Pola Perdagangan Kayu Rakyat

96 di tingkat petani yang ada di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi tersaji pada Tabel 40. Tabel 40 Pola perdagangan kayu rakyat ditingkat petani di lokasi yang tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi. No Sub unsur kepedulian Kategori Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Skor Jumlah orang Persentase Skor 1 Tata Waktu Penjualan Kayu rakyat Saluran III 52 91,23 52 53 91,38 53 Saluran II 5 8,77 10 5 8,62 10 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 62 58 100,00 63 2 Rantai Pemasaran Kayu rakyat Saluran III 53 92,98 53 56 96,55 56 Saluran II 4 7,02 8 2 3,45 4 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 61 58 100,00 60 3. Sistem Penjualan Kayu Rakyat Saluran III 56 98,25 56 56 96,55 56 Saluran II 1 1,75 2 2 3,45 4 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 58 100,00 60 Jumlah skor sertifikasi dan non sertifikasi = 181 dan 183 rata-rata skor = 3,18 dan 3,16 Selang nilai untuk pola perdagangan kayu rakyat dengan Xmax=9 dan Xmin=3 dengan N= 3 adalah 2, sehingga pola perdagangan dapat dibagi menjadi: a. Rendah bila skor jaringan sosial 5 b. Sedang bila skor jaringan sosial 5 sd 7 c. Tinggi bila skor jaringan sosial 7 Tabel 40 diketahui bahwa skor rata-rata pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah 3,18 dan 3,16 yang termasuk dalam kategori rendah. Pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan kelasnya tersaji pada Tabel 41. Tabel 41 Pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan kelasnya No Kategori Pola Perdagangan Kayu Rakyat Selang Nilai Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Saluran III 5 52 91,23 53 91,38 2. Saluran II 5 – 7 5 8,77 5 8,62 3. Saluran I 7 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 58 100,00 97 Tabel 41 menunjukkan bahwa pola perdagangan di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam kategori rendah dengan nilai sebesar 91,23 untuk lokasi yang tersertifikasi dan 91,38 untuk lokasi yang belum tersertifikasi. Hal ini terjadi karena pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani di lokasi penelitian masih menggunakan pola-pola lama. Pola perdagangan kayu rakyat ini terdiri dari, tata waktu penjualan kayu rakyat, rantai pemasaran kayu rakyat dan sistem penjualan kayu rakyat. - Tata waktu penjualan kayu rakyat Pola tata waktu penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi hutan rakyat yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran pemasaran tiga penjualan dengan cara tebang butuh. Rendahnya penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan tata waktu ini dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yang mendesak diantaranya, biaya pendidikan atau masuk sekolah, biaya untuk berobat, biaya untuk mengadakan hajatan. Oleh karena itu pola penjualan ini sering dinamakan dengan pola tebang butuh. Pada umumnya petani yang ada di lokasi penelitian merupakan petani yang subsisten, yaitu pemanenan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. - Rantai pemasaran kayu rakyat Pola rantai penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran tiga lewat bakul atau pedagang. Hal ini terjadi karena di lokasi penelitian ada kaitannya dengan waktu tebang butuh, ketika para petani membutuhkan uang segera, mereka langsung memanggil bakulpedagang untuk membeli pohon yang akan dijual. Kesepakatan harga ditentukan oleh petani itu sendiri dengan bakul, yang biasanya dengan ketentuan bakul menanggung seluruh biaya produksi maupun administrasinya. 