Hasil Observasi Siklus II

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan pada siklus II sebesar 82 dalam kategori baik. Sebanyak 9 siswa atau 25 memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 69 atau 25 siswa. Kategori cukup sebanyak 2 siswa atau 6 dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik meskipun ada dua siswa yang hanya menadapatkan nilai dalam kategori cukup.

4.2.3 Perubahan Perilaku Siklus II

Perubahan perilaku siswa pada siklus II dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes tersebut.

4.2.3.1 Hasil Observasi Siklus II

Kegiatan observasi kelas pada siklus II sama seperti siklus I. Observasi dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel 22 berikut. Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase Kategori 1. Langkah I: Siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. Sangat Baik a. Siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. 32 89 b. Siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. 2 5,5 c. Siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman sebangku. 2 5,5 2. Langkah II: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Sangat Baik a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. 31 86 b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. 5 14 c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. 3. Langkah III: Siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. a. Siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. 32 89 Sangat Baik b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. 2 5,5 c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. 2 5,5 4. Langkah IV: Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Sangat Baik a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. 32 89 b. Siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. 4 11 c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 5. Langkah 5: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi. a. Siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat dan cepat. 29 80,6 Baik b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi. 7 19,4 c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. Keterangan: Sangat Baik = 86-100, Baik = 75-85, Cukup = 65-74, dan Kurang= 65 Berdasarkan tabel 20 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus II. Observasi dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah pembelajaran. Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun bercerita, lalu siswa diminta untuk memperhatikan. Media kartun bercerita yang digunakan guru pada siklus II berbeda dengan media pada siklus I. Pada siklus I guru menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk audiovisual, pada siklus II guru menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk visual. Hal ini dilakukan guru karena pada siklus I banyak hambatan yang dialami guru ketika menggunakan media audiovisual. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. Sebanyak 89 siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. Sebanyak 5,5 siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat. Nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Sebanyak 5,5 siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 86 mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 5 siswa atau 14 memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Poin ketiga tidak nampak pada saat pembelajaran atau sebesar 0. Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 89 siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 5,5 siswa berdiskusi namun terlihat tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 5,5 siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat pertanyaan pada LK yang tersedia. Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. Siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang timbul saat pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Sebanyak 89 siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 11 siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika berwawancara. Respon ketiga ini tidak nampak pada siswa atau hanya sebesar 0. Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebanyak 29 siswa dapat mengubah teks secara cepat dan tepat. Selain itu, sebanyak 7 siswa atau 19,4 masih mengalami beberapa kesulitan dan semua siswa sudah dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak dibanding siswa yang berperilaku negatif. Bahkan hanya beberapa siswa saja yang melakukan hal negatif. Hal ini terbukti dengan tiap-tiap langkah mendapatkan poin yang baik.

4.2.3.2 Hasil Jurnal Siklus II

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

1 17 207

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 24

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SMP NEGERI 30 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE COOPERATIVE SCRIPT (CS) BAGI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5 TANON KABUPATE

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI.

0 0 62

Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

0 0 15