108
Tabel 50 Ketersediaan dan pelayanan infrastruktur…………………..lanjutan
No Dukungan Sarana
Kategori Sertifikasi
Non Sertifikasi Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase D
Informasi 1. Sarana Informasi
1 Sulit 10
17,24 15
25,86 2 Mudah
47 82,46
43 74,14
2. Pelayanan 3 tahun terakhir
1 Tidak Semakin Baik
10 17,24
16 27,59
2 Semakin Baik 47
82,46 42
72,41 E
Kesehatan 1. Sarana Kesehatan
1 Sulit 0,00
0,00 2 Mudah
57 100,00
58 100,00
2. Pelayanan 3 tahun terakhir
1 Tidak Semakin Baik
0,00 0,00
2 Semakin Baik 57
100,00 58
100,00 F
Pendidikan 1. Sarana Pendidikan
1 Sulit 0,00
0,00 2 Mudah
57 100,00
58 100,00
2. Pelayanan 3 tahun terakhir
1 Tidak Semakin Baik
0,00 0,00
2 Semakin Baik 57
100,00 58
100,00 G
Pelatihan, Penyuluhan,
Bimbingan Teknis 1. Sarana Pelatihan,
Penyuluhan, Bimbingan Teknis
1 Sulit 56
96,55 56
96,55 2 Mudah
1 1,75
2 3,45
2. Pelayanan 3 tahun terakhir
1 Tidak Semakin Baik
56 96,55
56 96,55
2 Semakin Baik 1
1,75 2
3,45 H
Penyedia Modal 1. Sarana Kesehatan
1 Sulit 0,00
0,00 2 Mudah
57 100,00
58 100,00
2. Pelayanan 3 tahun terakhir
1 Tidak Semakin Baik
0,00 0,00
2 Semakin Baik 57
100,00 58
100,00
5.11 Strategi Pengelolaan Hutan Rakyat dan Perdagangan Kayu Rakyat
Suatu kebijakan baik yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah maupun Pemerintah Desa atau Kelompok yang ada di masyarakat akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat yang ada di desa, modal sosial seluruh unsur masyarakat
sangat diperlukan sehingga pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat akan berjalan dengan baik dan lestari. Oleh karena itu diperlukan strategi
pengembangan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat sehingga dapat diimplementasikan.
109
Pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat dalam pencapaian tujuannya memerlukan strategi yang tidak hanya berdasarkan pada sumberdaya
alam, sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia saja, tetapi membutuhkan penguatan modal sosial masyarakat yang menjadi sasaran program pembangunan.
Strategi pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat seharusnya melibatkan unsur-unsur sosial, ekonomi dan budaya setempat, sehingga tidak
menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah dan dapat berkelanjutan walaupun proyek telah berakhir. Strategi pengelolaan hutan rakyat
dan perdagangan kayu rakyat yang tepat diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar karena pemanfaatan hutan rakyat dengan baik tidak
hanya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para pemiliknya, tetapi juga dapat menstimulasi berbagai aktivitas ekonomi Patabang et al. 2008.
Strategi pengembangan dalam pengelolaan dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian ini menggunakan analisis Kekuatan Strength, Kelemahan
Weakness, Peluang Opportunity dan Ancaman Threat atau SWOT sebagaimana telah dilakukan oleh Rinawati 2012 pada studi Modal Sosial
Msyarakat dalam Pembangunan Hutan Rakyat di MDM Sub DAS Cisadane Hulu dan Setyowati 2010 pada studi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove di Desa Surodadi Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Analisis SWOT kemudian dilanjutkan dengan analisis Matriks Perencanaan
Stratejik Kuantitatif Quantitative Strategic Planning Matrix – QSPM untuk memperoleh strategi yang paling sesuai dan dapat diterapkan sesuai kondisi
setempat. Analisis SWOT dan QSPM didapatkan melalui tahapan sebagai berikut: 1 Tahap pengumpulan data atau masukan, 2 Tahap analisis atau
pemaduan, dan 3 Tahap pengambilan keputusan.
5.11.1 Tahap Pengumpulan data
Berdasarkan hasil kajian di lapangan terhadap pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat, petani di lokasi penelitian serta hasil penelusuran
dan wawancara terhadap tokoh masyarakat, penyuluh, asosiasi pengusaha kayu, aparat dari dinas terkait dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu