Hasil Observasi Siklus I

perlu peningkatan lebih lanjut. Hal ini juga menunjukkkan bahwa sebagian siswa masih menyepelekan kerapian tulisan dalam menulis.

4.1.3 Perilaku Siswa Siklus I

Perilaku siswa selama pembelajaran siklus I dapat diamati melalui hasil data nontes yang terdiri atas observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes.

4.1.3.1 Hasil Observasi Siklus I

Kegiatan observasi kelas pada siklus I dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase Kategori 1. Langkah 1: Siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. Baik a. Siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. 27 77,1 b. Siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. 3 8,6 c. Siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas 5 14,3 lain, misalnya berbicara dengan teman sebangku. 2. Langkah 2: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Sangat Baik a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. 31 88,6 b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. 2 5,7 c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. 2 5,7 3. Langkah 3: Siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. a. Siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. 24 68,6 Cukup b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. 8 22,9 c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. 3 8,5 4. Langkah 4: Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Cukup a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. 24 68,6 b. Siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. 5 14,3 c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 6 17,1 5. Langkah 5: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi. a. Siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat dan cepat. 15 42,9 Kurang b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi. 20 57,1 c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. Keterangan: Sangat Baik = 86-100, Baik = 75-85, Cukup = 65-74, dan Kurang= 65 Berdasarkan tabel 12 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus I. Observasi dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah pembelajaran. Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun bercerita dengan menggunakan LCD dan speaker, lalu siswa diminta untuk memerhatikan. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. Sebanyak 77,1 siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memerhatikan tanpa apresiasi. Sebanyak 8,6 siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat. nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Ka Sebanyak 14,3 siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Beberapa siswa yang duduk dibangku bagian belakang terlihat berbicara dengan teman sebangku. Hal ini dikarenakan media yang tidak terlihat dengan baik di bangku bagian belakang karena silau dengan sinar matahari. Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 88,6 mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 2 siswa atau 5,7 memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Pada langkah ini pun ada sebanyak 2 siswa atau 5,7 tidak mau mendengarkan pertanyaan dan akibatnya mereka tidak mampu menjawab. Hal ini dikarenakan siswa tidak memperhatikan media yang disajikan sehingga mereka tidak memahami apapun. Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga langkah yang diamati. Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 68,6 siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 22,9 siswa berdiskusi namun terlihat tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 8,5 siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat pertanyaan pada LK yang tersedia. Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang tibul saat pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Sebanyak 68,6 siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 14,3 siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika berwawancara. Sebanyak 17,1 siswa malas dalam berwawancara. Guru harus beberapa kali menegur agar mereka melakukan praktik berwawancara. Langkah kelima saat siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi paragraph narasi. Sebanyak 15 siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi secara cepat dan tepat. Sebanyak 20 siswa masih mengalami beberapa kesulitan, namun meskipun masih mengalami kesulitan tetapi semua siswa sudah bisa membuat karangan narasi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak dibanding siswa yang berperilaku negatif.

4.1.3.2 Hasil Jurnal Siklus I

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

1 17 207

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 24

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SMP NEGERI 30 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE COOPERATIVE SCRIPT (CS) BAGI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5 TANON KABUPATE

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI.

0 0 62

Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

0 0 15