan; dan 6 pariwisata untuk melindungi lingkungan dan budaya
DKP, 2004.
Menurut Retraubun 2003,
kawasan pulau-pulau kecil merupakan bagian dari lingkungan wilayah pesisir dan laut, sehingga apa yang terjadi di wilayah
pesisir dan laut mau tidak mau berdampak pada keberadaan keanekaragaman hayati laut yang ada di pulau-pulau kecil. Sementara itu, wilayah pulau-pulau
kecil memiliki fungsi tidak hanya sebagai penyedia berbagai sumber penghidupan masyarakat, tetapi lebih jauh lagi memiliki fungsi-fungsi lain seperti
fungsi lingkungan ekologis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama yang hidup di wilayah pulau-pulau kecil yang terpencil. Secara umum, terdapat
tiga wilayah atau zona yang harus ada di kawasan pulau-pulau kecil, yaitu kawasan preservasi yang hanya diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan dan
penelitian, kawasan konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan secara terbatas, dan kawasan pembangunan secara intensif.
Keterkaitan ketiga wilayah tersebut harus disusun dalam rencana tata ruang wilayah pulau-pulau kecil sebagai infrastruktur pendukung dalam kebijakan
pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil. DKP 2003
menyatakan bahwa masalah pengelolaan pulau-pulau kecil mencakup isu-isu yang jauh lebih luas dari sekedar biologi, karena adanya
keterkaitan yang erat antara aspek biologi dengan manusia masyarakat lokal yang memiliki kehidupan ekonomi, sosial dan budaya yang komplek, yang
mensyaratkan masyarakat di pulau-pulau kecil sebagai pelaku dan sekaligus tujuan dari kebijakan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil, sehingga harus
mendapatkan manfaat terbesar dari kegiatan tersebut. Untuk itu pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang berwawasan lingkungan perlu
disosialisasikan kepada masyarakat melalui praktek-praktek pembangunan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya secara berkesinambungan, seiring
dengan upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan pulau-pulau kecil. Lebih lanjut dinyatakan pula oleh
Dahuri 2003, bahwa
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan kelautan
harus dilakukan secara optimal, efisien, dan berkelanjutan, yaitu dengan tingkat laju pembangunan pemanfaatan sumberdaya kelautan pulau-pulau kecil pada
setiap kawasan pembangunan harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan kawasan yang secara ekonomis menguntungkan
. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, menurut
Dahuri 2003,
penerapan IPTEK ditujukan agar segenap produk dan jasa kelautan
pulau-pulau kecil di Indonesia mampu menghasilkan nilai tambah dan berdaya saing tinggi di era globalisasi, yang harus disesuaikan dengan tuntutan
pembangunan serta perkembangan zaman yang diarahkan kepada: 1 optimasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan jasa lingkungan;
2 teknologi penangkapan yang produktif, efisien serta ramah lingkungan; 3 penerapan bioteknologi untuk pengelolaan lingkungan pesisir dan pulau-pulau
kecil ; 4 peningkatan nilai tambah dan kualitas produk kelautan melalui teknologi saat prapanen maupun pascapanen; 5 teknik serta manajemen pemasaran
produk yang lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan posisi tawar di pasar dalam negeri dan luar negeri ; 6 teknologi pendayagunaan potensi sumberdaya
energi non konvensional seperti OTEC, energi kinetik dari pasang surut dan gelombang laut yang berwawasan lingkungan; dan 7 teknologi pengelolaan
limbah di kawasan pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan serta pengendaliannya. Pemerintah Pusat bertindak sebagai penyusun kebijakan nasional berupa
suatu perencanaan pembangunan kelautan nasional dalam rangka mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari
kondisi saat ini, dengan mendorong pertumbuhan dan berkembangnya kemampuan suatu komunitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Sjahrir 2004,
menyatakan bahwa suatu
pemerintahan haruslah memproses kebijakan yang terdiri dari pembuatan rencana kebijakan policy planning, mengumumkan kebijakan policy
announcement, memutuskan kebijakan untuk dikerjakan policy decision, serta mengimplementasikan kebijakan policy implementation. Pemerintah adalah
decision maker yang mempunyai tugas utama mengambil keputusan. Salah satu ciri pemerintahan yang memerintah adalah pengambilan keputusan yang
dilaksanakan secara konsisten, karena keterbelangkaian pekerjaan yang menumpuk dari Pemerintah, akan berakibat dan dirasakan secara nyata dengan
berlangsungnya proses pemerosotan ekonomi.
6.2.2 Pemerintah Daerah