Ancaman Threat Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman

mengatasi kemiskinan di perdesaan, khususnya pemberdayaan ekonomi agar masyarakat perdesaan lebih mandiri.

7.2.2. Ancaman Threat

a Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan Status lahan pertanian di kedua desa sebagian besar merupakan tanah Hak Guna Usaha HGU milik pemerintah yang kemudian dibebaskan lahannya oleh perdesaan- perdesaan, pengembang kawasan perumahan dan investor untuk digunakan berbagai macam kepentingan. Selama ini masyarakat tani menggunakan lahan yang masih belum digunakan oleh pemiliknya, namun hal ini dapat berakibat buruk apabila sewaktu-waktu pemilik lahan akan menggunakan lahannya. Maka para petani dapat kehilangan mata pencahariannya dan kegiatan agribisnis di perdesaan menjadi terhambat. b Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia PMPP TNI yang dapat menghambat aktivitas masyarakat Mulai akhir tahun 2010 ini, Kementrian Pertahanan Kemenhan RI membangun kompleks terpadu yang akan dijadikan sebagai Pusat Milisi Pemeliharaan Perdamaian PMPP Perserikatan Bangsa-bangsa PBB di Kecamatan Citeureup. Kompleks PMPP yang dibangun Kemenhan rencananya akan berdiri di atas areal cukup luas yaitu mencapai 260 hektare. Areal kompleks PMPP terletak di empat desa yaitu Desa Sukahati, Desa Tangkil, Desa Leuwinutug dan Desa Hambalang. Adanya aktivitas pembangunan tersebut dapat mengganggu perekonomian masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang karena rusaknya jalan yang menghubungkan kedua desa akibat seringnya dilalui kendaraan proyek. Rusaknya jalan tersebut dapat menghambat arus barang dan jasa dari dan menuju kedua desa. Dengan adanya pembangunan ini masyarakat pun kehilangan mata pencaharian sebagai petani karena ladang mereka tergusur sehingga sebagian besar warganya ikut terlibat dalam proyek tersebut walau hanya untuk sementara dengan upah rata-rata hanya Rp. 20.000,- sehari. c Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa Perhatian pemeritah terhadap kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dirasakan masih kurang intensif. Dengan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat akan teknik budidaya dan penggunaan teknologi yang tepat guna dapat menghambat kegiatan agribisnis di perdesaan. Selain itu masyarakat tani di kedua desa masih kurang mampu dalam mengakses informasi akan harga suatu komoditas. Maka disini peran yang intensif dan kontinyu dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendampingi petani mengembangkan sektor agribisnis di perdesaan. Dengan pendampingan pada petani diharapakan pemerintah dapat cepat tanggap pada permasalahan-permasalahan yang sering muncul dan dihadapi oleh petani. d Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL Adanya isu kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL dapat berdampak negatif terhadap kegiatan agribisnis di perdesaan. Kenaikan harga BBM dan TDL dapat menyebabkan naiknya biaya operasi dari pelaku agribisnis yang mengakibatkan berfluktuasinya harga suatu komoditas di pasaran. Seperti kita ketahui bahwa harga di pasaran bukan saja ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran akan suatu komoditas. Dengan adanya isu tersebut dapat mempengaruhi sensitivitas harga dari suatu komoditas pertanian yang terkadang dapat merugikan petani. Maka isu-isu kenaikan BBM dan TDL merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis di perdesaan. e Belum tersedianya sarana pelaku ekonomipedagang berupa pasar yang representatif Salah satu aspek yang dapat mendukung berjalannya kegiatan perekonomian, khususnya kegiatan agribisnis yaitu adanya pasar yang representatif. Masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang menjual hasil pertanian dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar Citereup karena jaraknya yang paling dekat. Namun saat ini pasar Citeureup yang di bangun sekitar tahun 1980 itu, kondisinya memprihatinkan dan sangat kumuh. Apabila kondisi pasar tidak ada perbaikan dikhawatirkan pembeli akan semakin malas berbelanja ke Pasar Citeureup. Terlebih bila di musim hujan pasar semakin terlihat kumuh, karena becek dan menumpuknya sampah yang dihasilkan pedagang terutama PKL yang menimbulkan aroma tidak sedap. Sudah selayaknya pasar yang menjadi icon wilayah Citeureup itu diperbaiki, karena keberadaan pasar tersebut merupakan sentra perekonomian warga termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Harapannya ada peremajaan kondisi pasar dari pasar tradisional menjadi semi modern sehingga dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Citereup.

7.3. Matriks Evaluasi Faktor Internal IFEAnalisis S - W