Karakteristik Individu Petani Analysis Of Problems And Management Strategies Of Old Wells In The Cepu Block (A Case Study Of Petroleum In The Mining Village Of Wonocolo, Bojonegoro)

71 Tabel 16 Identifikasi individu berdasarkan Jenis Kelamin, Agama dan Etnis No Identifikasi Individu Sertifikasi Non sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Jenis Kelamin - Laki-laki 46 80,70 51 87,93 - Perempuan 11 19,30 7 12,07 2. Agama - Islam 57 100 46 79,31 - Katolik - 12 20,69 - Lainnya - - - - 3. Etnis - Jawa 57 100 58 100 - Lainnya - - - - Jumlah Pada Tabel 16 terlihat bahwa sebagian besar responden baik yang memiliki hutan rakyat yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah laki-laki 80,70 dan 87,93. Hal ini terjadi karena laki-laki merupakan penanggung jawab penuh dalam pengelolaan lahan yang mereka miliki.

5.2.2 Jumlah Anggota Keluarga

Rata-rata jumlah anggota keluarga responden baik yang sertifikasi maupun non sertifikasi adalah 3 jiwakeluarga dengan selang 2 sampai 6 jiwakeluarga. Secara rinci jumlah anggota responden tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga No Jumlah anggota keluarga jiwa Sertifikasi Non sertifikasi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. 2 21 36,84 19 32,76 2. 3 17 29,83 23 39,66 3. 4 14 24,56 12 20,69 4. 5 3 5,26 4 6,90 5. 6 2 3,51 0,00 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Mayoritas jumlah anggota dalam keluarga responden berjumlah 2 dan 3 jiwakepala keluarga. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat di lokasi penelitian akan keluar dari daerah tersebut setelah lulus pendidikan untuk mencari pekerjaan ke kota-kota besar. 72

5.2.3 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaran umur responden di lokasi yang tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi secara rinci tersaji pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan umur di lokasi Penelitian No Kelompok Umur Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 28 - 44 Rendah 3 10 17,544 10 17,241 2. 45 - 60 Sedang 2 35 61,404 36 62,069 3. 60 - 75 Tinggi 1 12 21,053 12 20,690 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan fisik, cara berpikir dan bertindak seseorang. Seorang petani yang berumur muda akan mempunyai tubuh atau fisik yang kuat dan cenderung mudah menerima dan mempraktekkan teknik baru dalam bertani. Ichwandi 2001 menyebutkan bahwa usia produktif menunjukkan tersedianya sumber tenaga kerja yang baik, karena umur produktif akan lebih mudah menerima perubahan, ide-ide dan inovasi. Sementara itu, seorang petani yang sudah berumur tua, mempunyai pengalaman lebih banyak, lebih matang, tetapi memiliki kekuatan fisik yang cenderung menurun dan mempraktekkan teknik bertani yang sudah pernah dialami sebelumnya. Terlihat bahwa sebaran umur responden di lokasi penelitian baik yang telah mendapatkan sertifikasi maupun belum mendapatkan sertifikasi didominasi petani pada kelompok umur tua. Oleh karena itu pengelolaan hutan rakyat cenderung bersifat tradisional, yaitu setelah melakukan penanaman tidak dilakukan beberapa kegiatan silvikultur untuk menunjang produktifitasnya. 73

5.2.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 19. Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian No Tingkat Pendidikan Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Tidak Sekolah-Tamat SD Rendah 1 35 61,40 33 56,90 2. Tamat SLTP atau sederajat Sedang 2 14 24,56 17 29,31 3. SLTADiplomaSarjana Tinggi 3 8 14,04 8 13,79 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Tingkat pendidikan sebagian besar responden di lokasi yang tersertifikasi maupun tidak tersertifikasi tergolong rendah 61,40 dan 56,90. Tingkat pendidikan yang rendah ini diduga mempengaruhi pendapatan petani khususnya dari sektor kehutanan, karena dari lokasi penelitian petani dalam pengelolaan hutan rakyat hanya berdasarkan naluri dan pengalaman turun temurun saja tanpa adanya penerapan inovasi baru atau menerapkan sistem silvikultur yang baik. Hardjanto 2003 menyebutkan bahwa tingkat pendidikan petani umumnya sangat terbatas rendah, yang berdampak ada keterbatasan pengetahuan. Akibatnya untuk memulai suatu yang baru akan memakan waktu yang lama.

