3 Penertiban dan pembinaan yang dilakukan oleh Negara dengan imbalan sejumlah pungutan dari penambang, meskipun pembinaan tersebut tidak jelas
dan diserahkan kepada pemda setempat.
2.2. Permasalahan dalam Pertambangan Rakyat.
Pertambangan rakyat merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi bidang pertambangan yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dari para pelakunya,
menurut Zulkarnain 2008 terdapat 4 empat faktor yang mempengaruhi kegiatan pertambangan rakyat ini, yaitu:
2.2.1 Faktor Kebijakan Kegiatan penambangan oleh masyarakat umumnya berlangsung di lahan-
lahan negara, terutama di bekas tambang Belanda dan kawasan hutan, pada lahan masyarakat dan bahkan di dalam areal konsesi perusahaan. Penggalian secara
ilegal tersebut bukan saja merugikan negara dan mengancam keselamatan lingkungan, tetapi juga menimbulkan persoalan yang serius bagi sektor lainnya,
seperti sektor kehutanan dan lingkungan hidup, ketika mereka menambang di kawasan hutan konservasi dengan teknologi yang kurang berwawasan lingkungan.
Namun penanganan persoalan masyarakat penambang masih belum menjadi prioritas pemerintah di Indonesia. Bahkan di era otonomi daerah saat ini, banyak
Pemda yang belum memiliki Perda untuk mengatur kegiatan tersebut dan kalaupun ada yang sudah memiliki umumnya belum diimplementasikan.
Keberadaan sumur tua minyak bumi ternyata tidak dimanfaatkan oleh pemda dengan mekanisme yang benar dan mengesankan ada “pembiaran” terhadap
keberadaan sumur tua. Timbulnya permasalahan pengusahaan pertambangan rakyat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Zulkarnain et al 2004 ada
beberapa alasan yang menyebabkan pemerintah melakukan hal tersebut, yakni: 1 Ketidak mampuan pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja pengganti.
2 Lokasi penambangan umumnya berada di daerah terpencil remote area. 3 Penambangan dilakukan berdasarkan intuisi tanpa data eksplorasi yang
lengkap, sehingga potensi komoditi tambang tidak diketahui dengan pasti. 4 Adanya oknum aparat, baik pemerintah maupun keamanan, yang ”melindungi”
dan ”bermain” dalam kegiatan tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun kelompok.
Pada beberapa kasus, pemerintah mencoba melakukan tindakan penertiban untuk memutus hubungan antara penambang dengan para oknum yang melindungi
mereka. Namun hal itu hanyalah satu mata rantai dari persoalan yang demikian
rumit di kawasan pertambangan. Seharusnya pemerintah melakukan suatu solusi yang holistik dan terencana untuk menata dan mengatur kegiatan pertambangan
rakyat tersebut sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dengan dampak seminimal mungkin.
2.2.2 Faktor Modalitas. Unsur modalitas yang paling berperan adalah kualitas sumberdaya manusia
dan tingkat perekonomian masyarakat itu sendiri. Secara formal tingkat pendidikan mereka relatif rendah, yakni dominan SD, SLTP dan sedikit SLTA. Pendidikan yang
relatif rendah membuat mereka tidak mampu untuk berkompetisi dalam memperoleh pekerjaan yang memadai, sehingga kegiatan menambang menjadi pilihan yang
menarik, karena selain tidak memerlukan keahlian khusus juga dapat mendatangkan uang secara cepat dan kadang dalam jumlah yang cukup banyak.
Kemiskinan dan tingkat perekonomian yang rendah membuat mereka bersedia melakukan kegiatan tersebut dengan segala resikonya. Sementara itu, bagi
masyarakat yang memang tumbuh dalam budaya menambang, selain kedua faktor di atas, budaya yang mereka warisi telah melahirkan sebuah sikap atau pilihan hidup
yang mengalahkan segalanya karena menambang bagi mereka bukanlah hanya sekedar sebuah profesi tetapi telah menjadi bagian dari hidup yang mereka nikmati.
Kondisi yang terakhir ini akan menyebabkan masyarakat tersebut akan sangat sulit untuk dapat beralih ke profesi yang lain. Kerugian sosial yang perlu mendapat
perhatian dalam aspek modalitas ini, antara lain: 1 Terbentuknya cara pandang dan sikap hidup para penambang yang kehilangan
kepatuhan terhadap aturan-aturan hukum yang berlaku. 2 Cenderung berorientasi kepada tujuan jangka pendek dengan mengambil
segala resiko. 3 Sikap individualistis dan tidak mempunyai komitmen komunal yang kuat walau
bekerja secara berkelompok dan sangat toleran terhadap komunitasnya. 4 Kurang memiliki tanggungjawab dan seringkali cenderung bersikap tidak jujur.
2.2.3 Faktor Kelembagaan Secara umum kelembagaan atau organisasi belum ditemui dalam
masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan karena tingkat SDM dan kemampuan mereka yang terbatas. Ketiadaan lembaga ini mengakibatkan
munculnya persoalan-persoalan bagi masyarakat yang menambang, baik persoalan internal maupun eksternal Akibat dari persoalan tiadanya lembaga pada
penambangan yang dilakukan oleh masyarakat yakni;
1 Kegiatan penambangan yang mereka lakukan tidak terlindungi secara hukum, sehingga mereka seringkali memilih untuk menyembunyikan kehadiran mereka
dan main kucing-kucingan dengan aparat pemerintah dalam melakukan aktivitas penambangan. Kondisi ini berdampak pada tidak optimalnya usaha yang
mereka lakukan sehingga merugikan mereka secara ekonomi. 2 Kemampuan modal mereka yang terbatas dan tanpa adanya payung hukum
yang jelas berdampak pada adanya tindakan eksploitasi yang mereka alami, baik oleh para pemodal maupun oknum aparat.
3 Menimbulkan persoalan bagi negara atau pemerintah karena terjadinya kerusakan lingkungan tanpa adanya pihak yang bertanggungjawab untuk
melakukan pencegahan dampak kerusakan lingkungan. 4 Berkurangnya potensi penerimaan negara karena sebagian besar kegiatan
masyarakat yang menambang tidak berbadan hukum sehingga tidak memberikan kontribusi berupa royalti kepada negara.
2.2.4 Faktor Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan Aspek teknologi meliputi teknik penambangan dan pengolahan, sedangkan
aspek pengelolaan lingkungan lebih terfokus kepada persoalan-persoalan penanganan limbah penambangan dan pengolahan. Sejumlah masalah, baik yang
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja maupun yang menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungan, ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat yang
menambang, baik yang disebabkan oleh teknologi penambangan dan pengolahan yang belum efisien maupun oleh cara pengelolaan lingkungan yang belum
berwawasan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat yang melakukan
penambangan belum melakukan atau bahkan belum memberikan perhatian terhadap pengelolaan lingkungan. Kalaupun ada kegiatan mereka yang terlihat
bersentuhan dengan pengelolaan limbah, maka pada dasarnya kegiatan tersebut dilandaskan pada keinginan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dan bukan
karena kesadaran akan pentingnya melakukan pengelolaan lingkungan. Pada sebagian besar kegiatan masyarakat yang menambang, terutama di wilayah barat
Indonesia, para penambang hampir selalu membuang limbah baik air maupun ampas pengolahannya langsung ke sungai.
2.3. Landasan Hukum Pengelolaan Sumur Tua