Identifikasi Masalah dalam Pengelolaan Pertambangan Rakyat di Desa Wonocolo.

5.2 Identifikasi Masalah dalam Pengelolaan Pertambangan Rakyat di Desa Wonocolo.

Identifikasi masalah pada pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo ditujukan untuk lebih memudahkan dalam mencari solusi dan strategi yang tepat dalam pengelolaannya. Identifikasi ini diperlukan agar masalah yang terjadi di kawasan sumur tua dapat dipahami secara lebih komprehensif. Pada pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua terdapat 2 dua masalah utama yang menimbulkan masalah lain sebagai turunannya. Masalah tersebut meliputi hak pengelolaan property right dalam pengambilan minyak bumi dari sumur tua dan legalitas kegiatan pengolahan minyak mentah dan perdagangan minyak solar dan minyak tanah hasil pengolahan. 5.2.1 Hak Pengelolaan Property Right dalam Pengambilan Minyak Bumi Pengangkatan minyak mentah merupakan proses lanjutan setelah sumur berhasil diperbaiki, sistem kerja yang masih tradisional dan penggunaan alat yang sederhana menyebabkan optimalisasi hasil minyak mentah akan sulit diwujudkan. Pengambilan minyak mentah ini secara de facto diakui dan direstui oleh pemerintah setempat Kecamatan dan Desa tetapi secara de jure merupakan kegiatan illegal sesuai dengan Permen ESDM No. 1 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa pengelolaan sumur tua dapat di laksanakan oleh KUDBUMD. Hal tersebut menegaskan bahwa pengelolaan sumur tua hanya bisa dilaksanakan oleh KUD atau BUMD dengan ijin Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral. Akses masyarakat Desa Wonocolo terhadap sumur tua tidak didasarkan pada hak right tetapi bedasarkan pada mekanisme struktur dan relasional berupa faktor modal, teknologi, tenaga kerja dan relasi sosial.Akses bukan berdasarkan hak ini secara formal digolongkan sebagai aktivitas illegal sehingga tidak memiliki kekuatan hukum tidak dilindungi secara hak. Kondisi ini akan menyebabkan rawan intervensi gangguan dari pihak-pihak yang berwenang. Impilikasinya dari kondisi ini adalah aktivitas pengelolaan berikutnya juga illegal pengolahan dan perdagangan minyak olahan. Mengacu pada Permen ESDM no. 01 tahun 2008 tentang pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua, masyarakat akan mendapatkan hak menambang secara legal jika membentuk koperasi dan minyak bumi dijual kepada PERTAMINA. Ketentuan ini bisa dilihat pada pasal 2 ayat 2 dalam hal kontraktor tidak mengusahakan dan memproduksikan minyak bumi dari sumur tua sebagaimana di atur pada ayat 1, KUD dan BUMD dapat mengusahakan dan memproduksikan minyak bumi setelah mendapat persetujuan Menteri ESDM sehingga seluruh kegiatan pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua yang tidak mendapatkan ijin dari menteri merupakan kegiatan illegal. Penyebab dari kondisi ini adalah: 1. Tidak ada pilihan pekerjaan masyarakat selain melakukan penambangan minyak bumi dari sumur tua; 2. Tidak berfungsinya koperasi sebagai lembaga formal sebagai wadah bagi masyarakat dalam pengelolaan sumur tua hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mau menjual minyak hasil menambang karena harganya lebih murah dibanding harga pasar gelap. Dampak negatif dari tidak adanya hak pengelolaan ini akan menyebabkan sulitnya penindakan hukum jika terjadi pelanggaran hukum karena tidak ada penanggung-jawab kegiatan pemrakarsa seperti jika terjadi pencemaran lingkungan. Dampak lainnya adalah pemerintah daerah tidak bisa mendapatkan pendapatan dari kegiatan penguahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua karena tidak ada mekanisme untuk mendapatkan retribusipajak dari kegiatan yang tidak berbadan hukum dan illegal. Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat pada gambar 13, sebagai berikut: Gambar 13 Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumur Tua di Desa Wonocolo. PERTAMINA • Minyak mentah untuk di olah SUMUR TUA - Tidak ekonomis dlm skala besar dan teknologi tinggi - Ekonomis dengan teknologi sederhana Akses oleh masyarakat lokal Dukungan kelembagaan tdk sah Illegal Karakteristik SDA Minyak bumi Kebijakan Mekanisme Akses PERDAGANGAN • Solar • Minyak tanah PENGOLAHAN • Solar • Minyak tanah PENGAMBILAN • Minyak mentah KOPERASIBUMD • Menyalurkan minyak mentah Minyak bumi - Komoditi - Pencemar Stakeholders DRIVER POWER • Permintaan tinggi • Disparitas harga Legal Dukungan Kebijakan Terjadi karena: • Harga jual minyak mentah lebih tinggi kpd pengolah • Harga minyak olahan lebih rendah di pasaran • Permintaan tinggi thd minyak olahan Tidak terjadi karena: • Tidak didukung oleh kebijakan Pemda • Koperasi tidak berfungsi krn tidak ada kecocokan dengan penambang harga lebih rendah Aktor yg mendukung kegiatan tetap illegal Free Riders Relasi Informal Relasi Formal Kegiatan pengusahaan minyak bumi pd sumur tua illegal: • Rawan pungli • Tidak mendapat jaminan hukum STRATEGI: • Penguatan kelembagaan Pemda dan Koperasi • Pemberdayaan masyarakat penambang • Penegakan hukum kegiatan ilegal Pengolahan, perdagangan dan pencemaran 5.2.2 Legalitas Kegiatan Pengolahan Dan Perdagangan Minyak Olahan tidak Sesuai Kebijakan yang Berlaku A. Pengolahan Minyak Mentah. Proses pengolahan ini dilakukan