Bentuk Khusus Narasi Landasan Teoretis

Keraf 1983:141 membedakan karangan narasi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan, sedangkan narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Berikut ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar lebih jelas. Keraf 1983:141 mengungkapkan perbedaan narasi ekspositoris dan sugestif sebagai berikut. Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat 2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian Menimbulkan daya khayal 3 . Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran perlu dilanggar 4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotative Bahasanya lebih condong bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata denotatif.

2.2.7 Bentuk Khusus Narasi

Sesuai dengan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, maka narasi dapat dibedakan atas narasi bentuk yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk narasi yang terkenal yang biasanya dibicarakan dalam hubungan dengan kesusasteraan adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng semuanya termasuk dalam narasi fiktif, sedangkan sejarah, biografi, autobiografi termasuk dalam narasi kategori nonfiktif. 1 Autobiografi dan Biografi Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering dijelaskan. Perbedaannya terdapat pada naratornya pengisahnya, yaitu siapa yang bercerita dalam sebuah wacana. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi bagi pembaca. Pola umum yang dikembangkan adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urutan peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh. 2 Anekdot dan Insiden Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian saja dari autobiografi, biografi, dan sejarah. Keduanya mengisahkan suatu tindak-tanduk dalam suatu unit tersendiri. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Daya tarik anekdot tidak terletak pada penggelaran dramatik, tetapi pada suatu gagasan yang ingin diungkapkan, biasanya muncul menjelang akhir kisah sedangkan insiden peristiwa sebaliknya memiliki karakter yang lebih bebas lagi daripada anekdot. Daya tarik terdapat pada akarakter-karakter yang khas dan menjelaskan kejadian itu sendiri. 3 Skestsa Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan berlangsung dalam suatu unit waktu tidak terlalu ditonjolkan. Tujuan utama sketsa adalah menyajikan hal- hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan untuk memaparkan secara lengkap. 4 Profil Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Bagian terpenting yang dimasukkan dalam sebuah profil adalah sebuah sketsa karakter, yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangkan subjeknya. Bila kita telah selesai membaca sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu kepribadian dari seorang individu yang sesungguhnya.

2.2.8 Struktur Narasi

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

1 17 207

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 24

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SMP NEGERI 30 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE COOPERATIVE SCRIPT (CS) BAGI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5 TANON KABUPATE

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI.

0 0 62

Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

0 0 15