4.1.3 Peta Desa Wonocolo
Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten BojonegoroSumber: Kecamatan Kedewan Dalam Angka,
2010.
4.2 Peta Pertambangan Blok Cepu
:
Gambar 7 Peta Wilayah Kerja PT. PERTAMINA Region Jawa Area Cepu Sumber: Pertamina EP Region Jawa Area Cepu, 2006
Peta Tanpa Skala
Wonocolo
Tabel 10. Sejarah Pengelolaan Lapangan Minyak Blok Cepu
No Periode Pengelola
1 1888
Deutche Petroleum Maatschappij DPM 2
1893 Kegiatan Eksplorasi pertama di Cepu
3 1911
Bataafsche Petroleum Maatschappij BPM 4
1942 Jepang
5 1948
Perusahaan tambang Minyak Nasional PTMN 5
1950 Administrasi Sumber Minyak ASM
7 1957
Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia PTMRI 8
1961 PN Permigan
9 1966
Pusdik Migas Bagian Lemigas-Jakarta 10
1978
Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi PPTMGBLEMIGAS
11 1984
Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi PPT Migas 12
1988 PERTAMINA Unit EP III Cepu
13 1995
PERTAMINA Operasi EP Cepu 14
1998 PERTAMINA Daerah Operasi Hulu Cepu
15 2000
PERTAMINA Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Timur 16
2003 PT PERTAMINA Persero Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Timur
17 2005-
Sekarang
PT PERTAMINA EP Region Jawa Area Cepu
Sumber: Pertamina EP Region Jawa Area Cepu, 2006
Dari data Bappeda dalam Kabupaten Bojonegoro dalam Data Makro 2009 diperoleh data mengenai pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo dan disajikan
pada tabel 11. Tabel 11 Jumlah Sumur Tua dan Dapur Sulingan di Desa Wonocolo.
Uraian Jumlah
Keterangan
A. Sumur Aktip B. Sumur Tidak Aktif
- Rusak - Belum Produksi
- Belum Ketemu - Sumur mengambang
C. Jumlah Dapur Suling 110
223 36
45 31
1 150
- Sumur dikelola Perusahaan = 8 - Sumur di kelola Masyarakat = 102
D. Kelompok Penambang E. Kelompok Penyuling
F. Penambang Berbadan
HukumPerusahaan swasta 46
115 1
Sumber : Kabupaten Bojonegoro dalam Data Makro 2009
Sumur aktif dalam tabel 11 di atas terdiri dari: A. Sumur yang dikelola perusahaan PT. Trifika sebanyak 8 delapan sumur:
W144, W178, W30, W174, W107, W 191, W 227 dan D 159. B. Sumur yang dikelola masyarakat sebanyak 102 seratus dua sumur: W114,
W192, W28, W195, W03, W57,W155, W53, W67, W23, W34, W186, W197,
W101, W51, W117, W228, W143, W160, W189, W 219, W26, W41, W167, W44, W62, W172, W220, W97, W129, W116, W42, W98, W157, W179,
W135, W161, W204, W33, W162, W233, W64, W141, W47, W127, W145, W214, W231, W187, W188, W99, W133, W95, W109, W146, W66, W100,
W148, W19, W22, W37, W108, W184, W190, W121, W138, W202, W15, W25, W65, W03, W05, W175, W59, W152, W217, W206, W234, W208,
W168, W47, W181, W129, W139, W153, W04, W40, W02, W04, W05, W08 W77, W87, W81, W82, W111, W55, W64, W94, W91, W83 dan W10.
4
.
3. Koperasi Bogasasono.
Pada 1942, rakyat minta izin penguasa waktu itu, untuk menambang sendiri dengan cara tradisional dan kegiatan ini berkembang. Di zaman kemerdekaan
mereka bisa menjual minyak sampai ke Solo, Jawa Tengah, antara lain untuk pembakaran kapur. Izin di zaman Jepang itu kemudian diperbarui pada 1977
dengan dikeluarkanya SK Bupati Bojonegoro, waktu itu Bupati Soeyono. Pada 1981, pemberian izin tersebut diteruskan dengan catatan, hasil penjualan minyak harus
dimanfaatkan untuk keperluan desa. ANTARA Jawa Timur News, 15 Juni 2010. Periode paling maju dalam pengelolaan sumur tua di desa Wonocolo terjadi
mulai tahun 1960 pada saat desa Wonocolo di pimpin oleh Watah Wiryaosentono Mbah Watah sebagai kepala desa. Pada periode ini masyarakat desa Wonocolo
bisa bekerja di tambang tradisional dan bisa hidup layak dari upah yang diperolehnya.
Namun era kekuasaan besar kepala desa sebagai pengatur bisnis minyak mentah ini berakhir pada tahun 1987, setelah muncul reaksi dari penambang akibat
ketidakadilan pendapatan. Pada tahun 1987, Ditjen Migas menunjuk KUD Bogasasono sebagai kontraktor jasa angkut minyak mentah. Semua hasil minyak
mentah harus dijual kepada Ditjen Migas. Sebagai imbalannya, KUD Bogasasono mendapatkan kompensasi jasa angkut.
Hasil jasa ongkos angkut ini dikembalikan kepada penambang, setelah dipotong biaya operasional koperasi, mulai dari sewa lahan untuk penampungan minyak
mentah di lahan hutan milik Perhutani, gaji karyawan, sumbangan desa, kerugian akibat susut minyak. Kerjasama antara Ditjen Migas dengan KUD Bogasasono
sudah berakhir pada 31 Maret 1988, kemudia Pertamina Daerah Operasi Hulu DOH sejak 1 April 1988 menggantikan posisi Ditjen Migas untuk melakukan
kontrak kerjasama dengan KUD Bogasasono periode tahun 2004-2009 tetapi pada kerjasama ini masyarakat sudah merasa mengalami kerugian karena besarnya
biaya operasional tidak sesuai dengan harga beli yang ditetapkan oleh Pertamina
dan sejak saat inilah masyarakat tidak lagi menjual produksi minyak mentahnya kepada koperasi.
4.4 Proses Pertambangan Rakyat Minyak Bumi di Desa Wonocolo.