BAPPEDA dan Biro Ekonomi Setda Bojonegoro merupakan stakeholders yang menentang tetapi kekuatannya lemah di sebabkan tidak mempunyai kapasitas
yang cukup sehubungan dengan Tupoksi dari stakeholders tersebut. Berdasakan pemetaan diatas dapat ditentukan stakeholders yang harus di
mendapat perhatian terlebih dahulu adalah yang berada di posisi strong supports dengan program-program yang dapat mengkompensasi keuntungan yang mereka
dapatkan saat ini. Dilihat dari klasifikasi dari stakeholders ada 3 tiga stakeholders yang merupakan strong supports penambang, penyuling dan pedagang
merupakan stakeholders kunci key players dan 1 satu masuk klasifikasi subject pengusaha. Menurut Mason 2011 koalisi terjadi ketika para anggota kelompok
mengatur untuk mendukung mereka tentang isu tertentu. Koalisi merupaka respon atas isu tertentu. Koalisi dibentuk untuk mempertahankan dan meningkatkan
kepentingan diri sendiri, orang-orang dari individu atau kelompok dengan tujuan mencapai keseimbangan kekuatan yang menguntungkan serta memadai untuk
keuntungan anggota koalisi itu. Pada kasus pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo terdapat dua koalisi besar yang terbentuk yaitu koalisi yang menentang
pengelolaan sumur tua saat ini yang menginginkan agar pengelolaan sumur tua bisa dilakukan dengan lebih baik. Koalisi yang kedua merupakan koalisi yang terbentuk
karena merasakan keuntungan yang sama pada situasi pengelolaan sumur tua saat ini, motif ekonomi merupakan pendorong utama terbentuknya koalisi ini.
5.5 Konsep Strategi Pengelolaan Sumur Tua Di Desa Wonocolo.
Berdasarkan mekanisme akses terhadap sumur tua, kemampuan masyarakat memanfaatkan minyak bumi dari sumur tua atas dasar struktural dan relasional.
Faktor yang menyebabkan berupa modal, teknologi, tenaga kerja dan relasi sosial, secara formal aktivitas pengelolaan sumur tua adalah illegal karena tidak dilindungi
aspek legal berupa perijinan. Aktivitas illegal ini tetap dilakukan oleh masyarakat disebabkan kebutuhan ekonomi masyarakat dan hasil minyak bumi dari sumur tua
merupakan pilihan yang bisa dikerjakan oleh masyarakat Wesa Wonocolo. Kondisi ini disebabkan oleh terabaikannya pemberdayaan masyarakat oleh Pemda
Bojonegoro hal ini bisa dilihat dari tingkat pendidikan masyarkat yang masih rendah dan kondisi fisik desa. Maraknya aktivitas pengelolaan sumur tua juga disebabkan
oleh lemahnya kinerja kelembagaan Pemda dalam mengendalikan dan mempertahankan akses terhadap sumur tua, sehingga pengelolaan secara ilegal
bisa di cegah. Persoalan pencemaran lingkungan juga merupakan akibat tidak adanya hak pengelolaan sehingga tidak ada yang bertanggungjawab secara hukum
jika terjadi pelanggaran pencemaran dari aktivitas pengelolaan sumur tua.
