menyulitkan dalam penindakan pelanggaran dibidang hukum lingkungan karena kegiatan dilakukan oleh kelompok masyarakat yang tidak berbadan hukum.
22
5.3.4 Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Sektor Minyak dan Gas Bumi tidak dapat Dipungut.
Undang-undang UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan
dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi dengan
imbangan: 69,5 enam puluh sembilan setengah persen untuk Pemerintah Pusat ; 30,5 tiga puluh setengah persen untuk daerah. Selanjutnya dari 30
tersebut di bagikan dengan ketentuan; a. 6 enam persen dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan; b. 12 dua belas persen dibagikan untuk
kabupatenkota penghasil; c. 12 dua belas persen dibagikan untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi bersangkutan.
Pada kasus pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo Pemerintah daerah tidak mempunyai data mengenai jumlah produksi dari sumur tua karena hasil
produksi tidak disetorkan ke PERTAMINA. Para penambang lebih suka menjual ke penyuling atau dilakukan penyulingan sendiri sehingga hasilnya akan lebih tinggi.
Data produksi minyak mentah ytang disetorkan ke PERTAMINA merupakan dasar untuk menghitung dana perimbangan yang akan diperoleh oleh Pemda.
5.4 Analisis Stakeholders
Stakeholders merupakan pihak-pihak berkepentingan yang mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh tujuan pengelolaan pertambangan rakyat tersebut, baik
individu, kelompok ataupun organisasi
23
. Identifikasi stakeholders menggunakan wawancara mendalam dan teknik snowball menetapkan sebanyak 15 limabelas
stakeholders dengan deskripsi seperti disajikan Tabel 12.
22
Berdasarkan hasil wawancara pada lampiran 2 wawancara 7
23
Lihat lempira 5 Analisis stakeholders berdasarkan kepentingan dan aspirasinya
Tabel 12 Identifikasi Stakehoders
No Stakeholders
Status Job Description
1 Penambang
Kelompok
- Bekerja pada proses penambangan
2 Penyuling
Kelompok
- Bekerja pada proses pengolahan
3 Pedagang
Kelompok
- Membeli dan menjual minyak olahan penyuling
4 Kades
Wonocolo Institusi
- Menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembanguan, kemasyarakatan dan tugas lainnya sesuai UU dengan
prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas publik
5 Camat
Kedewan Institusi
-Menangani sebagian urusan otonomi dan menyelenggarkan tugas umum pemerintahan lainnya yang
sesuai UU.
6 PERTAMINA
Institusi
- BUMN Bidang Industri Hilir Minyak dan Gas Bumi
7 BAPPEDA
Institusi
- Melakukan koordinasi perencanaan program Rencana
Kerja Pemerintah Daerah kegiatan pembangunan diantara Dinas - Kantor Daerah dan satuan unit Organisasi
Lembaga Teknis Daerah lainnya dalam penyusunan Rencana Pembangunan Daerah.
8 Ka.
Lingkungan Hidup
Institusi
- Perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup ; Pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas di bidang
pengembangan kapasitas dan pengamanan lingkungan hidup, pengkajian dampak dan pengembangan teknologi
lingkungan hidup, pengendalian pencemaran, kerusakan dan konservasi lingkungan hidup.
9 Dinas
Pertambangan Institusi
- Pembinaan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pertambangan dan energi ; Pelaksanaan dan pengawasan
dan pengendalian teknis operasional dibidang
pertambangan dan energi ; Pelaksanaan pengawasan terhadap mutu bahan bakar minyak di dalam wilayah
kabupaten; Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya mineral dan energi
10 Biro Ekonomi
Institusi
- Menyelenggarkan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, pemantauan dan evaluasi industri,
perdagangan dan penanaman modal, koperasi, UMKM dan BUMD serta jasa Keuangan dan Perbankan,
Pariwisata, Pertambangan, Perhubungan serta pekerjaan umum.
11
Polsek Kedewan
Institusi
- Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan
12 Koperasi
Bogasasono Institusi
- Menyalurkan hasil produksi minyak mentah yang dihasilkan penambang
13 DPRD II
Institusi
- Mewakili dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam rangka pembangunan.
