64
diajarkan bisa sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa materi yang direncanakan dalam pembelajaran di kelas inklusi
belum dipersiapkan oleh guru dengan memperhatikan keadaan peserta didik di kelas inklusi
Selain dari hasil wawancara, hasi dokumentasi yang ada yaitu dokumen RPP memperlihatkan bahwa materi yang ada di dalam RPP tidak menunjukkan
perbedaan antara materi untuk pembelajaran siswa normal dan ABK di kelas inklusi.
c. Perencanaan metode pembelajaran Metode yang direncanakan untuk pembelajaran di kelas inklusi berdasarkan
hasil wawancara dengan dengan NG selaku guru kelas V menyatakan bahwa dalam merencanakan metode untuk pembelajaran di kelas inklusi, NG
menggunakan metode seperti metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas. Metode ini berlaku untuk semua siswa tidak terkecuali ABK. Hal ini juga
diungkapkan oleh SU selaku guru kelas III yang menyatakan bahwa metode yang digunakan antara lain diskusi, tanya jawab, penugasan. Berikut ini hasil
wawancara dengan SU “metode yang digunakan di kelas sama, hanya ada perhatian yang lebih ketika siswa berkebutuhan khusus mengerjakan matematika
dan menulis. Kalau kelompok bisa bersama-sama, hanya membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih saja”.
Metode yang direncanakan untuk pembelajaran di kelas inklusi dari hasil wawancara di atas pada dasarnya sama dengan metode yang direncanakan untuk
65
pembelajaran siswa normal. Metode dalam pembelajaran di kelas inklusi hendaknya dapat direncanakan oleh guru dengan mempertimbangkan karakteristik
siswa yang belajar pada kelas inklusi. d. Perencanaan media dan pendekatan pembelajaran.
Tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga memiliki tugas lain seperti merencanakan hal-hal yang mendukung dalam pembelajaran diantaranya
merencanakan media dan pendekatan dalam mengajar. Media pembelajaran berperan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi yang
disampaikan. Oleh karena itu agar siswa paham dan mengerti menganai materi yang akan diajarkan guru perlu merencanakan media yang dirasa tepat. Dalam
pembelajaran di kelas inklusi, media membantu siswa untuk paham mengani materi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa media yang
direncanakan dalam pembelajaran di kelas inklusi berupa media visual. Hal ini berdasarkan penuturan NR selaku guru agama “media yang digunakan sebagian
besar berupa media visual yang dapat dilihat seperti buku dan gambar”. Media yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran berlaku untuk semua siswa
artinya siswa di kelas inklusi menggunakan media pembelajaran yang sama tidak terkecuali ABK. Sedangkan dalam pendekatan pembelajaran, SU
mengungkapkan bahwa pendekatan yang direncanakan dalam mengajar di kelas inklusi bersifat klasikal. Berikut ini hasil wawancara dengan SU sebagai berikut:
“untuk pendekatannya tidak secara khusus kita rencanakan untuk ABK, kita memilih yang bervariasi agar anak aktif kita memilih pendekatan yang bisa
mengaktifkan anak. Bisa kelompok bisa individu tapi kalau kelompok kita
66
maunya anak supaya berfikir bersama tapi kadang-kadang malah tidak mengerjakan”. Lebih lanjut NR juga mengungkapkan bahwa pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran berupa pendekatan scientific. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang harus digunakan oleh guru dengan cara menanya,
mengamati, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa perencanaan media maupun
pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran direncanakan oleh guru untuk semua siswa tanpa ada membedakan untuk siswa berkebutuhan khusus.
Pendekatan pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya memiliki sedikit perbedaan terutama pada siswa berkebutuhan khusus. Siswa yang memiliki
keterbatasan dalam mengikuti pembelajaran membutuhkan perlakukan yang berbeda dengan siswa normal dimana mereka perlu dibantu secara individual
sehingga mereka bisa lebih memahami apa yang diajarkan guru. Perencanaan yang dikelola guru di kelas inklusi SD Negeri Burat pada
dasarnya tidak memberikan perbedaan antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi. Aspek silabus, RPP, materi pembelajaran,
metode, media pembelajaran, pendekatan dalam pembelajaran direncanakan untuk digunakan secara bersama-sama di kelas inklusi. Adapun alasan mengapa
perencanaan pembelajaran masih dibuat sama karena asumsi dari guru yang mengajar bahwa proses perencanaan pembelajaran yang disusun dengan
membedakan antara siswa normal dan ABK dibuat oleh GPK Guru Pembimbing Khusus. Hal ini diungkapkan oleh NG “Karena di SD ini belum ada GPKnya,
sehingga silabusnya sama. Iya RPP dan silabus sama dengan yang lain, kalau kita
67
lihat jumlah siswa kelas V ada 45 dan ABK 5, kalau guru kelas hanya mengutamakan ABK nanti yang 40 malah jadi korban”.
