2.2.14 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita pada Pembelajaran
Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah melalui proses pemahaman isi teks wawancara secara teliti kemudian
mengubah isi teks wawancara tersebut ke dalam bentuk karangan narasi. Isi karangan yang ditulis harus sesuai dengan isi teks wawancara. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi adalah pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih leluasa dalam
mengekspresikan idenya ke dalam bentuk tulisan, serta dapat melatih siswa mengubah bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
Untuk dapat menarasikan teks wawancara perlu diperhatikan hal-hal yang dilakukan dalam menarasikan teks wawancara yaitu 1 dengan mengubah kalimat
langsung menjadi kalimat tak langsung, 2 mengubah penggunaan kata ganti, yaitu menggunakan kata ganti orang pertamaorang kedua menjadi kata ganti orang ketiga.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan
dialog tanya jawab secara lisan, baik langsung maupun tak langsung. Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta atau
informasi dari kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara mendetail dan mendalam, memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasi
suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa tertentu. Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi
dasar yang ada di standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama sehingga siswa harus mampu menguasai kompetensi ini.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara pada pertemuan pertama yaitu 1 guru menjelaskan materi pengantar
tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, 2 guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, 3
Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, 4 tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media
kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa, 5 tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara yang dibagikan oleh guru, 6
siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, 7 tiap kelompok membuat
kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, 8 setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, 9 setiap
kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain, 10 siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, 11 siswa memperbaiki
karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain, dan 12 siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara
pada pertemuan kedua yaitu 1 siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa
pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2 guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II, 3 guru memberikan enam
pertanyaan pancingan berdasarkan media, 4 siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan
pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai, 5 setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama
berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu a kelancaran, b penggunaan kalimat efektif, dan c kinestetik, 6 tiap-tiap siswa
menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara, 7 guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa
selama pembelajaran, 8 siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku, 9 guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, 10 Guru
bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti menitikberatkan pada penggunaan sudut pandang orang ketiga
mengubah teks wawancara menjadi narasi peneliti.
2.2.15 Evaluasi pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita
Evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan pengajaran dicapai oleh para siswa. Evaluasi pembelajaran
merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang melibatkan tiga proses yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Evaluasi merupakan proses pengumpulan
informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian, evaluasi mengandung tiga unsur yaitu pengumpulan informasi, penimbang dengan suatu kriteria, dan pengambilan keputusan.
Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
rangka mencari balikan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar dalam rangka menentukan
perkembangan hasil belajar selama proses pendidikan. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran, peneliti menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan
melihat perilaku siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian proses ini dapat dinilai dari keseriusan dan keantusiasan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil kegiatan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.3 Kerangka Berpikir