14 Pengusaha
PT. Trifika
- Satu-satunya perusahaan swasta yang ikut mengelola sumur tua
15
LSM Merah Putih
Institusi
- Lembaga sosial yang bergerak dalam pendampingan penambang dalam rangka pemberdayaan masyarakat
penambang
Sumber: Hasil Olah Data
Masyarakat penambang dan penyuling kebanyakan merupakan masyarakat Desa wonocolo, mereka sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam
pengelolaan sumur tua. Disamping itu, tempat tinggalnya berdekatan dengan lokasi sumur tua. Masyarakat sangat bergantung dan dipengaruhi oleh keberadaan sumur-
sumur tua secara ekonomi yaitu merupakan tempat untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ketergantungan masyarakat
yang tinggi kepada hasil dari sumur-sumur tua ini akibat kemiskinan karena lahan pertanian tadah hujan yang ada di Desa Wonocolo tidak memberikan hasil yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat bekerja mengelola sumur- sumur tua pada dasarnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak
adanya jaminan masa depan, karena tidak ada investasi untuk pendidikan dan keluarga, serta ketrampilan berusaha dan berwiraswasta sangat rendah yang
menyebabkan tidak memiliki akses terhadap lapangan kerja. Oleh karena itu, masyarakat yang merupakan stakeholders inti dalam pengelolaan sumur-sumur tua
di Desa Wonocolo. Pedagang minyak olahan kebanyakan berasal dari luar Desa Wonocolo,
kelompok merupakan kelompok oportunis yang mengambil kesempatan memanfaatkan hasil penyulingan minyak mentah menjadi solarminyak tanah. Pada
kelompok ini motivasi ekonomi merupakan pendorong utamanya, keberadaan kelompok ini secara langsung berpengaruh pada kegiatan penyulingan minyak
mentah. Hasil wawancara mendalam dengan informan di lokasi penelitian menyebutkan bahwa penambang dan penyuling merasa memiliki hak secara
historis atas hasil minyak dari sumur tua tersebut, karena pengelolaan sumur tua dilakukan secara turun temurun, oleh karena itu mereka selalu berusahan mencari
sumur-sumur tua yang belum ditemukan agar dapat dikelola secara berkelompok atau dijual kepada pengusaha atau pemodal dengan imbalan berupa jatah hasil
minyak mentah jika sumur tersebut menghasilkan. Kepala Desa Wonocolo dan Camat Kedewan juga berkepentingan dalam pengelolaan sumur tua yaitu menjaga
stabilitas sosial dan peningkatan kesejahteraan warganya. PERTAMINA merupakan BUMN yang berwenang untuk mengelola
pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia mempunyai kepentingan berupa minyak mentah yang dihasilkan dari pengelolaan sumur-sumur tua. Sebagai
pelaksana usaha pada pengelolaan sumur tua PERTAMINA berpengaruh secara administrasi dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dari
sumur-sumur tua ini.
DPRD II, BAPPEDA, Dinas Pertambangan, Kantor Lingkungan Hidup, Biro Ekonomi Pemda Bojonegoro memiliki misi mengelola sumur-sumur tua yang dapat
meningkatkan PAD, meningkatkan kesejahteraan masyarakat penambang, mengurangi dampak kegiatan terhadap lingkungan dan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat. Hal di atas menyebabkan stakeholders pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro sangat mempengaruhi kebijakan yang diambil serta
tindakan yang akan dilakukan dalam pengelolaan sumur-sumur tua, oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi antara keempat intansi kabupaten tersebut dengan
PERTAMINA. Koperasi Bogasasono yang memegang mandat sebagai pelaksana
operasional pengelolaan sumur tua sesuai Permen ESDM No.01 Tahun 2008 berkepentingan atas hasil minyak mentah dan berpengaruh pada koordinasi dan
pengaturan para penambang dalam memperoduksi minyak mentah dari sumur- sumur tua. Keberhasilan menejemen Koperasi Bogasasono akan menentukan
keberhasilan pengelolaan sumur-sumur tua, baik dari sisi finansial, teknis maupun dari sisi pembinaan.
