Pengelolaan Hutan Rakyat Analysis Of Problems And Management Strategies Of Old Wells In The Cepu Block (A Case Study Of Petroleum In The Mining Village Of Wonocolo, Bojonegoro)

13

2.1.1 Aspek Ekologi

Penggunaan lahan pada permukaan tanah akan sangat berpengaruh pada kualitas lahan tersebut. Salah satu bentuk kegiatan hutan rakyat adalah model agroforestry. Mahendra 2009, pengaruh penerapan sistem agroforestry terhadap aspek ekologi adalah signifikan. Tanaman pohon-pohon akan memiliki peranan terhadap peningkatan kesuburan tanah, mengurangi laju erosi karena serasah yang ada dipermukaan tanah, terciptanya iklim mikro, membaiknya karakteristik hidrologi, melimpahnya keragaman flora dan fauna tanah dan lain-lain. Secara umum disebutkan bahwa secara ekologi agroforestry terbukti dapat menjaga kelestarian lingkungan. Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Wilayah XI Jawa Madura 2009 menyebutkan bahwa ada beberapa fakta tentang peran hutan rakyat terhadap lingkungan terutama dengan ketersediaan sumber air secara lokal. Beberapa fakta menunjukkan bahwa keberadaan hutan rakyat telah memunculkan sumber-sumber air yang menjadi sumber air bersih dan untuk keperluan irigasi, seperti di Dusun Pagersengon Wonogiri, Hutan Bambu di Malang Selatan, Dusun Kedungkeris dan Dusun Sendowo Kidul Gunung Kidul. Awang et al. 2007 menyebutkan bahwa umumnya masyarakat menanam jenis kayu-kayuan dan buah-buahan pada lahan kering pekarangan dan tegalan, dimana pengembangan lahan kering ini adalah lahan-lahan kurang produktif, kurang subur, dan umumnya kondisi kritis. Dengan hutan rakyat, kegiatan ini dapat memulihkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan-lahan kritis dapat pulih sehingga dapat memberikan manfaat pada keseimbangan lingkungan. 2.2.2 Aspek Ekonomi Hutan rakyat dikembangkan petani apabila memberikan kenaikan pendapatan. Manfaat ekonomi akan sangat dirasakan oleh petani khususnya pada pola agroforestry karena pendapatan yang diperoleh dapat berkelanjutan dari hasil pertanian dan tanaman kayu-kayuan. Sedangkan pola monokultur hanya memberikan penghasilan jangka panjang dan memenuhi kebutuhan mendesak. Pada berbagai hasil penelitian di beberapa tempat di Pulau Jawa, hutan rakyat 14 berperan dalam meningkatkan pendapatan petani dan perekonomian daerah Hayono 1996; Romansyah 2007; Dirgantara 2008. Untuk struktur pendapatan petani, pendapatan dari hutan rakyat adalah pendapatan tambahan dengan kisaran tidak lebih dari 10 dari total pendapatan petani Hardjanto 2000; Darusman dan Hardjanto 2006. Hardjanto 2001 menyebutkan bahwa pendapatan hutan rakyat pada Sub DAS Cimanuk Hulu berbeda pada zona atas, tengah dan bawah yaitu 31,5, 5,6 dan 10,2. Pendapatan masyarakat dibagian atas lebih besar karena hutan rakyat di bagian atas merupakan kegiatan yang menjadi sumber penghasilan andalan bagi masyarakat dan intensitas pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat cukup tinggi, sedangkan pendapatan masyarakat pada bagian tengah dan bawah adalah rendah karena masyarakat kurang mengelola secara intensif, tingkat kesuburan lahan yang rendah dan masyarakat lebih mengharapkan sumber pendapatan dari sektor lain. Untuk memasarkan hasil produk hutan rakyat, Hardjanto 2000, 2003 menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi tawar yang lemah jika dibandingkan dengan para tengkulak, industri kecil dan industri besar. Jumlah petani hutan rakyat yang banyak, memiliki sumberdaya yang terbatas, tidak membentuk usaha bersama dan tidak menguasai pasar maka berdampak pada posisi tawar yang lebih rendah. Sementara itu, para tengkulak dan pihak industri bersifat lebih solid, memiliki perencanaan usaha yang lebih baik, menguasai informasi pasar sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Perbedaan posisi ini menyebabkan pendapatan petani hutan rakyat selalu lebih kecil dan pada gilirannya tidak dapat merangsang petani untuk mengembangkan usahanya.

