Strategi S-O Strategi W-O

7.5.1. Strategi S-O

Strategi S-O atau strategi kekuatan–peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal objek kajian untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan sebagai strategi kekuatan–peluang yakni : memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue. Strategi ini bertujuan untuk membangun mayarakat di Desa Tangkil dan Hambalang agar dapat menjadi pengusaha kecil dan menengah, yaitu usaha mengolah hasil pertanian singkong ubi kayu. Produk olahan dari singkong ada 8 macam yaitu ; tapioka, kripik renyah, kerupuk, peuyeum, tapai ubi kayu, tepung singkong, tepung gaplek dan roti manis. Pada tahap awal sepertinya yang lebih cocok untuk dikembangkan yaitu keripik srenyah ubi kayu. Sebelum melaksanakan strategi tersebut, perlu dibentuk kelembagaan berupa koperasi atau kelompok usaha kecil dan menengah yang akan menjadi ujung tombak penggerak masyarakat untuk menjadi usahawan yang siap bekerja keras sehingga mampu keluar dari kesulitan yang selama ini telah berlangsung cukup lama. Pelaksanaan strategi tersebut dapat meliputi beberapa tahap, diantaranya yaitu: a. Membentuk kelompok UKM Usaha Kecil Menengah di Desa Tangkil dan Hambalang. b. Memberikan pelatihan kelompok UKM tsb, yaitu pelatihan motivasi untuk menguatkan semangat kerjanya. c. Pelatihan produk olahan singkong d. Pelatihan teknik pemasaran e. Pelatihan pengembangan usaha f. Memberikan bantuan peralatan kepada kelompok UKM yaitu, traktor tangan, mesin pengiris kripik singkong, kompor gas dan wajan besar, timbangan dan alat pengemas sederhan. Speda motor dilengkapi bak truk mini utnuk memasarkan produk. g. Menyediakan tempat usaha dan kantor kontrak rumah sebagi rumah produksi kripik singkong. h. Memberikan bantuan biaya hidup, sampai mereka mampu memasarkan produk.