Lembaga swadaya masyarakat LSM yang turut berperan dalam pengelolaan sumur tua yakni: LSM Merah Putih melaksanakan kegiatannya di
bidang pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. LSM ini secara khusus berupaya melakukan penguatan hak-hak masyarakat atas
sumberdaya alam dan advokasi kebijakan pada pengelolaan sumur tua. Pelibatan LSM dalam pengelolaan sumur tua bertujuan untuk mengupayakan dan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap para pemodal sekaligus mencarikan alternatif solusi kearah penguatan kapasitas masyarakat serta penyampaian informasi
perlindungan dan peningkatan kesadaran hukum dalam pengelolaan sumur-sumur tua. Oleh karena itu LSM Merah Putih merupakan stakeholders yang dapat
mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan sumur-sumur tua 5.4.1 Kepentingan Interest Stakeholders
Pengelolaan sumur tua, dalam pelaksanaannya melibatkan stakeholders atau pihak yang berkepentingan dan terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung. Stakeholders tersebut merupakan bagian dari sistem pengelolaan yang masing-masing memiliki kepentingan interest tersendiri terhadap sistem atau
mekanisme pengelolaan sumur tua. Terkait dengan hasil dari analisis kepentingan interest dan aspirasi
stakeholders tersebut, pada prinsipnya masing-masing stakeholders memiliki kepentingan yang bersifat spesifik. Hal ini berhubungan dengan kewenangan,
otoritas, peran, dan tanggung jawab yang terdapat pada masing-masing stakeholders terkait pengelolaan sumur tua. Hasil skoring tingkat kepetingan
stakeholders dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Skoring Kepentingan Importance Stakeholders dalam Pengelolaan Sumur
Tua di Desa Wonocolo
No Stakeholders
Aspek Fungsi Sumur Tua Desa Wonocolo Jumlah
Kebijakan Ekonomii Ekologi Sosial
Budaya 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
Penambang Penyuling
Pedagangpedagang Kepala Desa Wonocolo
Camat Kedewan PERTAMINA
BAPPEDA Kantor Lingkungan Hidup
Dinas Pertambangan Biro Ekonomi
Polsek Kedewan Koperasi Bogasasono
DPRD II Pengusaha
LSM Merah Putih 5
3 3
4 3
2 2
3 4
2 3
4 4
4 1
5 5
5 5
4 1
2 2
4 4
2 4
4 4
1 2
2 2
3 3
2 2
5 4
3 3
2 4
3 1
4 5
5 5
4 3
1 2
4 3
2 2
4 2
2 1
1 1
3 3
4 4
2 4
1 1
1 3
1 3
17 16
16 20
17 12
11 13
11 10
11 13
19 14
8
5.4.2 Pengaruh Stakeholders.
Menurut Reed et al 2009, untuk melihat besarnya tingkat pengaruh masing- masing stakeholders terhadap pengelolaan sumur tua, maka perlu diketahui
informasi terhadap kekuatan stakeholders dalam mempengaruhi pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo selama ini. Skoring tingkat pengaruh stakeholders dapat
dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Skoring Pengaruh Stakeholders dalam Pengelolaan Sumur Tua di Desa
Wonocolo
No Stakeholders
Instrumen Kekuatan Sumber Kekuatan
Jumlah
Condign Compen- Satory
Condi- tioning
Perso- nality
Organi- sasi
1 Penambang
4 4
4 4
5 21
2 Penyuling
4 5
5 3
5 22
3 PedagangPedagang
5 5
5 3
5 23
4 Kades Wonocolo
3 3
2 3
3 14
5 Camat Kedewan
2 3
2 2
1 10
6 PERTAMINA
2 1
1 2
3 9
7 BAPPEDA
2 2
1 1
2 8
8 Kantor LH
2 2
1 1
2 8
9 Dinas Pertambangan
2 3
2 2
2 11
10 Biro Ekonomi
1 1
1 1
1 6
11 Polsek Kedewan
2 2
3 3
4 14
12 Koperasi Bogasasono
2 1
1 2
1 7
13 DPRD II
3 3
3 3
4 16
14 Pengusaha
1 1
2 2
2 8
15 LSM Merah Putih
2 2
3 2
2 11
5.4.3 Klasifikasi Stakeholders.
Nilai penting importance tabel 13 dan pengaruh stakeholders pada Tabel 14, yang dijumlahkan dalam Tabel 15, kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk
gambar dengan menempatkan posisi masing-masing stakeholders ke dalam empat kategori. Gambar 15 menunjukkan posisi masing-masing stakeholders tersebut
dalam konteks keberhasilan pengelolaan sumur tua di Blok Cepu. Tabel 15 Jumlah Skoring Pengaruh dan Kepentingan Stakeholders pada
Pengelolaan Pertambangan Minyak bumi Rakyat di Desa Wonocolo.