2. Data Pengelolaan Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Inklusi
Berikut ini disajikan data mengenai pengelolaan pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi ada beberapa
perbedaan dengan pembelajaran di kelas regular pada umumnya. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari penyampaian materi, metode, media maupun
pendekatan yang digunakan dalam mengajar siswa normal dan ABK kelas inklusi. Berikut ini adalah hasil observasi di kelas inklusi dalam pelakasanaan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi 3 kegiatan utama yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dari hasil observasi dalam pengelolaan pelaksanaan pembelajaran diperoleh gambaran bahwa kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru di kelas inklusi
dilakukan dengan berdoa secara bersama-sama yang dilanjutkan dengan memberikan salam kepada para peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran di
kelas III, SU selaku guru kelas melakukan kegiatan apersepsi untuk menjajaki kemampuan peserta didik di kelas III. Kegiatan apersepsi dilakukan dangan
memberikan pertanyaan mengenai hewan-hewan yang ada di sekitar lingkungan. Apersepsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak informasi yang telah
diketahui oleh guru sehingga guru dapat memperkirakan seberapa luas materi yang akan diberikan. Kegiatan apersepsi di kelas III direspon oleh siswa dengan
menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Namun dari pertanyaan yang
68
ditujukan kepada peserta didik di kelas inklusi sebagian besar yang menjawab adalah siswa normal sedangkan siswa ABK terlihat tidak ikut berperpatisipasi.
Kegiatan pendahuluan di kelas V oleh NG pada tanggal 23 September 2014 memperlihatkan bahwa NG melakukan apersepsi dengan materi sebelumnya
tentang materi bahasa Indonesia tentang cerita kemudian NG melanjutkan penyampaian materi tentang kata baku dan tidak baku yang ada dalam sebuah
cerita. Dalam kegiatan tersebut NG beberapa kali melontarkan pertanyaan kepada semua siswa namun hanya siswa normal yang aktif berpartisipasi menjawab
pertanyaan guru. Pengelolaan kegiatan pendahuluan di kelas inklusi dalam pelaksanaannya tidak memberikan perbedaan dengan siswanormal.
b. Kegiatan Inti
1 Penyampaian materi pembelajaran Dari hasil observasi dalam hal penyampaian materi pembelajaran di kelas inklusi
memperlihatkan bahwa tiga guru yang mengajar di kelas inklusi tidak membedakan dalam hal materi pembelajaran. Materi yang diberikan pada
pembelajaran di kelas inklusi pada intinya tidak ada perbedaan dalam hal kedalaman dan keluasan materi pembelajaran. Berikut ini hasil obeservasi dalam
hal penyampaian materi pembelajaran oleh NG di kelas V pada tanggal 23 September 2014 sebagai berikut
“materi pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas inklusi memiliki kesamaan antara siswa normal dengan ABK. Materi yang diberikan pada
mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai kata baku dan tidak baku. NG menerangkan materi secara umum kepada semua siswa di kelas. Setelah
penjelasan materi selesai NG langsung mengukur pemahaman siswa guru memberikan soal bahasa Indonesia untuk para siswa dengan cara mendikte.
Setelah soal yang diberikan telah selesai dikerjakan, NG menyuruh untuk dicocokkan secara bersama-sama dengan cara ditukar. Dari 10 soal yang
69
diberikan, FY dan RW memperoleh nilai 0. Sedangkan FA memperoleh nilai 2”
Penyampaian materi pembelajaran di kelas III pada tanggal 22 September 2014 yang dilakukan SU yakni sebagai berikut:
SU mengajar di kelas III, SU menyampaikan dan menjelaskan materi tentang ciri-ciri makhluk hidup dan jenis hewan berdasakan makanannya.
Materi ini berlaku untuk semua siswa. Siswa ABK juga ikut menyimak materi yang disampaiakan. Beberapa kali SU mencoba menyampaikan
materi dengan melontarkan pertanyaan namun pertanyaan tersebut sebagaian besar direspon oleh siswa normal. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
tugas kepada siswa di kelas untuk mengerjakan soal di buku paket tentang hewan berdasarkan jenis makanan. Dari aktivitas tersebut semua anak
mengerjakan tugas kemudian setelah selesai, di bahas secara bersama. SU menawarkan kepada semua siswa untuk menuliskan jawaban di papan tulis
karena tidak ada yang berkenan, maka SU langsung menunjuk siswa. Namun sebagian besar yang ditunjuk maju adalah siswa normal.
Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa materi yang diberikan oleh guru di kelas inklusi tidak mempertimbangkan pada kondisi dan karakteristik siswa yang
ada. SU selaku guru kelas III menyatakan bahwa pemberian materi pembelajaran di kelas tidak dibedakan untuk ABK karena SU beranggapan bahwa ABK yang
ada di kelas inklusi masih mampu untuk mengikuti pembelajaran seperti siswa normal pada umumnya. Namun kondisi berbeda terjadi di kelas V dimana siswa
ABK di kelas inklusi memiliki kesulitan untuk mengikuti pembelajaran hal ini karena ABK yang ada di kelas V terutama FY belum bisa menulis dan membaca.
Dengan demikian karena FY belum bisa menulis dan membaca, FY hanya mendengarkan materi yang disampaikan. Untuk menulis maupun membaca saja
FY belum bisa apalagi untuk memahami materi pelajaran. Kondisi FY sedari awal sudah diketahui oleh NG bahwa FY belum bisa untuk menulis dan membaca
70
namun NG kurang mempedulikan FY sehingga dalam kegiatan pembelajaran FY hanya diam.
2 Penggunaan metode pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas dan mata
pelajaran diketahui bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas inklusi adalah metode ceramah, penugasan, diskusi. Berikut ini hasil wawancara
dengan guru terkait dengan metode digunakan dalam kegiatan pembelajaran NG
: “Metode yang digunakan ceramah, penugasan, tanya jawab, diskusi
SU :“Metode kami menyesuaikan dengan materi, mencoba untuk
menggunakan metode yang bisa mengaktifkan siswa. Namun kalau diskusi masih sulit dilakukan untuk kelas III
NR : “saya biasanya menggunakan metode ceramah dan penugasan”
Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas inklusi tidak ada perbedaan metode yang digunakan baik untuk siswa
normal maupun ABK. Dalam metode penugasan di kelas inklusi siswa juga ikut berpatisipasi mengerjakan tugas walaupun guru sudah mengetahui bagaimana
kondisi kemampuan siswa di kelas inklusi, guru kelas tidak memberikan perbedaan tugas sehingga siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus
mengerjakan tugas yang sama. 3 Pengunaan media pembelajaran dan pendekatan
Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa guru menggunakan media pembelajaran di kelas inklusi, akan tetapi media yang digunakan antara
siswa normal dan ABK di kelas inklusi tidak ada perbedaan. Dari hasil observasi terlihat bahwa guru menggunakan media pembelajaran pada dan bukan media
71
yang dipersiapkan secara khusus dalam kegiatan pembelajaran di kelas inklusi. Hasil observasi di kelas inklusi memperlihatkan bahwa media yang digunakan
sebagian besar berupa media visual yakni buku paket dan LKS. Semua siswa menggunakan buku paket sebagai media pembelajaran. Tidak ada media khusus
yang disiapkan oleh guru dalam melaksanaakan pembelajaran. Dengan demikian dapat diartikan media pembelajaran di kelas inklusi berlaku penggunaannya untuk
semua siswa yang ada di kelas inklusi. Sedangkan untuk pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran terlihat bahwa guru kelas maupun
guru mata pelajaran menggunakan pendekatan secara umum atau klasikal untuk semua siswa di kelas inklusi. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi bagaimana
guru memberikan kesempatan untuk bertanya maupun menjawab, menyampaikan materi dan menggunakan metode kepada semua siswa secara sama tanpa ada
perbedaan. Dari perlakuan seperti di atas dapat diketahui bahwa guru tidak membedakan siswa di kelas inklusi. Padahal dikelas V sudah diketahui bahwa
ABK yang ada sangat lambat dalam menerima materi bahkan belum bisa menulis dan membaca. Kondisi seperti ini idealnya guru yang mengajar membantu siswa
ABK dengan memberikan pendekatan individu namun yang terlihat justru ABK terabaikan oleh guru.
4 Mengelola kelas Tugas lain yang diemban guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas inklusi adalah selain meyampaikan materi adalah mengelola kelas untuk menciptakan kondisi kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran, menciptakan
kenyamanan, untuk semua warga kelas. Hasil observasi di kelas V