7.5.2. Strategi W-O

Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal objek kajian dengan memanfaatkan peluang eksternal. Adapun strategi yang direkomendasikan sebagai bagian dari strategi kelemahan-peluang adalah : 1 Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram Alasan budidaya jamur tiram layak di jadikan usaha di Desa Tangkil dan Hambalang dibandingkan usaha di bidang lain yaitu: a. Budidaya pertanian di Desa Tangkil dan Hambalang sulit dikembangkan karena harus menggunakan lahan yang luas. Selain itu semakin luas tanah maka semakin banyak penggunaan air dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan juga biaya yang tinggi. b. Budidaya perikanan mutlak memerlukan air, irigasi dan lahan serta tenaga ahli di bidangnya. Bidang perikanan juga membutuhkan biaya dan modal yang besar meliputi biaya pakan dan obat-obatan. c. Budidaya peternakan memerlukan penggunaan lahan yang luas dan kandang yang perlu ditunjang dengan biaya modal yang besar, sedangkan pengetahuan masyarakat tentang spesifikasi hewan ternak masih kurang. Budidaya peternakan membutuhkan tenaga ahli dan penggunaan obat-obatan serta pakan yang mahal dan juga penyakit yang selalu berubah-ubah. Dengan segala kekurangan yang ada di Desa Tangkil dan Hambalang, budidaya jamur tiram dapat menjadi alternatif untuk memberdayakan masyarakat desa, keunggulan budidaya jamur tiram antara lain sebagai berikut: a. Budidaya jamur tiram dapat memanfaatkan limbah organik yang banyak melimpah ditengah masyarakat dengan harga relatif murah dan mudah didapat. b. Budidaya jamur tiram membutuhkan modal yang relatif kecil dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. c. Budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan yang sangat luas dengan hanya 100 m 2 bisa menampung kurang lebih 7500 baglog. d. Permintaan jamur tiram yang baik, karena jamur tiram sudah terposisi sebagai jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur tiram yang mempunyai cita rasa yang lezat juga bergizi tinggi dan bisa juga digunakan sebagai makanan alternatif untuk pengobatan. e. Pemberian pelatihan teknologi tepat guna yang murah dan sederhana dapat dilaksanakan di Desa Tangkil dan Hambalang sehingga seluruh lapisan masyarakat perdesaan bisa melakukan budidaya jamur tiram ini. f. Budidaya jamur tiram cukup fleksibel sehingga bisa dijalankan siapa saja, dimana saja, kapan saja dan tidak mengenal musim. Budidaya jamur tiram juga bisa dijalankan dalam skala rumah tangga, menengah, bahkan dengan teknologi yang sudah moderen. g. Dibanding usaha budidaya yang lain, jamur tiram mempunyai waktu panen yang singkat yaitu sekitar 1,5 bulan sudah panen, dan tidak membutuhkan biaya pakan, obat-obatan, dan pupuk. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak banyak sehingga hasil bisa maksimal. 2 Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan produksi keset Aksi pemberdayaan ekonomi lokal berupa penciptaan peluang usaha dan berusaha baru yang berbasis sumberdaya alam lokal, maupun pengembangan kemitraan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang sudah ada perlu dilakukan di Desa Tangkil dan Hambalang. UMKM khususnya yang bergerak di bidang kerajinan rakyat, disamping dapat dipandang sebagai alternatif satu-satunya usaha bagi keluarga pengrajin, maupun sebagai kombinasi dari ragam sumber nafkah ganda keluarga petani. Oleh karena itu, UMKM khususnya bidang kerajinan rakyat masih sangat potensial dikembangkan karena peluang pasarnya yang masih cukup besar. Kurangnya kemampuan dalam membangun jaringan kemitraan dalam produksi, dan membangun akses terhadap pemasaran hasil produksi, juga dirasakan oleh kelompok usaha produksi keset dan usaha kerajinan lain di Desa Tangkil dan Hambalang. Tujuan yang hendak dicapai dalam program aksi pemberdayaan ini adalah menjadikan kedua desa yang memiliki kekayaan flora sebagai salah satu lingkungan usaha kerajinan rakyat berbasis sumberdaya alam lokal melalui: a. Penciptaan peluang usaha serta pengembangan produksi keset dan usaha kerajinan berbahan dasar flora, b. Mengorganisasikan pemasaran bersama produk dari ragam usaha produksi keset dan kerajinan berbahan dasar flora misalnya batang bambu, pelepah kirai, tumbuhan liar lokal yang dikeringkan, dll c. Menjadikan ragam unit usaha yang ada sebagai wahana belajar magang bagi pengembangan ekonomi lokal di tingkat desa, dimana pengetahuan orang lokal terhadap lingkungannya dan budaya kerjasama saling bertemu dan bersinergi, sehingga dihasilkan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan rancangan bentuk kerajinan rakyat, maupun inovasi-inovasi baru dalam pengorganisasian usaha mikro. d. Membentuk tim kader pengrajin secara partisipatif yang akan melaksanakan pengenalan dan pemetaan sumber daya lingkungan. e. Menemukan kelompok sasaran pelatihan seperti pelaku usaha produksi keset atau pengrajin produk lokal yang telah ada yang memiliki jiwa wirausaha. f. Memfasilitasi terselenggaranya pelatihan pengeringan