17
2.9. Korosi erosi
Korosi Erosi merupakan percepatan pada laju korosi disebabkan gerak yang relatif antara cairan yang korosif dengan permukaan logam. Biasanya
gerakan sangat cepat, sehingga pengaruh abrasion dan mechanical wear juga terlihat di dalamnya. Bentuk korosi erosi ini banyak ditemui pada sistem
pemipaan antara lain bent, tees, blower dan lain-lain.
Gambar 1.11. Korosi erosi
Sumber: https:wiwinwibowo.files.wordpress.com201203korosi-erosi.png
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis lapisan pelindung material, zat erosi itu dapat berupa fluida yang
mengandung material abrasive. Korosi tipe ini sering di temui pada pipa-pipa minyak.
3. Tipe Korosi Berdasarkan Keterlibatan Elektrolit
Berdasarkan keberadaan atau keterlibatan elektrolit, korosi juga dapat dibedakan menjadi korosi kering korosi kimia dan korosi basah elektrokimia.
3.1. Korosi kimiawi atau korosi kering
Korosi berupa aksi langsung dari berbagai bahan kimia yang ada di atmosfer seperti oksigen, halogen, H
2
S dan lain sebagainya dalam lingkungan yang kering pada logam, akan memproduksi sebuah padatan dalam bentuk lapisan
tipis film pada permukaan logam. Hal ini kita kenal dengan korosi kimiawi. Padatan film yang terbentuk pada permukaan logam dalam proses korosi
akan melindungi permukaan logam tersebut dari proses korosi selanjutnya. Jika terbentuk suatu produk korosi yang dapat larut atau mudah menguap,
18 maka logam akan mengalami serangan korosi selanjutnya. Sebagai contoh,
gas klorin akan menyerang perak dan membentuk sebuah lapisan film pelindung perak klorida pada permukaan logam. Reaksinya dituliskan
sebagai berikut.
��
�
+ �
�
→ ���
�
3.2. Korosi elektrokimia atau korosi basah
Korosi basah terjadi karena adanya proses elektrokimia yang terjadi pada logam akibat kelembaban dan keberadaan oksigen. Besi menduduki tempat
terpenting dalam korosi logam yang berkaitan dengan serangan elektrokimia. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan proses perkaratan besi dengan
baik yakni: Teori pembentukan sel Galvanik dan teori aerasi deferensial teori sel konsentrasi.
4. Teori Pembentukan Sel Galvanik dan Teori Aerasi Deferensial 4.1. Teori Pembentukan Sel Galvanik
Jika suatu logam yang tidak murni terpapar udaraatmosfer maka akan terbentuk sebuah sel Galvani mini. Besi dengan atmosfer akan membentuk
sebuah elektroda anoda, sementara kandungan logam lain seperti tembaga, timah, kotoran dan lain sebagainya sebagai wujud ketidakmurnian
logam dengan atmosfer juga membentuk sebuah elektroda yang lain katoda.
Pada sel Galvanik ini tentunya terdapat dua reaksi utama yang masing- masing terjadi di anoda sementara yang lainnya terjadi di katoda. Reaksi
yang terjadi pada masing-masing elektroda dapat dijelaskan seperti berikut ini.
4.1.1. Reaksi anodik
Pada teori pembentukan sel Galvanik ini, besi merupakan logam yang lebih elektropositif. Oleh karena itu besi akan bertindak sebagai elektroda
positif atau anoda. Sebagai anoda, besi akan teroksidasi menjadi ion besi Fe
2+
melalui pelepasan elektronnya. Dengan bantuan atmosfer yang