Berdasarkan identifikasi masalah didapatkan kenyataan bahwa hak pengelolaan merupakan masalah yang sampai saat ini belum bisa direalisasikan
karena tidak berfungsinya koperasi sebagai lembaga yang diberi amanat dalam pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua akibat dari keengganan
masyarakat menjual hasil produksinya kepada koperasi karena belum ada kesepakatan harga karena harga yang iminta koperasi lebih rendah dibanding
dengan harga di pasar gelap kepada para pengolahpenyuling. Aktivitas pengolahan minyak bumi dan perdagangan hasil olahan adalah aktivitas illegal yang merupakan
lanjutan dari proses pengambilan minyak bumi dari sumur tua dan merupakan aktivitas yang menjadi kekuatan pengendali dari seluruh aktivitas pengelolaan sumur
tua. Hal ini diakibatkan karena lemahnya penegakan hukum oleh pihak-pihak yang terkait. Masalah ini juga menunjukan adanya kelemahan lembaga dalam
pengontrolan terhadap sumberdaya alam minyak bumi dari sumur tua. Masalah pemberdayaan masyarakat, lemahnya kelembagaan dan lemahnya
penegakan hukum merupakan faktor yang menjadi penyebab atas permasalan yang timbul dari pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua di Desa
Wonocolo. Menurut Andrews 1980, strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah,
dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan. Diperlukan aksi bersama dari semua stakeholders untuk membuat
kesepakatan bersama sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Dalam kesepakatan ini masing-masing stakeholders harus memahami bahwa semua
aktivitas ilegal dihentikan yang didahului dengan proses pemeberdayaan pada pihak yang kehilangan kesempatan berusaha dengan mengalihkan profesi pengolah dan
pedagang untuk bekerja pada proses pengambilan minyak, dukungan yang diberikan oleh stakeholders secara tidak sah yang berupa modal dan suapupeti
tidak dilakukan lagi dan pemda lebih aktip dalam rangka pengawasan dan pembinaan kepada para penambang dengan penekanan pada penguatan dan
restrukturisasi menejemen koperasi baik dari sisi organisasi, sumberddaya manusia maupun modal sehingga penambang mau menjual hasil produksi minyak bumi
kepada koperasi. Gambar 16 menunjukan proses menyusun strategi berdasarkan permasalahan yang ada.
Gambar 16 Bagan Konsep Strategi Pengelolaan Pertambangan Minyak Bumi Rakyat di Desa Wonocolo.
5.5.1 Pemberdayaan Masyarakat Penambang Menurut Sumodiningrat 1999, bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa
menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
memberdayakan. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Pemberdayaan pada dasarnya adalah
proses pembinaan dan pengawasan, menurut Awandana 2010 pemberdayaan adalah suatu proses
yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat dan pengorganisasian masyarakat.
Definisi tersebut menggambarkan tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku
masyarakat dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan antara lain: kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk
Minyak Bumi
Sumur Tua Masyarakat
Lokal State
Property Open
Access
Status
Pencemar Komoditi
Oknum Aparat Oknum Pemda
Masyarakat Pendatang
PERTAMINA Pemda
Penegak Hukum
Koperasi Perdagangan
Pengolahan Pengambilan
EKPLOITASI
Pengusaha
SOLUSI
Aksi bersama dan Penegakan hukum
Pemberdayaan Kelembagaan
mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat. Pemberdayaan adalah bukan hanya konsep ekonomi, atau hanya konsep
politik. Pemberdayaan adalah konsep yang menyeluruh atau holistic Kartasasmita, 1997. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum
termanfaatkan secara penuh potensinya melalui pemberdayaan diharapkan akan meningkat bukan hanya ekonominya, melainkan juga harkat, martabat, rasa
percaya diri, dan harga dirinya. Hal ini dapat diartikan bahwa pemberdayaan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai
tambah sosial dan nilai tambah budaya. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada program-program
pemberian charity. Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak
lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih
baik secara berkesinambunagan. Persoalan di kawasan pertambangan hampir selalu terjadi antara
masyarakat penambang dengan pemerintah. Hal ini terjadi karena harapan masyarakat yang tidak terealisir ataupun karena keinginan masyarakat untuk ikut
mengakses sumberdaya tambang tersebut tidak tercapai. Semua itu disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sangat terbatas akibat belitan
kemiskinan di tengah keterbatasan keahlian yang mereka miliki. PERTAMINA sebagai lembaga yang mempunyai infrastuktur, financial dan
teknologi yang memungkinkan untuk membuat sistem pemberdayaan yang sesuai dengan keinginan penambang. Pembentukan lembaga yang beroriantasi
ekonomi dan bermodal kuat, seperti koperasi karyawan PERTAMINA merupakan alternative yang paling rasional untuk mengatasi masalah financial yang selama
ini dialami oleh koperasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya para penambang tidak akan menolak atau menentang
apapun kebijakan yang di terapkan oleh Pemerintah Daerah, prinsip utamanya adalah mereka bekerja dan mendapatkan hasil atas pekerjaan ini, pembelian
kontan atas hasil kerja mereka merupakan salah satu solusi yang bisa menjadi awal dari berbagai persoalan yang timbul dari pertambangan minyak bumi rakyat
di Desa Wonocolo.