5.2.5 Tingkat Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal responden diperoleh dari berbagai pelatihan, kursus atau bimbingan teknis yang pernah diikuti. Tingkat pendidikan non formal responden di lokasi yang tersertifikasi tersaji pada Tabel 20. 74 Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan non formal di lokasi penelitian No Tingkat Pendidikan Non Formal kali Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Tidak pernah Rendah 1 44 77.19 51 87,93 2. 1 – 3 Sedang 2 11 19.30 1 1,72 3. 3 Tinggi 3 2 3.51 6 10,34 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Pada Tabel 20 menunjukkan petani yang berada di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi pada umumnya tidak pernah atau jarang mengikuti pendidikan non formal 77,19 dan 87,93. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh petani melalui kegiatan pelatihan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan hutan rakyat baik yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten maupun Provinsi, LSM serta pihak swasta yang peduli dengan lingkungan PT. Sari Ayu Martatilaar, berkontribusi terhadap perubahan pola pengelolaan hutan rakyat yang diterapkan petani. Pengetahuan dan keterampilan ini sangat menunjang kegiatan pengelolaan hutan rakyat sehingga berimplikasi pada produktivitas hasil hutan rakyat. Para petani yang telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan hutan rakyat akan menularkan pengalaman dan pengetahuannya kepada sesama petani melalui pertemuan-pertemuan yang ada di lingkup dusun.

5.2.6 Tingkat Pendapatan

Besar kecilnya pendapatan petani mempengaruhi keputusan apa yang akan dikerjakan dan jenis usaha yang akan dilakukannya pada sebidang lahan yang dimilikinya. Andayani 2002 menyebutkan, pemilik lahan yang latar belakang sosial ekonominya baik akan memilih jenis usaha yang memiliki nilai komersial tinggi pada lahan miliknya dan pada pemilik lahan yang secara ekonomi kurang mampu, pemilihan jenis terkendala oleh faktor ekonomi tersebut. Tingkat pendapatan responden di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 21. 75 Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendaparan responden di lokasi penelitian No Tingkat Pendapatan RP Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 500.000 Rendah 1 14 24,56 5 8,62 2. 500.000 – 1.000.000 Sedang 2 38 66,67 43 74,14 3. 1.000.000 Tinggi 3 5 8,77 10 17,24 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Pendapatan petani yang berada di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi masih dalam kategori rendah 66,67 dan 74,14. Berdasarkan standard kebutuhan hidup minimal di Kabupaten Wonogiri sebesar 775.000, maka pendapatan masyarakat yang ada di lokasi penelitian masih tergolong sedang, dari hasil pendapatan petani tersebut, petani masih tergolong petani yang subsisten, hasil yang diperoleh hanya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Hardjanto 2003 menyebutkan bahwa pemilik kayu rakyat yang mengusahakan hutan rakyat umumnya adalah petani miskin dengan modal yang sangat terbatas, karena biaya pengelolaan kayu rakyat hampir tidak ada dan tenaga kerja yang digunakan untuk pemeliharaan kayu rakyat dapat dikerjakan oleh anggota keluarga. Suharjito 2002 menyebutkan salah satu alasan mengapa masyarakat memilih menanam jenis tertentu pada kebun talun adalah mudah memelihara. Hal ini merujuk pada orientasi hemat input produksi tenaga kerja, pupuk dan obat-obatan dan pengelolaannya kurang intensif.

5.2.7 Tingkat Kesehatan

Kesehatan merupakan faktor yang mendukung petani dalam beraktifitas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, jika petani memiliki tingkat kesehatan yang baik maka akan kinerjanya baik juga dan begitu sebaliknya. Tingkat kesehatan responden di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 22. 76 Tabel 22 Sebaran responden berdasarkan tingkat kesehatan responden di lokasi penelitian No Tingkat Kesehatan haritahun Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 3 Tinggi 3 52 91,23 49 84,48 2. 3 – 6 Sedang 2 3 5,26 7 12,07 3. 6 Rendah 1 2 3,51 2 3,45 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Tingkat kesehatan petani yang berada di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi masuk kategori tinggi 91,23 dan 84,48. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan masyarakat sangat baik, dari tingkat kesehatan ini dapat dilihat produktifitas masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat.

5.2.8 Luas Kepemilikan Lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi jenis usaha yang akan dilakukannya pada lahan tersebut. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh seseorang, maka ada kemungkinan untuk menanam lebih dari satu jenis tanaman. Secara rinci luas kepemilikan lahan responden di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 23. Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan luas lahan dan status kepemilikan di lokasi penelitian No Luas Lahan Ha Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 0,3 Rendah 1 4 7,02 5 8,62 2. 0,3 – 1 Sedang 2 29 50,88 25 43,10 3. 1 Tinggi 3 24 42,11 28 48,28 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Luas lahan petani yang berada di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi masuk dalam kategori sedang dan tinggi 50,88 dan 48,28. Sebagian besar lahan yang dimiliki petani adalah lahan hak milik yang diwariskan dari generasi sebelumnya warisan, dimana lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani, termasuk salah satu faktor produksi dan pabrik hasil pertanian. 77

5.2.9 Lama Tinggal

Petani yang ada di lokasi baik yang telah mendapatkan sertifikasi maupun yang belum mendapatkan sertifikasi mayoritas adalah masyarakat asli yang menempati lokasi tersebut sejak mereka dilahirkan. Sebaran responden berdasarkan lama tinggal tersaji pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran responden berdasarkan lama tinggal No Lama Tinggal tahun Kategori Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 5 Rendah 1 1 1,75 1 1,72 2. 5 – 10 Sedang 2 2 3,51 1 1,72 3. 10 Tinggi 3 54 94,74 56 96,55 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Sebagian besar responden yang berada di lokasi penelitian baik yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi merupakan penduduk asli yang telah menempati lokasi tersebut sejak lahir 94,74 dan 96,55. Hal ini merupakan dukungan positif dalam pengelolaan hutan rakyat karena masyarakat tidak hanya berupa sekumpulan manusia yang secara fisik telah bersama dalam kurun waktu tertentu melainkan terdapat semangat atau ruh yang memperkuat kehidupan kolektif.