oleh penambang dengan alasan dapat meningkat nilai ekonomi dari minyak mentah sendiri. Pada awalnya kegiatan ini di sebabkan kesulitan para penambang memasarkan minyak mentah hasil mereka karena kerjasama dengan koperasi Bogasasono sudah berakhir secara sepihak dan para penambang tidak mau menyetorkan hasil minyak mentahnya kepada koperasi disebabkan tidak ada kesepakatan harga. Dengan adanya pengolahan minyak mentah ini akan menyebabkan nilai tambah bagi minyak mentah hasil para penambang sehingga harga minyak mentah akan lebih mahal jika dijual kepada penyuling hal inilah yang menyebabkan masyarakat tidak mau menjual kepada koperasi. Penyebab masalah ini adalah lemahnya penegakan hukum oleh aparat baik aparat keamanan maupun aparat pemerintah terkait. Tingginya nilai ekonomi hasil olahan minyak mentah inilah menjadi pemicu permasalahan pada pengelolaan sumur tua 13 . Dengan adanya pengolahan minyak mentah di lokasi penambangan menarik para pendatang dari luar Desa Wonocolo untuk ikut melakukan pengolahan minyak mentah hal ini menyebabkan semakin sulitnya pemberantasan kegiatan ini karena kekuatan massa yang besar dan rentan konflik horisontal jika pemerintah berniat untuk melakukan pemberantasan secara represif. Dampak dari aktivitas ini adalah persaingan untuk mendapat bahan baku berupa minyak mentah menjadi tinggi sehingga harga minyak mentah menjadi tinggi. 14 B. Perdagangan Minyak Olahan. Kondisi ini menyebabkan para penambang tidak mau menjual hasil minyak mentah kepada koperasi karena harga beli koperasi lebih rendah. Para pedagang berasal dari luar Desa Wonocolo seperti Kabupaten Tuban, Bojonegoro dan Blora. Kelompok pedagang membeli minyak solar dari penambang tradisional untuk di jual sendiri ada juga yang dijual kepada penampung besar, baik yang ada di Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro maupun Kabupaten Blora, mereka akan mendapatkan untung lebih besar jika bisa menjual sendiri sebagai campuran solar resmi dari SPBU tetapi untuk sistem ini diperlukan modal yang cukup besar. 15 13 Berdasarkan hasil wawancara pada lampiran 2 wawancara 3 14 Berdasarkan hasil wawancara pada lampiran 2 wawancara 2 15 Berdasarkan hasil wawancara pada lampiran 2 wawancara 4 Keberadaan kelompok ini merupakan faktor utama marakanya kegiatan penambanganan minyak bumi karena dari kelompok ini transaksi jual beli dilakukan secara tunai yang merupakan dana untuk membiayai semua kegiatan yang berkaitan dengan penambangan minyak bumi dan dari kelompok ini penghasilan para penambang di peroleh. Dari sisi kebijakan kegiatan ini merupakan bentuk pelanggaran Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mengenai distribusi produk olahan minyak bumi. Dalam pasal 23 angka 1 dan 2 bahwa usaha pengangkutan dan niaga minyak olahan harus mendapat ijin dari pemerintah dan PERTAMINA merupakan badan usaha yang ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana usaha hilir minyak bumi. Penyebab dari aktivitas ini bisa berlangsung karena lemahnya penegakan hukum oleh aparat keamanan. Dampak dari aktivitas ini adalah harga minyak olahan berupa solar dan minyak tanah yang lebih rendah dari harga resmi di pasaran, hal ini menyebabkan permintaan akan solar dan minyak tanah menjadi tinggi. Tingginya permintaan akan minyak olahan menyebabkan maraknya aktivitas tanpa bisa dikendalikan oleh pemerintah daerah. 5.2.3 Pencemaran Lingkungan. Kesadaran akan permasalahan lingkungan hidup mendorong negara untuk mulai mempersoalkan hubungan antara lingkungan hidup dan prioritas pembangunan yang sangat mendesak seperti pengusahaan pertambangan. Pengusahaan pertambangan disadari termasuk salah satu kegiatan yang cukup banyak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Subsektor pada sektor pertambangan dan Energi, tiga diantaranya yaitu; subsektor pertambangan umum, minyak dan gas bumi, listrik dan pengembangan energi baru merupakan subsektor yang kegiatannnya berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan berupa perusakan dan pencemaran lingkungan perairan, tanah dan udara. Pencemaran tersebut selanjutnya akan menimbulkan dampak turunan yang akhirnya dapat menimbulkan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan usaha pertambangan. Pengelolaan lingkungan hidup dalam usaha pertambangan adalah dua hal yang saling bertentangan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan yang tegas untuk usaha pertambangan diwajibkan untuk melakukan pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan. Menurut Priyanto 2010 pencemaran tanah terjadi disekitar sumur tua dan sekitar lokasi penyulingan, sementara pencemaran air terjadi pada badan sungai yang mengalir di kawasan pertambangan rakyat. Hal ini juga terjadi pada lokasi kegiatan pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo. 16 Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen, sebagai dasar konstitusional pengelolaan sumberdaya alam termasuk sumberdaya alam pertambangan sudah mencakup perlindungan lingkungan hidup dalam ayat 4 yang intinya “prinsip pengelolaan sumberdaya alam nasional, berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta kemandirian dan menjaga keseimbangan”.

5.3 Analisis Isi Kebijakan.