Langkah selanjutnya adalah dengan mendata jumlah kelompok penambang dan identitas anggota kelompok sehingga secara administrasi jumlah
penambang akan terdata dan terkontrol dengan baik. Langkah ini juga untuk menjadikan mereka sebagai penambang yang legal yang secara psikologis
memberikan rasa aman dalam berusaha. Semua kegiatan ini harus di fasilitasi oleh Pemerintah Daerah setempat dan di dukung oleh payung hukum berupa
Peraturan Daerah Perda. Pendataan jumlah penambang dan kelompok penambang ini juga
dimaksudkan agar pemerintah dapat membuat program pembinaan dan pengawasan agar kegiatan penambangan ini tidak berdampak negatip terhadap
keseimbangan lingkungan atau dapat meminimalisir pencemaran lingkungan. Pembinaan dan pengawasan ini diperlukan karena pada umumnya tingkat
pengetahuan masyarakat penambang tentang pencemaran masih rendah. 5.5.2
Penguatan Kelembagaan Kelembagaan institusi memberi tekanan pada lima hal, yaitu : 1
berkenaan dengan aspek sosial, 2 berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku individu dalam sistem sosial, 3 berkaitan dengan perilaku,
seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak yang mantap dan sudah berjalan lama dalam kehidupan masyarakat, 4 ditekankan pada pola perilaku yang
disetujui dan memiliki sanksi dalam kehidupan masyarakat dan 5 pelaksanaan kelembagaan diarahkan pada cara-cara baku untuk memecahkan masalah yang
terjadi dalam sistem sosial tertentu Syahyuti 2003. Dalam rangka pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua
diperlukan kebijaksanaan pengembangan sistem pertambangan rakyat secara terpadu, yang mengkaitkan seluruh komponen dan mekanisme pelaksanaan
operasional pertambangan rakyat, meliputi; jumlah sumur yang dikelola, jumlah penambang aktif, organisasi penambang yang sudah ada, infrastruktur yang ada,
teknologi pertambangan yang digunakan dan lain-lain. Kebijaksanaan yang menyeluruh tersebut harus didukung oleh kebijaksanaan lintas sektoral dan
keterpaduan antar Dinas dan Instansi yang terkait dengan pertambangan. Penguatan kelembagaan informal berupa pendataan kelompok-
kelompok penambang yang ada untuk memudahkan dalam pembinaan dan pengawasan. Pembinaan meliputi bidang teknologi penambangan yang ramah
lingkungan dan menejemen organisasi. Kelemahan kelembagaan pemerintah terlihat dengan maraknya aktivitas
masyarakat dalam pengambilan, pengolahan dan pemasaran hasil olahan minyak
bumi. Pemerintah daerah tidak mampu mengendalikan dan mempertahankan akses terhadap sumur tua. Hal itu tidak akan terjadi jika peran kelembagaan
berjalan sesuai kapasitasnya, karena pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua sudah mempunyai aspek legalitas yakni Permen ESDM no, 01
tahun 2008 tentang Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua. Kompleksitas permasalahan pengusahaan pertambangan minyak bumi
pada sumur tua khususnya dalam mengendalikan peredaran dan penjualan minyak mentah kepada para penyuling diperlukan langkah-langkah yang tepat.
Pada dasarnya terdapat 3 tiga prinsip kerjasama dalam pengembangan kelembagaan pertambangan minyak bumi rakyat di Desa Wonocolo, yakni; 1.
Sinergi dan kemitraan, yaitu para penambang dituntut untuk berbagi peran dan fungsi di dalam pengelolaan sumur tua; 2. Partisipatif, yaitu melalui pelibatan
seluruh pelaku di bidang tersebut, yang merupakan pengembangan dari tiga unsur utama pelaku pertambangan rakyat, yaitu: Pemerintah, PERTAMINA dan
Masyarakat; 3. Bersifat holistik multisektoral dan multidimensional, yaitu dengan didukung oleh struktur organisasi, administrasi dan mekanisme kerja
lembaga yang terkait dengan pengelolaan sumur tua. Selain itu didukung pula oleh faktor perundang-undangan atau peraturan daerah yang terkait dengan
bidang pertambangan rakyat khususnya pengelolaan sumur tua. 5.5.3 Aksi Bersama dan Penegakan Hukum.
Menurut Marshal 1998 mengartikan aksi kolektif sebagai aksi yang dilakukan oleh sebuah kelompok, baik secara langsung atau atas nama
organisasi, dalam mencapai apa yang oleh anggota kelompok itu dianggap sebagai kepentingan bersama. Aksi kolektif dilaksanakan secara sukarela oleh
partisipannya yang membedakannya dengan usaha kolektif oleh kelompok- kelompok pekerja yang dibayar.