5.2.10 Status Sosial

Status sosial menunjukkan tingkat penghargaan masyarakat kepada individu yang bersangkutan dalam kelompok masyarakat. Status sosial responden yang ada di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 25. Tabel 25 Sebaran responden berdasarlan status sosial No Status Sosial Skor Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Rendah 1 12 21,05 7 12,07 2. Sedang 2 44 77,19 47 81,03 3. Tinggi 3 1 1,75 4 6,90 Jumlah 57 100,00 58 100,00 78 Berdasarkan Tabel 25 di atas status sosial responden yang berada di kedua lokasi berada pada kategori sedang 77,19 dan 81,03. Dilihat dari status sosial yang ada di masyarakat ini, mereka lebih mudah bergaul dengan masyarakat lain dan tidak merasa rendah diri. Status sosial ini umumnya ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam masyarakat untuk menjaga keutuhan sosial orang wajib bertindak sesuai status masing-masing karena nilai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam struktur sosial berguna untuk kelangsungan hidup bersama Lawang 2005.

5.3 Penilaian Karakteristik Individu

Penilaian karakteristik individu dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dari kondisi individu sebagai anggota komunitas. Karakteristik individu petani di lokasi penelitian menunjukkan rata-rata komunitas berada pada kategori usia produktif tua, pendidikan formal sedang, pendidikan non formal pada kategori rendah, pendapatan pada kategori sedang, tingkat kesehatan pada kategori tinggi, luas lahan pada kategori sedang, lama tinggal pada kategori tinggi dan status sosial pada kategori sedang. Kategori tersebut menunjukkan kekuatan dan kelemahan dari individu-individu pada komunitas yang ada di lokasi penelitian yang mengelola hutan rakyat. Karakteristik individu sebagai kekuatan komunitas sangat mendukung dalam pengelolaan hutan rakyat, sebaliknya untuk karakteristik individu yang berupa kelemahan komunitas akan menjadi penghambat dalam pengelolaan hutan rakyat. Penilaian karakteristik individu tersaji pada Tabel 26. Tabel 26 Penilaian karakteristik individu petani responden No. Karakteristik Individu Sertifikasi Non Sertifikasi Keterangan Skor Skor Rata- rata Skor Rata-rata 1 umur 145 2,58 ≈3 147 2,53 ≈3 1 : usia muda 2 : usia sedang 3 : usia tua 2 Pendidikan formal 87 1,53 ≈2 91 1,57 ≈2 1 : pendidikan rendah 2 : pendidikan sedang 3 : pendidikan tinggi 3 Pendidikan Non formal 72 1,26 ≈1 71 1,22 ≈1 1 : pendidikan rendah 2 : pendidikan sedang 3 : pendidikan tinggi 79 Tabel 26 Penilaian karakteristik individu .............................lanjutan No. Karakteristik Individu Sertifikasi Non Sertifikasi Keterangan Skor Skor Rata- rata Skor Rata- rata 4 Pendapatan 105 1,84 ≈2 121 2,09 ≈2 1 : pendapatan rendah 2 : pendapatan sedang 3 : pendapatan tinggi 5 Tingkat kesehatan 164 2,88 ≈3 163 2,81 ≈3 1 : kesehatan rendah 2 : kesehatan sedang 3 : kesehatan tinggi 6 Luas lahan 134 2,35 ≈2 139 2,40 ≈2 1 : lahan sempit 2 : lahan sedang 3 : lahan luas 7 Lama tinggal 167 2,93 ≈3 171 2,95 ≈3 1: lama tinggal rendah 2: lama tinggal sedang 3: lama tinggal tinggi 8 Status sosial 103 1,81 ≈2 113 1,95 ≈2 1: status sosial rendah 2: status sosial sedang 3: status sosial tinggi Jumlah 978 17,16 1.016 17,52 Persamaan selang nilai untuk karakteristik individu: Berdasarkan persamaan selang untuk petani yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi dengan X maksimum 24 dan X minimum 8 dengan jumlah kelas 3 rendah, sedang dan tinggi didapatkan lebar kelas adalah 5,33. Maka skala penilaian karakteristik individu untuk petani yang tersertifikasi adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu rendah bila jumlah skor 13,33 2. Karakteristik individu sedang bila jumlah skor 13,33 – 18.67 3. Karakteristik individu tinggi bila jumlah skor 18,67 Karakteristik individu petani baik di lahan hutan rakyat yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan penilainnya memiliki rata-rata skor sebesar 17,16 dan 17,52 berarti termasuk dalam kategori sedang. Sebaran tingkat karakteristik individu petani baik yang tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi tersaji pada Tabel 27.