Dengan demikian, evaluasi mengandung tiga unsur yaitu pengumpulan informasi, penimbang dengan suatu kriteria, dan pengambilan keputusan.
Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
rangka mencari balikan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar dalam rangka menentukan
perkembangan hasil belajar selama proses pendidikan. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran, peneliti menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan
melihat perilaku siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian proses ini dapat dinilai dari keseriusan dan keantusiasan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil kegiatan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun
bercerita dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP N 30 Semarang ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai
dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan selama pembelajaran sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.
Pemilihan metode kurang tepat, serta pemanfaatan media kurang maksimal. Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode pencarian
informasi dipilih untuk meningkatkan konsentrasi serta ketelitian siswa dalam
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Media kartun bercerita digunakan untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sehingga mereka akan lebih
aktif dan bersemangat. Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita
menyajikan cara pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam menulis, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode
pencarian informasi akan mendorong siswa agar lebih teliti dan berusaha untuk memahami isi dari teks berita dengan cermat. Setelah mendapatkan informasi yang
lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan narasi dengan merangkai informasi yang telah ia dapatkan. Setelah menyusun kerangka karangan,
lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan yang utuh. Media kartun bercerita di sini dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran. Media kartun bercerita yang dapat berbentuk visual maupun audiovisual. Peneliti akan menyajikan tokoh-tokoh kartun sehingga siswa akan lebih
tertarik untuk mengamati kegiatan wawancara tersebut. Jika siswa sudah merasa senang dengan media yang disajikan maka siswa pun akan lebih mudah untuk
memahami informasi yang ada pada media tersebut. Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode
pencarian informasi melalui media kartun bercerita diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi.
Bagan 1 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan
menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita maka siswa akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap ke arah yang
lebih baik. Kurang terampil dalam
mengubah teks
wawancara menjadi
narasi Penemuan
metode pencarian informasi dan
media kartun bercerita
Pembelajaran dengan
metode pencarian
informasi dan media Siswa terampil dalam
mengubah teks
wawancara menjadi
43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas PTK. Kemmis dalam Subyantoro 2009:8 menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau
inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran dari a praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, b pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan c situasi di
tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus
I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan
siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan
dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, obsrvasi, dan refleksi. Keempat
tahap dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut. OA P
RP
R T T R T
O O
Siklus I Siklus II