Akasi bersama ini diperlukan dalam pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo dengan melakukan kesepakatan diantara para stakeholders yang
terkait dengan tujuan untuk mendapatkan hak pengelolaan secara sah atas pengambilan minyak mentah dengan cara meniadakan aktivitas pengolahan dan
perdagangan minyak olahan. Sebagai kompensasi dari peniadaan aktivitas pengolahan dan perdagangan minyak olahan para pedagang dan pengolah
dialihkan pekerjaannya pada aktivitas pengambilan minyak. Hal lain dalam rangka aksi bersama ini juga harus dibarengi dengan penguatan koperasi dengan
merubah sistem pembelian minyak mentah dari para penambang dengan harga sesuai dengan harga pasar dan dilakukan secara tunai.
Sementara itu definisi penegakan hukum law inforcement secara luas menurut Hamzah 1997, meliputi kegiatan preventif yang meliputi negosiasi,
supervisi, penerangan dan nasehat dan represif yang meliputi mulai dari kegiatan penyelidikan,penyidikan sampai penerapan sanksi baik administratif
maupun hukum pidana. Penegakan hukum merupakan mata rantai terakhir dalam dalam siklus pengaturan regulatory chain perencanaan kebijakan. Urutan siklus
pengaturan perencanaan kebijakan yakni: 1 perundang-undangan legislation; 2 penentuan standar standard setting; 3 pemberian izin lizensing; 4
penerapan implementation; 5 penegakan hukum law enforcement. Lemahnya kelembagaan pada aktivitas pengelolaan sumur tua khususnya
pada aktivitas pengolahan dan perdagangan minyak olahan yang dibiarkan berlangsung tanpa ada penindakan tegas kepada para pelaku karena dari aspek
legal kegiatan ini tidak mempunyai dasar hukum, hal ini juga menunjukan lemahnya penegakan hukum.
Lemah kuatnya penegakan hukum oleh aparat akan menentukan persepsi ada tidaknya hukum oleh masyarakat. Bila penegakan
hukum oleh aparat lemah, masyarakat akan beranggapan bahwa hukum di lingkungannya tidak ada atau seolah berada dalam hutan rimba yang tanpa
aturan. Penegakan hukum sangat diperlukan dalam pengusahaan pertambangan
minyak bumi pada sumur tua di Desa Wonocolo terutama dalam kegiatan pengolahanpenyulingan karena kegiatan ini merupakan awal dari pelanggaran
berkaitan dengan ijin dan kualitas hasil olahan yang dihasilkan. Kegiatan selanjutnya yang melanggar hukum adalah distribusi hasil olehan yang berupa
minyak solar dan minyak tanah, dimana kewenangan yang ada berada di pihak PERTAMINA seperti yang diatur dalam Undang-undang no. 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi sesuai pasal 1 ayat 20 yang menyebutkan bahwa kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan danatau niaga dengan tujuan
memperoleh keuntungan danatau laba harus mendapatkan ijin usaha. Penegakan hukum dalam pengusahaan pertambangan minyak bumi pada
sumur tua di Desa Wonocolo ini diperlukan koordinasi dengan aparat penegak hukum seperti Polres Bojonegoro, Polres Tuban dan Polres Blora, Kejaksaan
Pengadilan Negeri Bojonegoro, KejaksaanPengadilan Negeri Tuban dan KejaksaanPengadilan Negeri Blora. Kegiatan-kegiatan dalam rangka
pengawasan dan pencegahan pengolahan minyak mentah dan distribusinya dilaksanakan melalui tindakan represif seperti patroli rutin, operasi gabungan,
operasi fungsional dan tindakan preventif melalui penyuluhan. Keberhasilan penegakan hukum pengelolaan sumur tua di desa Wonocolo dipengaruhi oleh
kemampuan penegak hukum dalam mengatasi hambatan dan kendala yakni: 1. Hambatan dan kendala yang berupa tingkat pengetahuan masyarakat yang
beragam yang dapat menyebabkan persepsi hukum yang berbeda; 2. Kesadaran hukum masyarakat masih rendah; 3. Belum jelasnya peraturan hukum terkait
pengelolaan sumur tua; 4. Integritas penegak hukum yang masih rendah; 5. Masalah pembiayaan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan