Latar belakang e kimia tr korosi dan pengendaliannya

6 menimbulkan kerugian yang besar karena peristiwa korosi jika tidak ada upaya pengendalian. Hal ini diketahui dari perhitungan yang telah dilakukan di Inggris bahwa 1 ton baja diubah seluruhnya menjadi karat setiap 90 detik, padahal untuk memproduksi 1 ton baja dari bijih besi diperlukan energi yang besarnya sama dengan kebutuhan energi satu keluarga selama tiga bulan. Kerusakan logam akibat peristiwa korosi ini tentunya menelan biaya yang cukup tinggi. Berikut adalah gambaran biaya korosi di Amerika. Gambar 1.1. Biaya Korosi di Amerika Sumber: The Electrochemical Society Interface • Spring 2006 1. Pengertian dan Proses Terjadinya Korosi 1.1. Pengertian Korosi Menurut Shaw dan Kelly 2006, korosi didefinisikan sebagai degradasi sifat-sifat bahan selama berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dan korosi merupakan hal yang tak terelakkan bagi sebagian besar jenis logam. Artinya hampir semua logam rentan terhadap degradasi. Degradasi polimer isolasi pelapis kabel pesawat telah menjadi perhatian utama pada penuaan pesawat. Bahkan keramik pun bisa mengalami degradasi penghancuran selektif. Berbicara tentang korosi kita umumnya setuju bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang ingin kita hindari. Namun pada akhirnya hal itu menyadarkan kita bahwa korosi merupakan sesuatu yang harus kita pelajari dan hadapi agar dapat kita tangani. Hal ini karena logam murni umumnya tidak stabil. Untuk mencapai kestabilannya kembali, umumnya logam membentuk oksida ataupun sulfidanya. Korosi juga dapat diartikan sebagai penurunan kualitas logam atau paduannya yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan dengan unsur-unsur 7 lain yang terdapat di alam. Sumber lain menyebutkan bahwa korosi adalah proses “hilang termakan secara bertahap” atau rusaknya logam dan paduannya karena bahan kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Korosi menyebabkan sifat-sifat yang berguna dari suatu logam seperti kelenturan, daktilitas dan konduktivitas listrik bisa hilang. Contoh korosi yang paling sering ditemukan adalah besi berkarat bila terkena kondisi atmosfer. Selama proses korosi ini, lapisan berwarna kemerahan dari serbuk oksida Fe 3 O 4 dibentuk dan besi menjadi lemah. Contoh lain adalah pembentukan filmlapisan tipis berwarna dari senyawa dasar karbonat [CuCO 3 + CuOH 2 ] pada permukaan tembaga saat terkena udara lembab yang mengandung CO 2 . Telah dilakukan penilaian secara kasar terkait jumlah besi yang terbuang akibat korosi. Hasilnya menunjukkan bahwa besi yang terbuang karena proses korosi mencapai seperempat dari produksi dunia. Lebih baik untuk mengontrol dan bukan mencegah korosi, karena tidak mungkin untuk meniadakan korosi. Saat membahas korosi dari sudut pandang kimia maka berarti kita dapat melihatnya dari aspek termodinamika dimana kecenderungan terjadinya korosi berhubungan dengan energi potensial. Selain itu kita juga memandangnya dari aspek kinetika yang meninjau mekanisme dan laju korosi berdasarkan prinsip-prinsip kinetika. Proses korosi umumnya terjadi pada lingkungan yang basah atau lembab, hal ini merupakan tinjauan dari aspek elektrokimia. Penyebab mendasar atau kekuatan pendorong dari semua proses korosi diturunkan dari sistem energi Gibbs. Sebagaimana Gambar. 1.2 menggambarkan bahwa proses produksi dari hampir semua logam dan komponen rekayasa yang terbuat dari logam melibatkan penambahan energi ke dalam sistem. Sebagai hasil dari perjuangan termodinamika yang tinggi dalam sistem, logam memiliki kekuatan pendorong yang besar untuk kembali ke asli, energi rendah dalam bentuk oksidanya. Proses kembali ke bentukstatus oksida asli adalah proses yang kita sebut korosi. Meskipun proses ini tidak bisa dihindari, hambatan substansial metode pengendalian korosi dapat digunakan untuk memperlambat kemajuan menuju keadaan setimbang. Jadi proses pengendalian korosi merupakan sebuah tingkat pendekatan keseimbangan yang sangat menarik. Tingkat ini dikontrol tidak