7.6. Matriks Quantitative Strategic Planning QSPM
Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSP yang berdasarkan pada hasil analisis SWOT.
Penggunaan QSP bertujuan untuk memperoleh alternatif strategi yang terbaik yang dapat diimplementasikan para pengambil kebijakan bagi kedua desa berdasarkan arah
kebijakan dan kondisi riil masyarakat di kedua desa tersebut. Matriks QSP dibuat berdasarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal pada matriks IFE, EFE, serta
matriks SWOT. Pada matriks QSP terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya
tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden yaitu Pak Surnarto selaku Kepala
BP3K, Bu Isbyanti selaku Petugas Pertanian Kecamatan, Pak H. Suparman selaku Kepala Desa Tangkil dan Pak H. Encep Dani selaku Kepala Desa Hambalang.
Keempat responden ini dianggap memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai perkembangan masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Keempat responden ini
juga memiliki pengaruh yang cukup tinggi karena mereka merupakan pengambil dan pelaksana program serta kebijakan yang disusun untuk memajukan kegiatan
perekonomian di kedua desa yang mayoritas di sektor agribisnis. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS
dari setiap faktor kunci strategis. Alternatif strategi dari matriks SWOT yang dapat dihasilkan antara lain:
Strategi 1 : Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil
pertanian, seperti keripik atau kue Strategi 2
: Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram Strategi 3
: Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset
Strategi 4 : Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot Tambulapot
Strategi 5 : Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh
Strategi 6 : Peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui
peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur
perdesaan Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh urutan strategi
pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah. Dari urutan tersebut dapat dihasilkan strategi yang paling
menarik untuk diimplementasikan di Desa Tangkil dan Hambalang sesuai dengan kewenangan para pengambil dan pelaksana kebijakan. Perumusan strategi ini hanya
sampai tahap formulasi strategi. Adapun hasil perhitungan mastriks QSP terdapat pada Lampiran 7, urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti
keripik atau kue dengan nilai TAS sebesar 5,162 strategi 2 2.
Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram dengan nilai TAS sebesar 4,650 strategi 5
3. Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset dengan
nilai TAS sebesar 4,917 strategi 3 4.
Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot Tambulapot dengan nilai TAS sebesar 5,296 strategi 1
5. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh dengan nilai TAS
sebesar 4,383 strategi 6 6.
Peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana
dan infrastruktur perdesaan dengan nilai TAS sebesar 4,851 strategi 4.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Desa Tangkil dan Hambalang mempunyai komoditas utama singkong dan jagung. Dengan adanya komoditas unggulan tersebut maka berpotensi untuk
mendirikan usahaindustri pengolahan singkong dan jagung. Kegiatan agribisnis di kedua desa memiliki berbagai hambatan, salah satunya yaitu masyarakat sulit
berpindah ke komoditas lain yang lebih bernilai ekonomi tinggi. Dengan kendala keterbatasan lahan untuk pertanian, model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
telah ada di Desa Tangkil dan Hambalang yaitu usaha produksi keset, usaha ini terbentuk atas bantuan program PNPM dari bank dunia.
Dengan mengidentifikasi dan menganalisa faktor internal dan faktor eksternal kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dapat diketahui kekuatan utama
yang dimiliki oleh kedua desa, yaitu mata pencaharian utama sebagai petani dengan jumlah skor 0,341 dan nilai rating sebesar 3,875. Sedangkan untuk kelemahan yang
paling utama adalah kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri dengan nilai skor sebesar 0,435 dan rating sebesar 4,000. Pada faktor eksternal peluang yang
paling utama adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dengan skor sebesar 0,454 dan nilai rating sebesar 3,875. Sedangkan untuk
ancaman terbesar adalah pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan dengan skor sebesar 0,494 dan nilai rating sebesar 4,000. Dari analisis
IFE dan EFE dihasilkan nilai rata-rata IFE sebesar 3,117 dan EFE sebesar 2,951. Strategi pengembangan sektor agribisnis dapat ditunjang dengan merumuskan
alternatif strategi terbaik untuk memberdayakan ekonomi masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh
prioritas strategi dengan nilai TAS sebesar 5,296 yaitu Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot Tambulapot yang bertujuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan gizinya secara mandiri, tidak harus membeli di pasar bahkan diharapkan dapat memasarkannya dengan harga yang cukup baik.