Tujuan Pembelajaran Kelas Inklusi
21
a. Tunagrahita Istilah tungrahita berasal dari bahasa sansekerta tuna yang berarti rugi dan grahita
artinya berfikir, di Indonesia tunagrahita disebut dengan istilah lemah ingatan, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental, terbelakang mental dan lemah mental.
Menurut Gunnar Dybward dalam Moh. Amin 1995: 16 mengemukakan “mental retardation is a condition which originates during the developmental period and
is characterized by markedly subaverage intellectual in social inadequacy” maksudnya ialah keterbelakangan mental merupakan suatu kondisi sejak masa
perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibat secara rasial. Lebih lanjut Moh. Amin 1995:20
mengungkapkan bahwa seseorang baru digolongkan tunagrahita bila 1 kemampuan intelektual umum jelas berada di bawah rata-rata dan 2 kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku dan 3 terjadi dalam masa perkembangan. Apabila seseorang hanya menunjukkan salah satu dari ciri tersebut maka belum bisa
digolongkan anak tunagrahita. Dari pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita adalah anak
yang memiliki hambatan dalam hal kecerdasan dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial
b. Tunadaksa Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh tunadaksa adalah
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara
normal, akibat luka, penyakit atau pertumbuhan yang tidak sempurna, Suroyo
22
dalam Mohammad Effendi 2006: 114. Sedangkan menurut Hallahan Kauffman dalam Mumpuniarti 2001: 31 anak yang cacat fisik didefinisikan yang
mengalami keterbatasan fisik nonindera atau problem kesehatan dan terganggu kehadirannya atau belajar di sekolah sehingga membutuhkan layanan khusus,
latihan khusus, peralatan khusus, material dan fasilitas khusus. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunadaksa adalah anak
yang memiliki hambatan pada fisiknya kecuali nonindera sehingga membutuhkan layanan khusus
c. Lambat Belajar Anak lambat belajar dikenal dengan slow learners. Anak lambat belajar
berbeda dengan anak yang mengalami retardasi mental. Mumpuniarti 2007: 14 mengidentifikasi anak lamban belajar sebagai anak yang mempunyai IQ di antara
70 sampai 89. Anak lamban belajar termasuk anak yang memiliki kelamahan kognitif. Anak dengan kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan
untuk mempelajari ketrampilan atau ilmu baru tetapi masih dapat belajar dan berpartisipasi di sekolah umum dengan atau tanpa modifikasi. Lay Kekeh
Marthan, dkk 2007: 49-50 mengungkapkan bahwa anak lamban belajar diklasifikasikan sebagai anak dengan keterbatasan ketrampilan kognitif karena
mempunyai skor IQ sedikit di bawah normal. Karateristik yang dimiliki oleh anak lamban belajar menurut Munawir Yusuf 2005: 111 meliputi 1 rata-rata prestasi
belajar rendah, biasanya kurang dari enam; 2 sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik jika dibandingkan dengan ssiwa lainnya; 3
daya tangkap terhadap pelajaran lambat dan 4 pernah tinggal kelas.