98 Petani juga terkadang menjual kayu tersebut langsung ke pembeli, dimana pembeli ini biasanya adalah tetangga dekat rumah yang membutuhkan kayu untuk membangun rumah atau kandang ternak, untuk harganya mereka menggunakan taksiran sendiri. - Sistem penjualan kayu rakyat Sistem penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani di lokasi baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran tiga penjualan dengan tegakan. Rendahnya penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan sistem penjualannya ini dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yang mendesak, diantaranya: biaya pendidikan atau masuk sekolah, biaya untuk berobat, biaya untuk mengadakan hajatan. Oleh karena itu pola penjualan ini sering dinamakan dengan pola tebang butuh. Selain itu, mereka melakukan tebang butuh karena tidak memiliki kemampuan dan alat untuk mengolah menjadi kayu olahan, walaupun mereka mengerti bahwa menjual kayu dengan sistem kubikan maupun olahan lebih mahal dibandingkan dengan sistem jual tegakan.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Unsur-unsur Pembentuk

Modal Sosial Petani Sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh manusia merupakan unsur modal manusia yang dapat mengerakkan kapital personal dalam meningkatkan kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Menurut Lawang 2005 semakin tinggi modal manusia semakin besar peluang untuk membentuk kapital sosial. Modal fisik juga mempunyai hubungan yang erat dengan modal sosial karena mendukung proses produksi yang memungkinkan orang memperoleh keuntungan dan memungkinkan orang untuk meningkatkan investasi Lawang 2005. Untuk mengetahui hubungan antar komponen karakteristik individu dan ada tidaknya hubungan karakteristik individu dengan unsur-unsur pembentuk modal sosial digunakan korelasi peringkat spearman. Secara rinci hubungan antara karakteristik 99 individu dan modal sosial disajikan pada Tabel 42 dan 43, sedangkan nilai korelasi secara lengkap tersaji pada Lampiran 3 sd 10. Tabel 42 Hubungan antara komponen pada karakteristik individu petani di lokasi yang telah tersertifikasi No Korelasi Komponen karakteristik individu Umur Pend. Formal Pend. Non formal Pendapatan Tk. Kesehatan Luas lahan Lama tinggal Status Sosial 1. Umur - -0,487 0,118 -0,111 0,255 -0,174 0,121 -0,194 2. Pend. Formal -0,487 - 0,337 0,439 0,239 -0,090 -0,010 0,354 3. Pend. non formal 0,118 0,337 - 0,461 -0,106 0,139 0,128 0,154 4. Pendapatan -0,111 0,439 0,461 - 0,012 0,404 -0,.078 0,759 5. Tingkat kesehatan -0,255 0,239 -0,106 0,012 - -0,241 0,229 -0,002 6. Luas lahan -0,174 -0,090 0.139 0,404 -0,241 - -0,126 0,483 7. Lama tinggal 0,121 -0,010 0,128 -0,078 0,229 -0,126 - -0,108 8. Status sosial -0,194 0,354 0,154 0,759 -0,002 0,483 -0,108 - Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 43 Hubungan antara komponen pada karakteristik individu petani di lokasi yang belum tersertifikasi No Korelasi Komponen karakteristik individu Umur Pend. Formal Pend. Non formal Pendapatan Tk. Kesehatan Luas lahan Lama tinggal Status Sosial 1. Umur - -0,468 -0,078 -0,252 -0,278 -0,023 -0,169 -0,189 2. Pend. Formal -0,468 - 0,306 0,495 0,039 0,117 0,159 0,301 3. Pend. non formal -0,078 0,306 - 0,470 0,015 0,191 -0,220 0,529 4. Pendapatan -0,252 0,495 0,470 - -0,011 0,260 0,037 0,649 5. Tingkat kesehatan -0,278 0,039 0,015 -0,011 - 0,125 0,216 -0,158 6. Luas lahan -0,023 0,117 0,191 0,260 0,125 - -0,188 0,426 7. Lama tinggal -0,169 0,159 -0,220 0,037 0,216 -0,188 - -0,025 8. Status sosial -0,189 0,301 0,529 0,649 -0,158 0,426 -0,025 - Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 42 dan 43 menunjukkan korelasi yang sama antara lokasi penelitian yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi, terlihat bahwa umur berkorelasi negatif dengan pendidikan formal artinya semakin tua umur responden semakin rendah pendidikan formal. Sedangkan pendidikan formal berkorelasi positif dengan pendapatan dan status sosial artinya semakin tinggi pendidikan