Hakikat Menulis Landasan Teoretis

keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita.

2.2 Landasan Teoretis

Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang keterampilan menulis, tujuan menulis, manfaat menulis, hakikat narasi, ciri-ciri narasi, jenis narasi, hakikat wawancara, teks wawancara, media kartun bercerita, metode pencarian informasi, dan penerapan metode pencarian informasi serta media kartun bercerita pada pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang pelajar, apalagi mahasiswa. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini senada dengan pendapat Akhadiah, dkk. 1991:1 yang menegaskan bahwa rangkaian aktivitas menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Selain itu, adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol- simbol bahasa tersebut. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan yang tak bertujuan. Hal senada pun diungkapkan oleh Tarigan dalam Suriamiharja, dkk 1996:1 bahwa menulis ialah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan melukiskan lambang grafis yang menggambarkan makna suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain, sehingga orang lain akan memahami suatu bahasa lewat lambing grafis yang digambarkan tersebut. Selain itu, tujuan menulis juga diungkapkan oleh Lado dalam Suriamiharja, dkk. 1996: 1 yang mengatakan bahwa to write is to put down the graphic representation. Artinya, menulis adalah merupakan suatu kegiatan menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Setiap tulisan mempunyai tujuan tertentu. Tarigan dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1 mengatakan bahwa menulis ialah sebuah kegiatan yang hasilnya akan dapat dipahami oleh seseorang melalui lambang grafis yang telah ditulis. Jadi, menulis dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai media penyampai kepada pihak lain. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui menulis, semua orang bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara langsung. Apa yang telah ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang dirasakan. Wiyanto 2004:7 mengatakan bahwa bakat yang dimiliki oleh seseorang tidak berkaitan langsung dengan kemampuan menulis. Hal ini memang benar, karena menulis itu bisa karena terbiasa, bukan karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa saja dapat menjadi penulis jika mau berusaha. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi, keempat keterampilan tersebut yaitu menulis, menyimak, berbicara, dan membaca Tarigan dalam Doyin dan Wagiran 2005:11. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam Tarigan 2008:1. Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar lainnya. Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini sangat beragam. Tarigan 2008:1 mengatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan bentuk konkrit hubungan keempat aspek berbahasa. Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. 1991:1, Lado dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1, Wiyanto 2004:7, dan Tarigan 2008:1 yang dimaksud menulis dalam penelitian ini adalah salah satu cara berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca sebagai cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat.

2.2.2 Tujuan Menulis

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

1 17 207

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 24

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SMP NEGERI 30 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE COOPERATIVE SCRIPT (CS) BAGI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5 TANON KABUPATE

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI.

0 0 62

Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

0 0 15