2.2.3 Aspek Sosial

Hutan rakyat pada umumnya dilakukan secara individu perorangan pada lahan miliknya sehingga cenderung menyebar berdasarkan letak, luas kepemilikan lahan dan keragaman pola usaha taninya. Pengembangan hutan rakyat melibatkan banyak pihak, selain petani sebagai pelaku utama juga didukung adanya kelembagaan yang berperan dalam pengembangannya. Beberapa lembaga yang 15 berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat adalah kelompok tani, instansi pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat dan lembaga perekonomian seperti bank, koperasi, pasar, industri, dll Diniyati et al. 2008. Kelembagaan ini dapat berperan dalam pelaksanaan suatu kegiatan sehingga mampu mendorong masyarakat petani dalam melakukan kegiatan ke arah yang lebih baik dengan mendapatkan hasil yang lebih baik juga. Perkembangan hutan rakyat di setiap tempat dipengaruhi oleh kebiasaan budaya dan pengetahuan lokal. Suharjito 2000 menyebutkan keberadaan hutan rakyat tidaklah semata-mata akibat interaksi alami antara komponen botani, mikroorganisme, mineral tanah, air, udara, melainkan adanya peran manusia dan kebudayaannya. Kreasi budaya yang dikembangkan dalam interaksinya dengan hutan ini berbeda-beda antara kelompok masyarakat. Hasil budaya ini terwujud dalam pola tanam yang bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Aspek sosial yang dapat dilihat dari kegiatan hutan rakyat secara langsung adalah terbukanya lapangan pekerjaan Djajapertjunda 2003. Hal ini dapat diketahui bahwa pada saat kegiatan hutan rakyat berkembang, maka industri pengelolaannya juga akan meningkat, dimana kegiatan ini membutuhkan tenaga kerja. Darusman dan Hardjanto 2006 menyebutkan bahwa hutan rakyat yang dikelola secara intensif maupun sambilan mampu menyerap tenaga kerja di desa.

2.3 Perdagangan Kayu Rakyat

Peran hutan rakyat terhadap penyediaan kayu sekarang ini sangat berpengaruh terhadap perdagangan kayu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan kayu yang berasal dari hutan alam. Namun demikian pada saat ini perdagangan kayu rakyat belum memiliki manajemen yang baku, terkadang para petani menjual kayu rakyat pada waktu yang tidak ditentukan atau dengan kata lain tebang butuh, tidak merencanakan daur tebangnya. Dalam menjual kayu rakyat, petani pada umumnya juga menjual dalam bentuk pohon. Pada tingkat pedagang lebih lanjut, selain bentuk kayu bulat, kayu 16 hutan rakyat dijual dalam bentuk kayu olahan seperti papan, usuk, kusen, dan balkon. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang dan jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang- orang yang membutuhkan Kotler 1997. dalam hal ini kayu rakyat dari produsenpetani ke konsumen. Lembaga perantara pemasaran yang terlibat didalam pemasaran kayu rakyat diantaranya pedagang pengepul ditingkat desakecamatan pengepul dan pemasok supplier. Secara rinci lembaga pemasaran kayu rakyat dapat dijelaskan sebagai berikut Kemenhut 2011: 1. Pedagang kecil bakulfirst agent adalah lembaga perantara pemasaran yang membeli kayu rakyat dari petani dan biasanya bertempat tinggal di desa yang sama dengan petani. Bakul membeli kayu milik petani dalam bentuk tegakan, sehingga sering disebut penebas. 2. Pedagang pengepul pengepulsecond agent adalah lembaga pemasaran yang membeli kayu rakyat dari pedagang kecilbakul dan juga sering disebut pangkalan atau depo. Pengepul ini memiliki penampungan dan biasanya menjual kayu kepada pemasok atau ke industri penggergajian, karena tidak dapat langsung menjual ke industri, tetapi harus melalui pemasok. 3. Pemasok supplier adalah lembaga perantara yang mendapatkan kontrak kerja penyediaan bahan baku kayu untuk industri. 4. Panjang pendek saluran pemasaran tergantung dari jumlah lembaga perantara pemasaran yang terlibat didalamnya. Hardjanto 2003 menyebutkan ada beberapa pola distribusi kayu rakyat terjadi di beberapa daerah yang secara singkat dapat dilihat pada Gambar 2.