6.2.2. Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kondisi politik di Kabupaten Bogor belakangan ini terjadi euforia Otonomi Daerah Otda. Banyak masyarakat yang ingin mengembangkan wilayahnya menjadi
berdiri sendiri, seperti mendirikan kecamatan baru atau kelurahan baru. Hal ini terkadang menimbulkan konflik baik horizontal maupun vertikal. Menurut sumber
yaitu Kodim Kabupaten Bogor konflik yang terjadi di Kabupaten Bogor mengandung muatan politik. Demikian juga bila dilakukan Pilkada, selalu menimbulkan pro dan
kontra, serta berakhir dengan keributan atau konflik. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman pegangan petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan programkegiatan guna tercapainya kelancaran
dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Kebijakan adalah
arahtindakan yang diambil oleh Pemerintah PusatDaerah untuk mencapai tujuan. Berikut ini Kebijakan di Kabupaten Bogor dalam rangka mengarahkan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Misi Pertama yaitu: Meningkatkan fasilitasi penataan infrastruktur wilayah. Misi Kedua yaitu: Meningkatkan fasilitasi dan
aksesibilitas perekonomian serta iklim usaha yang kondusif, serta meningkatkan revitalisasi pertanian. Misi Ketiga yaitu: Meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan publik serta meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan Kecamatan dan Desa.
6.2.3. Teknologi
Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari
kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga
produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
Saat ini mayoritas teknik budidaya usaha agribisnis di Kabupaten Bogor khususnya di Desa Tangkil dan Hambalang masih tergolong sederhana, ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan, dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang efektif dan efesien. Disamping itu kurangnya akses informasi menyebabkan
masyarakat di kedua desa kurang berminat untuk mengaplikasikan teknik baru dalam mengolah lahannya. Kurangnya penerapan teknologi yang tepat menyebabkan
kegiatan agribisnis di kedua desa sulit berkembang. Contohnya pada industri penggilingan singkong menjadi aci, mesin yang digunakan masih tergolong
sederhana sehingga kegiatan produksi menjadi kurang maksimal. Sesungguhnya alternatif teknologi untuk usaha agribisnis di perdesaan untuk
pengolahan hasil-hasil pertanian cukup bervariasi, mulai dari teknologi tradisional yang digunakan oleh industri kecil cottage industry sampai kepada teknologi
canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar. Dengan demikian alternatif teknologi tersebut bervariasi dari teknologi yang padat karya sampai ke teknologi
yang padat modal. Teknologi maju yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya peubah variable cost seperti biaya tenaga kerja per unit output serta dapat
memperkuat kedudukan suatu usaha agribisnis, karena kualitas outputnya yang tinggi, standar kualitasnya yang konsisten, dan volume produksinya yang besar
sehingga dapat menarik pembeli dengan jumlah pembelian besar. Tingkat produksi dan teknologi yang tinggi menuntut pengembangan
prasarana, pengelolaan, dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, karena biaya tetap fixed cost yang tinggi maka perdesaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang
harus memiliki kepastian penyediaan bahan baku serta kepastian pasar untuk produk yang dihasilkan dan beroperasi mendekati kapasitas efektifnya agar perdesaan
tersebut berjalan sehat viable.
6.2.4. Demografi