Demografi Sosial, Budaya dan Lingkungan

Saat ini mayoritas teknik budidaya usaha agribisnis di Kabupaten Bogor khususnya di Desa Tangkil dan Hambalang masih tergolong sederhana, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan, dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang efektif dan efesien. Disamping itu kurangnya akses informasi menyebabkan masyarakat di kedua desa kurang berminat untuk mengaplikasikan teknik baru dalam mengolah lahannya. Kurangnya penerapan teknologi yang tepat menyebabkan kegiatan agribisnis di kedua desa sulit berkembang. Contohnya pada industri penggilingan singkong menjadi aci, mesin yang digunakan masih tergolong sederhana sehingga kegiatan produksi menjadi kurang maksimal. Sesungguhnya alternatif teknologi untuk usaha agribisnis di perdesaan untuk pengolahan hasil-hasil pertanian cukup bervariasi, mulai dari teknologi tradisional yang digunakan oleh industri kecil cottage industry sampai kepada teknologi canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar. Dengan demikian alternatif teknologi tersebut bervariasi dari teknologi yang padat karya sampai ke teknologi yang padat modal. Teknologi maju yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya peubah variable cost seperti biaya tenaga kerja per unit output serta dapat memperkuat kedudukan suatu usaha agribisnis, karena kualitas outputnya yang tinggi, standar kualitasnya yang konsisten, dan volume produksinya yang besar sehingga dapat menarik pembeli dengan jumlah pembelian besar. Tingkat produksi dan teknologi yang tinggi menuntut pengembangan prasarana, pengelolaan, dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, karena biaya tetap fixed cost yang tinggi maka perdesaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang harus memiliki kepastian penyediaan bahan baku serta kepastian pasar untuk produk yang dihasilkan dan beroperasi mendekati kapasitas efektifnya agar perdesaan tersebut berjalan sehat viable.

6.2.4. Demografi

Demografi atau kependudukan adalah ilmu yang mempelajari kependudukan manusia, yang didalamnya meliputi ukuran, strukur, distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Pada tahun 2009 Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan populasi penduduk tertinggi dari 17 Kabupaten dan sembilan kota di Jawa Barat dengan jumlah 4.347.296 jiwa, angka penduduk tersebut yang terbagi atas 2.228.981 jiwa laki-laki dan 2.111.284 jiwa perempuan. Kabupaten Bogor mengungguli Kabupaten Bandung diposisi kedua dengan jumlah penduduk 3.033.038 jiwa. Berikut ini data jumlah penduduk di Kabupaten Bogor yang terdapat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2004-2009 Tahun Laki-laki Perempuan 2004 1.728.631 1.680.179 2005 2.023.400 2.077.534 2006 2.163.929 2.051.656 2007 2.178.831 2.059.131 2008 2.230.314 2.110.206 2009 2.228.981 2.118.315 Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011 Dengan semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan bahan pangan semakin meningkat juga, maka dari itu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat menjadi peluang untuk usaha di bidang agribisnis. Pengembangan agribisnis di perdesaan seperti di Desa Tangkil dan Hambalang menjadi sangat diperlukan untuk dapat mengatasi ancaman ketahanan pangan. Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan harus dapat merancang program yang tepat dalam usaha budidaya komoditas tanaman pangan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia akan kebutuhan pangan.

6.2.5. Sosial, Budaya dan Lingkungan

Usaha di bidang pertanian atau agribisnis merupakan usaha yang sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas agribisnis memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi di sektor agribisnis dari mulai tanam hingga panen tidak dijamin akan berhasil dengan baik. hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air. Beras masih merupakan pangan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat umumnya termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Diversifikasi pangan yang diprogramkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap besarnya konsumsi masyarakat terhadap beras. Diversifikasi yang dilakukan pemerintah tidak dapat disosialisasikan dengan baik karena sebenarnya setiap daerah memiliki budaya yang berbeda dengan komoditas pangan yang akan mereka konsumsi. Hal ini diakibatkan karena budaya masyarakat yang menjadikan beras sebagai pangan utama. Aktifitas masyarakat di wilayah Kabuapten Bogor seperti di Desa Tangkil dan Hambalang tidak terlepas dari pengaruh aktivitas kota lainnya dalam Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi Jabodetabek sebagai wilayah metropolitan. Tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Bogor dan wilayah Jabodetabek mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi sejalan dengan peningkatan pendapatan. Dengan kemajuan jaman dan kemajuan teknologi, daerah seperti Desa Tangkil dan Hambalang cukup terpengaruh pada gaya hidup masyarakat di perkotaan. Berkurangnya kehidupan sosial dan budaya masyarakat perdesaan dapat dilihat dari kehidupan remaja di perdesaan yang sudah meninggalkan identitas mereka sebagai masyarakat desa.

VII. FORMULASI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TANGKIL DAN HAMBALANG

7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan

7.1.1. Kekuatan Strengths

a Mata pencaharian utama sebagai petani Menurut data yang terdapat di kantor kedua desa mayoritas masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang 80 bermata pencaharian sebagai petani ataupun bergerak di bidang agribisnis. Maka untuk dapat mensejahterakan masyarakat di kedua desa upaya yang dilakukan yaitu mengembangkan sektor pertaniannya. Dengan berkembangnya sektor pertanian maka penyerapan tenaga kerja khususnya SDM di bidang pertanian akan lebih tinggi untuk mengurangi pengangguran. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat di bidang pertanian maka diharapakan dapat mengembangkan pertanian di Desa Tangkil dan Hambalang. b Minat dan semangat berwirausaha Masyarakat di kedua desa memiliki minat dan semangat berwirausaha yang baik karena didorong dengan kebutuhan dan biaya hidup yang semakin tinggi. Minat dan semangat berwirausaha ditunjukan dengan partisipasi masyarakat dalam program- program yang dijalankan oleh aparat desa dan program dari PNPM. Dengan adanya keinginan untuk memulai dan berusaha diharapakan masyarakat mampu untuk mandiri dan membangun perekonomian perdesaan menjadi lebih baik. Keinginan untuk berwirasuha pun harus didukung dengan kerja keras dan sikap pantang menyerah, hal ini yang dapat dilihat dari masyarakat di kedua desa, namun hal yang masih menghambat mereka yaitu masalah pendanaan yang dirasakan masih sulit dan kurang berpihak pada masyarakat desa.