Media Kartun Bercerita Landasan Teoretis

Berdasarkan penjelasan Kusumah, dkk. 2003:21 dapat disimpulkan bahwa teks wawancara merupakan bentuk wawancara secara tertulis antara pewawancara dan narasumber.

2.2.12 Media Kartun Bercerita

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Guru memerlukan alat bantu penyampaian informasi ilmu pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu memahami pesan pengetahuan dengan baik. Media merupakan segala bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide untuk menyebarkan ide, sehingga idea atau gagasan itu sampai pada penerima Hamijaya dalam Rohani 1997:2. Dengan demikian media dapat diartikan sebagai „alat bantu‟ dalam menyampaikan sebuah informasi. Selain itu, Brigg dalam Rohani 1997:2 juga mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik film, video. Media sebagai „alat bantu‟, dapat berupa apapun dengan syarat dapat mempermudah penyampaian informasi. Gerlach dan Ely dalam Arsyad: 2000 mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan pendapat Hamijaya dalam Rohani 1997:2, Brigg dalam Rohani 1997:2, dan Gerlach dan Ely dalam Arsyad: 2000 dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah penyampaian idea tau gagasan. Levie dan Lentz dalam Arsyad 2000:16 mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu 1 fungsi atensi, 2 fungsi afektif, 3 fungsi kognitif, 4 fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkosentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai naskah materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar naskah bergambar, gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompositoris media pembelajaran terlihat dari hasil bahwa penelitian bahwa media visual yang memberikan materi untuk memahami isi pelajaran yang disajikan dengan naskah atau disajikan secara verbal. Sudjana dan Rivai 2007:58 mengungkapkan bahwa kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kartun sebagai alat bantu mempunyai manfaat penting dalam pengajaran, terutama dalam menjelaskan rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis atau mengandung makna. Kartun yang baik hanya mengandung satu gagasan saja. Penggunaan kartun juga dapat digunakan sebagai motivasi, ilustrasi, dan untuk kegiatan siswa Sudjana dan Rivai 2007:60. Sesuai dengan wataknya kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahan-bahan kartun bisa menjadi alat motivasi yang berguna di kelas. Penggunaan yang kedua yaitu sebagai ilustrasi. Seseorang dapat melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk kartun. Ini berarti kartun dapat digunakan sebagai ilustrasi dalam kegiatan pengajaran. Penggunaan kartun yang ketiga yaitu sebagai kegiatan siswa. Para siswa dapat membuat kartun untuk menumbuhkan minat mereka dalam suatu bidang. Kartun digunakan sebagai sarana menyuarakan apa yang ada dalam pikiran mereka. Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu media kartun bercerita. Media kartun bercerita pada konsepnya merupakan kartun yang dapat menyampaikan informasi baik secara visual maupun audiovisual kepada siswa sehingga informasi dapat dipahami siswa dengan baik. Media kartun bercerita dapat berbentuk visual. Sudjana dan Rivai 2007:8 mengungkapkan bahwa konsep keterbacaan visual dapat berupa sket, gambar, foto, diagram, tabel, dan lain-lain. Pesan visual melalui berbagai ilustrasi digunakan untuk memperjelas keterbacaan verbal. Selain itu, media kartun bercerita juga dapat berbentuk audiovisual. Rohani 1997:97 mengungkapkan bahwa media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman kemajuan ilmu pengentahuan dan teknologi, meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan didengar. Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun akan menarik minat mereka sehingga akan lebih mudah menyerap materi. Informasi yang disampaikan melalui kartun tersebut pun akan lebih mudah mereka pahami. Penyajian media kartun bercerita dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman awal tentang wawancara. Penyajian media kartun bercerita secara audiovisual membutukan LCD, laptop, dan speaker, sedangkan secara visual hanya membutuhkan gambar kartun yang mengandung informasi saja.

2.2.13 Metode Pencarian Informasi

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

1 17 207

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 3 24

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 8

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI PARAGRAF NARASI SMP NEGERI 30 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PEMANFAATAN METODE COOPERATIVE SCRIPT (CS) BAGI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5 TANON KABUPATE

0 0 19

EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI.

0 0 62

Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

0 0 15