No Stakeholders
Pengaruh Kepentingan
1 Penambang
21 17
2 Penyuling
22 16
3 Pedagang
23 16
4 Kades Wonocolo
14 20
5 Camat Kedewan
10 17
6 PERTAMINA
9 12
7 BAPPEDA
8 11
8 Kantor Lingkungan Hidup
8 13
9 Dinas Pertambangan
11 11
10 Biro Ekonomi
6 10
11 Polsek Kedewan
14 11
12 Koperasi Bogasasono
7 13
13 DPRD II
16 19
14 Pengusaha
8 14
15 LSM Merah Putih
11 8
KE P
E NT
ING AN
Ti ng
gi
Subjects Key Players
R en
d ah
Crowd Context Setters
Keterangan: 1. Penambang; 2. Penyuling; 3. Pedagang; 4. Kades Wonocolo; 5. Camat Kedewan; 6. PERTAMINA; 7. BAPPEDA; 8. Kantor LH; 9. Dinas Pertambangan; 10. Biro
Ekonomi; 11. Polsek Kedewan; 12. Koperasi Bogasasono; 13. DPRD II Bojonegoro; 14. Pengusaha; 15. LSM Merah Putih.
Gambar 14 Klasifikasi Stakeholders berdasarkan Pengaruh dan Kepentingannya dalam Pertambangan Minyak Bumi Rakyat di Desa Wonocolo,
diadaptasi dari Eden dan Ackermann 1998 dalam Bryson 2004 dan Reed et al. 2009.
Analisis kepentingan dan pengaruh stakeholders dalam penelitian ini dilakukan untuk memetakan tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholders dalam
pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo. Terdapat 15 lima belas stakeholders yang memiliki kepentingan dan pengaruh dalam
pengelolaan kawasan tersebut yang dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu kelompok yang mewakili stakeholders pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
yakni; 1. Penambang; 2. Penyuling; 3. Pedagang; 4. Kades Wonocolo; 5. Camat Kedewan; 6. PERTAMINA; 7. BAPPEDA; 8. Kantor LH; 9. Dinas Pertambangan; 10.
Biro Ekonomi; 11. Polsek Kedewan; 12. Koperasi Bogasasono; 13. DPRD II Bojonegoro; 14. Pengusaha; 15. LSM Merah Putih.
Selanjutnya setiap stakeholders dipetakan berdasarkan tingkat kepentingan dalam pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo serta
pengaruh antar satu stakeholders terhadap stakeholders lainnya. Pemetaan stakeholders dilakukan berdasarkan matriks pengaruh dan kepentingan diadaptasi
dari Eden dan Ackermann 1998 dalam Bryson 2004 dan Reed et al. 2009. Ada dua hal yang dilakukan dalam analisis ini yaitu menjaring seluruh
stakeholders yang terkait dalam pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo dan
PENGARUH
Rendah Tinggi
5 4
13
7 6
3
11 10
15 9
14 8
12
2
1
selanjutnya pemberian penilaian skoring berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh antar stakeholders. Terdapat 5 lima stakeholders yang berada pada
kuadran ke III key players merupakan stakholders yang aktif karena mempunyai kepentingan dan pengaruh tinggi terhadap permasalahan pengelolaan sumur tua,
yakni DPRD II, Kades Wonocolo, Penambang, Penyuling dan Pedagang. Semua stakeholders tersebut memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam
pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo. Tingginya pengaruh dari setiap stakeholders tersebut dapat dilihat dari peran masing-masing
stakeholders terhadap pengelolaan sumur tua. Stakeholders dari birokrat Kades Wonocolo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator dan evaluator dalam
pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo. DPRD II sebagai lembaga legislasi memberikan pengaruh kepada stakeholders lainnya yaitu pihak
eksekutif dalam menentukan arah kebijakan sekaligus melakukan pengontrolan terhadap kinerja pemerintah dalam pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi
di Desa Wonocolo berdasarkan regulasi yang telah dirumuskan dan ditetapkan bersama eksekutif. Sedangkan pedagang merupakan stakeholders yang paling
tinggi pengaruhnya. Pedagang akan memberikan pengaruh terhadap stakeholders lainnya yakni penyuling dan penambang. Eksistensi pedagang ini merupakan kunci