flora dan pelatihan peningkatan kualitas produk lokal dengan cara memodifikasi rancangan produk lama dengan flora kering g. Menemukan kelompok sasaran pelatihan agen pemasaran tingkat desa yang memiliki jiwa wirausaha dan memfasilitasi terselenggaranya pelatihan perencanaan pemasaran. h. Melakukan kaji bersama tentang perencanaan pemasaran, beserta kader agen pemasaran dan pengrajin serta melakukan penjajagan bersama, rintisan kemitraan usaha bagi pelaku usaha produksi keset dan kelompok pengrajin berbahan dasar flora. Dari aksi pemberdayaan ini, keluaran yang diharapkan adalah: a. Terbentuk sekelompok kader pelaku usaha dan pengrajin khusus dari Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki kapasitas mengenali sumber daya alam memetakan flora lokal, serta memiliki kapasitas mengenali potensi sumberdaya manusia keahlian, ketrampilan, dll yang ada di lingkungan sekitar. b. Terbentuk sekelompok pelaku usaha keset dan pengrajin flora kering dari Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki keahlian inovasi produk. c. Terbentuk sekelompok kader pelaku usaha keset dan pengrajin khusus dari desa Hambalang yang mampu meningkatkan kualitas produk lokal dan inovasinya. d. Terbentuk kader agen pemasaran yang mampu mengkaji pasar, membuat rencana tindakan dan anggaran pemasaran produk keset dan kerajinan flora kering atau produk variasi lainnya. e. Adanya dukungan dari pemerintah tingkat desa sampai kabupaten dalam membangun jejaring ragam usaha dari hulu bahan baku sampai hilir distribusi produk di tingkat desa. 3 Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot Tambulapot Bertanam sayur di pekarangan sering dilakukan masyarakat perdesaan karena umumnya mereka memiliki pekarangan yang luas. Di Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki keterbatasan lahan untuk pertanian, bukanlah halangan untuk bertanam sayuran, bahkan rumah tanpa pekarangan pun masih bisa bertanam sayuran dalam pot di teras rumah atau dengan pot gantung. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari bertanam sayuran di pot antara lain dapat dikerjakan pada pekarangan yang sempit, sebagai alternatif untuk tanah pekarangan yang tidak subur, lebih mudah untuk dipindahtempatkan, lebih mudah untuk menyesuaikan dengan faktor agroklimat kondisi tanah dan iklim yang diperlukan tanaman, dan juga berfungsi sebagai tanaman hias. Seperti tanaman lain pada umumnya sayuran memerlukan kondsi tanah dan iklim tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, antara lain jenis tanah, derajat keasaman pH tanah, curah hujan, banyaknya sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Maka untuk pemberdayaan masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang dapat diberikan pelatihan usaha tambulapot. Masyarakat desa dapat memilih sayuran yang dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yang sesuai dengan Desa Tangkil dan Hambalang, sedangkan syarat agroklimat lainnya dapat diatur kemudian. Untuk penanaman dengan skala besar, sebaiknya menggunakan benihbiji sedangkan untuk skala kecil dapat digunakan stek atau anakan. Pada Tabel 22 dapat dilihat beberap jenis sayuran dengan kondisi tanah yang diperlukannya. Dengan ketinggian di kedua desa yaitu sekitar 450 m dpl dan kondisi tanah yang cukup memadai maka dipilih untuk menanam tiga jenis sayuran, yaitu sayuran buncis, tomat dan bayam. Lahan pekarangan di kedua desa cukup potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai “warung hidup”. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari- hari tanpa harus membeli di pasar. Fungsi dari tanaman sayuran di pekarangan yaitu sebagi sumber vitamin, sumber mineral, sarana kesehatan dan sumber penganekaragaman makanan. Adapun analisis usaha tani dari ketiga komoditas sayuran tersebut terdapat pada Lampiran 7. Tabel 22. Jenis Tanaman Sayuran Dalam Pot Tambulapot Sayuran Tempat Tanah Perbanyakan Panen Kubis 1000-3000 m dpl umum biji, anakan 3-4 bln Kubis bunga 1500 m dpl umum biji 3-4 bln Wortel 400-1200 m dpl umum biji 2,5-4 bln Kentang 500-3000 m dpl umum umbi 3-4 bln Bawang Merah 0-800 m dpl berpasir umbi 60-80 hr Bawang Putih 600 m dpl berpasir umbi 85-125 hr Bayam 0-2000 m dpl umum biji 21-25 hr Kacang Panjang rendah-tinggi gembur biji 2 bln Tomat rendah-tinggi berpasir biji 2,5-3 bln Cabai rendah-tinggi berpasir biji 3 bln Kecipir 0-800 m dpl umum biji 2-2,5 bln Buncis 200-300 m dpl umum biji 2,5 bln Caisim 1000-2000 m dpl umum biji 2 bln Jagung 0-3000 m dpl umum biji 3-4 bln Kailan 1000 m dpl umum biji 2,5 bln Kapri 500-800 m dpl umum biji 3-4 bln Labu Siam 0-1000 m dpl umum biji 4 bln Timun 0-1000 m dpl umum biji 1,5 bln Seledri rendah-tinggi moss biji, anakan 3 bln Terong rendah-tinggi umum biji 3 bln Sawi rendah-tinggi umum biji 1 bln Diharapkan dengan adanya program tambulapot ini maka masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri, tidak harus membeli di pasar bahkan diharapkan dapat memasarkannya dengan harga yang cukup baik.

7.5.3. Strategi S-T