melakukan refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku. Permasalahan yang ditemukan pada refleksi tersebut diperbaiki oleh peneliti sehingga pada siklus II
pembelajaran berjalan dengan lancar. Peningkatan kualitas pembelajaran pun nampak pada siklus II. Selama proses
pembelajaran siswa terlihat lebih tenang dan antusias dengan pembelajaran. Selain itu, media kartun bercerita dalam bentuk visual lebih memudahkan siswa dalam
memahami informasi yang disajikan guru. Siswa tak lagi kebingungan dan mampu menyusun karangan narasi dengan lebih cepat dan tepat.
4.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata siswa untuk keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi mengalami
peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 81. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosentase hasil tes
mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, disajikan dalam diagram lingkaran berikut ini.
Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Siklus I
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I sebanyak 3 siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik
sebanyak 31 siswa, kategori cukup sebanyak 37 siswa, dan sebanyak 29 siswa mendapatkan nilai dalam kategori kurang.
Kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki di siklus II. Jika pada siklus I siswa masih mengalami mengubah teks wawancara menjadi narasi, khususnya
mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, lain halnya yang terjadi pada siklus II. Setelah guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh dan menjelaskan
secara lebih detail bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, siswa lebih mudah mengubah teks wawancara menjadi narasi dalam pembelajaran siklus II.
Hal ini berdampak positif pada peningkatan hasil tes rata-rata kelas. Nilai rata-rata tiap aspek keterampilan menulis juga mengalami peningkatan. Sikap siswa yang masih
takut bertanya kepada guru ketika pembelajaran juga berdampak pada pencapaian nilai tes. Pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang takut bertanya kepada guru
3,00 31,00
37,00 29,00
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00
Sangat baik
Baik Cukup
Kurang
Kategori
Kategori
ketika pembelajaran sehingga beberapa siswa tersebut mengalami kesulitan saat mulai menulis. Sikap siswa yang sedemikian rupa dapat diminimalisasi pada pembelajaran
siklus II. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan pemberian reward pada hasil tulisan terbaik berdampak positif pada perubahan sikap siswa. Siswa jauh lebih
siap dan bersemangat dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Mereka benar-benar berusaha menghasilkan karya terbaik agar dapat memeroleh reward.
Suasana kelas yang lebih kondusif pada pembelajaran siklus II memberikan efek positif pada hasil tes siswa. Ketika suasana kelas tenang siswa akan lebih mudah untuk
menulis. Tulisan yang mereka hasilkan juga lebih baik karena pikiran mereka fokus pada satu hal. Terbukti ketika pembelajaran siklus I suasana kelas belum sekondusif
dalam pembelajaran siklus II, sehingga nilai rata-rata hasil tes yang dicapai siswa juga belum dapat maksimal. Media pembelajaran pada siklus I yang belum bisa
mendukung siswa karena beberapa hal menyebabkan siswa tidak dapat menangkap informasi dengan tepat. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus II yang
menggunakan media visual membuat siswa lebih mudah memahami informasi yang disajikan melalui media. Aspek tersebut menjadi salah satu faktor penunjang nilai
siswa sehingga naik pada siklus II. Saran-saran yang diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran siklus I
dijadikan pertimbangan guru dalam melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II. Hal ini memberikan efek positif karena siswa merasa lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran yang sesuai dengan harapan mereka. Seperti halnya penggunaan media audiovisual yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh siswa yang duduk di bangku
bagian belakang dan siswa meminta guru menyajikan media dalam bentuk yang lain.
Setelah guru melakukan refleksi siklus I akhirnya guru memutuskan menggunakan media visual.
Hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah memahami bagaimana teknik
mengubah teks wawancara menjadi narasi yang benar. Aspek-aspek yang harus diperhatikan juga sudah dikuasai oleh siswa. Diagram berikut ini menyajikan
persentase hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II.
Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I sebanyak 25 siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik
sebanyak 75 siswa. Pada penelitiana siklus II ini tidak ada siswa yang mendapatkan nilai cukup maupun kurang.
25 75
20 40
60 80
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
Kategori
Kategori
Peningkatan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I dan II disajikan dalam tabel 23 berikut.
Tabel 23 Peningkatan Nilai Rata-rata Siklus I menuju Siklus II
No. Aspek Penilaian
Rata-rata Siklus I
Rata-rata Siklus II
Peningkatan
1. Kesesuaian Isi
72 81
12,5
2. Penggunaan
kalimat langsung
dan tak
langsung 68,6
75,5 10
3. Ejaan dan tanda baca
67,9 84
23,7 4.
Kohesi dan koherensi 73,6
86 16,8
5. Pemilihan kata
71,4 84
17,6 6.
Urutan cerita 80
88 10
7. Kerapian tulisan
66,4 82
23,5
Jumlah 499,9
580,5 16
Rata-rata Nilai 70,7
81 14,6
Pada tabel 23 di atas tampak bahwa peningkatan yang terjadi pada siklus I ke siklus II. Agar lebih jelas, peningkatan nilai tiap aspek antara siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui secara lebih jelas peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I ke siklus II. Aspek kesesuaian isi
mengalami peningkatan sebesar 12,5 dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung mengalami peningkatan sebesar 10 dari 68,6 menjadi
75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7 dari 67,9 menjadi 84. Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar
16,8 dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6 dari 71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar
10 dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5 dari 66,4 menjadi 82.
4.3.3 Perubahan Perilaku