dari penyelesaian permasalahan pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo. Pada kuadran ke IV terdapat 4 empat stakeholders yaitu:, camat Kedewan,
Kantor LH, Koperasi Bogasasono dan Pengusaha. Stakeholders yang berada pada kuadran ini pada dasarnya memiliki kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan
pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo, tetapi pengaruhnya terhadap stakeholders lainnya rendah. Hal ini terjadi karena kelompok stakeholders ini tidak
memiliki kewenangan untuk mempengaruhi stakeholders lainnya, namun sebagai institusi mempunyai kepentingan yang tinggi sehubungan dengan tugas dan fungsi
kelembagaan yang diembannya. Stakeholders yang berada di kuadran ini merupakan pihak yang penting untuk dilibatkan secara aktip dalam pengelolaan
pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo. Kantor LH berkepentingan atas dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumur tua
dan penyulingan minyak mentah. Sumur tua secara ekonomi berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena potensi pertanian yang rendah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengusaha berkepentingan mengembangkan usaha dan peningkatan pendapatan perusahaan dari sektor
minyak bumi. Kelompok stakeholders ini mempunyai pengaruh rendah, meskipun mereka mendukung kegiatan, kapasitasnya terhadap dampak mungkin tidak ada,
tetapi mereka dapat menjadi berpengaruh jika membentuk aliansikoalisi dengan stakeholders lainnya.
Pada kuadran I terdapat 5 lima stakeholders yaitu: PERTAMINA, BAPPEDA, Dinas Pertambangan, Biro Ekonomi dan LSM Merah Putih, LSM Merah
Putih merupakan stakeholders yang paling lemah, artinya pengaruh dan kepentingan rendah pada kasus pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo, hal ini
disebabkan secara hukum tidak memiliki kewenangan untuk mempengaruhi stakeholders lain dan kepentingannya hanya bersifat administratip, tetapi LSM
Merah Putih sebagai lembaga pengontrol yang memiliki misi dan visi sosial untuk memberikan kritik ketika stakeholders lainnya yang memanfaatkan kawasan tidak
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan cenderung menyebabkan terjadinya ekploitasi berlebihan pada sumberdaya alam dan penurunan kualitas lingkungan.
Meskipun pengaruh dan kepentingannya rendah terhadap hasil yang diinginkan tetapi kelompok ini harus dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan. Pada kuadran II terdapat 1 satu stakeholders yaitu: Polsek Kedewan,
stakeholders ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap stakeholders lainnya dikarenakan tugas dan fungsi yang menjadi tanggungjawabnya yaitu menjaga
ketertiban dan keamanan dikawasan pertambangan rakyat minyak bumi di Desa Wonocolo, pengaruh yang besar ini bisa mempengaruhi stakeholders yang lain, oleh
karena itu dapat menjadi resiko yang signifikan sehingga harus dipantau. 5.4.4 Pemetaan Stakeholders dalam Bingkai Masalah Problem-Frame.
Menurut Bryson 2004 memetakan stakeholders dalam bingkai masalah problem frame akan memudahkan untuk mengidentifikasi stakeholders dalam. Hal
ini penting untuk didefinisikan agar dapat mengetahui stakeholders atau kelompok stakeholders mana yang mendukung atau menentang pada permasalahan yang
dihadapi. Pemetaan ini juga bertujuan agar dapat diketahui apa yang memotivasi tindakan stakeholders untuk menyikapi permasalahan yang ada. Gambar 15
menjelaskan posisi stakeholders dalam bingkai masalah yang dikembangkan oleh Bryson 2004 diadaptasi dari Nutt dan Backoff 1992.
High
Suppo r
t
Low Low
O ppo
si ti
o n
High
Keterangan: 1. Penambang; 2. Penyuling; 3. Pedagang; 4. Kades Wonocolo; 5. Camat Kedewan; 6. PERTAMINA; 7. BAPPEDA; 8. Kantor LH; 9. Dinas Pertambangan; 10. Biro Ekonomi; 11. Polsek
Kedewan; 12. Koperasi Bogasasono; 13. DPRD II Bojonegoro; 14. Pengusaha; 15. LSM Merah Putih.
Gambar 15 Pemetaan Stakeholders dalam Bingkai Masalah Pengelolaan Pertambangan rakyat Minyak Bumi di Desa Wonocolo Bryson 2004
diadaptasi dari Nutt dan Backoff 1992 Pada gambar 15 menunjukan bahwa kebanyakan stakeholders berada pada
posisi strong opponent atau pihak yang menentang kuat permasalahan yang terjadi pada pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo stakeholders tersebut yakni: Kades
Wonocolo; Camat Kedewan; PERTAMINA, Kantor LH; Dinas Pertambangan; Polsek Kedewan; Koperasi Bogasasono; DPRD II. Stakeholders pada posisi ini menentang
karena secara kelembagaan merupakan pihak yang bertanggungjawab dan pihak yang dirugikan pada permasalahan pengelolaan pertambangan rakyat minyak bumi
di Desa Wonocolo. Pihak strong opponent tidak memperoleh manfaat secara ekonomi. Pada posisi strong opponent ini merupakan lawan dari strong supoorts
yakni: Pedagang; Penyuling; Penambang dan Pengusaha. Stakeholders yang mendukung permasalahan riil di lapangan disebabkan karena menikmati
keuntungan yang besar dari situasi yang ada terutama secara ekonomi. Pada posisi weak supports hanya ditempati oleh LSM Merah Putih, pada
dasarnya LSM mendukung terhadap penyelesaian masalah yang terjadi pada pengelolaan pertambangan rakyat di Desa Wonocolo dengan catatan ada win-win
solution, tetapi LSM mempunyai kewenangan rendah dari sisi kebijakan untuk menyelesaikan kasus yang terjadi.
Strong Supports Weak Supports
Weak Opponents Strong Opponents
11
1 2
3 15
14
5 13
9 12
8 6
4 10
7
Stakeholders Power
BAPPEDA dan Biro Ekonomi Setda Bojonegoro merupakan stakeholders yang menentang tetapi kekuatannya lemah di sebabkan tidak mempunyai kapasitas
yang cukup sehubungan dengan Tupoksi dari stakeholders tersebut. Berdasakan pemetaan diatas dapat ditentukan stakeholders yang harus di
mendapat perhatian terlebih dahulu adalah yang berada di posisi strong supports dengan program-program yang dapat mengkompensasi keuntungan yang mereka
dapatkan saat ini. Dilihat dari klasifikasi dari stakeholders ada 3 tiga stakeholders yang merupakan strong supports penambang, penyuling dan pedagang
merupakan stakeholders kunci key players dan 1 satu masuk klasifikasi subject pengusaha. Menurut Mason 2011 koalisi terjadi ketika para anggota kelompok
mengatur untuk mendukung mereka tentang isu tertentu. Koalisi merupaka respon atas isu tertentu. Koalisi dibentuk untuk mempertahankan dan meningkatkan
kepentingan diri sendiri, orang-orang dari individu atau kelompok dengan tujuan mencapai keseimbangan kekuatan yang menguntungkan serta memadai untuk
keuntungan anggota koalisi itu. Pada kasus pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo terdapat dua koalisi besar yang terbentuk yaitu koalisi yang menentang
pengelolaan sumur tua saat ini yang menginginkan agar pengelolaan sumur tua bisa dilakukan dengan lebih baik. Koalisi yang kedua merupakan koalisi yang terbentuk
karena merasakan keuntungan yang sama pada situasi pengelolaan sumur tua saat ini, motif ekonomi merupakan pendorong utama terbentuknya koalisi ini.
5.5 Konsep Strategi Pengelolaan Sumur Tua Di Desa Wonocolo.