1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak memandang kondisi fisik manusia, artinya manusia yang memiliki kebutuhan khusus tetap berhak atas pendidikannya. Hal tersebut
merupakan amanat UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa “setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan”. Untuk memberikan hak pendidikan dan
proses interaksi bagi Anak Berkebutuhan Khusus ABK pemerintah mulai mengembangkan pendidikan dari sistem pendidikan segregatif ke sistem
pendidikan inklusi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi disebutkan bahwa
“Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik lainnya pada umumnya”.
Dengan adanya pendidikan inklusi, ABK dan siswa normal memiliki kesempatan untuk belajar dan berinteraksi dengan secara bersama-sama. Hal tersebut juga
sebagai salah satu cara bagi ABK untuk berlatih interaksi dengan masyarakat awam ketika telah lulus dari pendidikan.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pertambahan ABK semakin banyak. Kepala Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana BKKBN Fasli Jalal dalam
Fanny Malisa 2013 diakses dari www.republika.co.id mengungkapkan ada sekitar 4,2 juta ABK di Indonesia jika menggunakan asumsi PBB paling sedikit
10 persen anak usia sekolah 5-14 tahun yang menyandang kebutuhan khusus.
2
Lebih lanjut, anggota komisi E DPRD Jawa Tengah Zen dalam Ari Widodo 2014 diakses dari www.kompas.com mengungkapkan di Jawa Tengah hingga
tahun 2014 jumlah ABK yang berada dalam kategori pendidikan dasar berjumlah 81 ribu dan ada 60 ribu anak yang belum terlayani hak pendidikannya. Namun
demikian, saat ini telah berkembang sekolah inklusi di berbagai daerah sebagai upaya pemerintah memberikan hak pendidikan dan pemberlakukan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 pasal 4 tentang Pendidikan Inklusi yang menegaskan bahwa pemerintah kabupatenkota menunjuk paling
sedikit satu sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusi yang wajib menerima peserta didik sebagaimana di maksud dalam pasal 3 ayat 1 yaitu setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik
emosional, mental dan sosial atau memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuananya. Pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam pendidikan.
Pembelajaran dimaksudkan untuk membentuk watak dan meningkatkan mutu peserta didik dengan memberdayakan semua potensi yang ada pada peserta didik
sehingga berguna untuk masa depannya. Karakteristik beragam di kelas inklusi menyebabkan proses pembelajaran yang berbeda dengan kelas regular pada
umumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kedalaman materi yang akan disampaikan, metode, media serta pendekatan yang mendukung dan cocok untuk
peserta didik terutama untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus di kelas
3
inklusi. Pembelajaran di kelas inklusi lebih menekankan pada bentuk layanan individual yang berguna untuk memberikan pembelajaran yang maksimal untuk
peserta didik. Keberhasilan pembelajaran di sekolah inklusi terutama di kelas inklusi ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran.
Namun, kemampuan mengelola pembelajaran di kelas inklusi masih menjadi kendala bagi guru. Ahmad Sofyan, dkk 2009 menyatakan bahwa persepsi kepala
sekolah dan guru yang belum optimal terhadap konsep pendidikan inklusi, sistem pembelajaran dan strategi materi pembelajaran cenderung menggunakan sistem
klasikal dan masih kurang menyentuh kebutuhan individu, serta dalam implementasi pelaksanaan pendidikan inklusi masih terbatas penerimaan siswa
sedangkan layanan ABK menjadi prioritas kedua karena banyaknya ABK dan terbatasnya jumlah tenaga yang berlatar belakang PLB. Hal tersebut merupakan
salah satu permasalahan yang muncul dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Pembelajaran di kelas inklusi idealnya diawali dengan kegiatan asesmen. Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang digunakan dalam
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan siswa. Budiyanto, dkk 2010: 21 mengungkapkan bahwa tugas guru di sekolah inklusi
salah satunya adalah menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kondisi siswa. Dengan hasil asesmen yang dilakukan maka
guru mengetahui secara mendalam kondisi baik kelainan, kelebihan dan kelemahan yang ada pada setiap siswa di kelas inklusi sehingga dapat menetapkan
secara tepat pembelajaran yang diberikan untuk peserta didik di kelas inklusi.
4
Hasil asesmen peserta didik di kelas inklusi digunakan sebagai pedoman dasar untuk penyusunan program pembelajaran agar proses pelaksanaanya berjalan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, Budiyanto 2010: 48. Agar kegiatan pembelajaran di kelas inklusi berjalan dengan baik, maka
guru perlu mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perencanaan seorang
guru harus mampu merencanakan strategi pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan semua peserta didik di kelas inklusi. Guru harus menyiapkan
berbagai hal yang diperlukan seperti kegiatan asesmen, merencanakan materi, merencanakan metode, media serta pendekatan yang akan digunakan dalam
mengajar. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus menyiapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi, menggunakan pendekatan yang sesuai
untuk kelas inklusi dengan karakteristik siswa yang beragam serta menggunakan media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam evaluasi pembelajaran
guru harus menyiapkan alat evalusi yang tepat dan sesuai untuk kelas inklusi sehingga alat ukur tersebut mampu menampilkan hasil belajar peserta didik yang
sebenarnya. Oleh karena itu, agar pengelolaan pembelajaran dapat berjalan tepat guru perlu menguasai pengetahuan tentang mengelola pembelajaran di kelas
inklusi termasuk proses asesmen di kelas inklusi sehingga guru dalam mengelola pembelajaran berpedoman pada hasil asesmen. Hasil asesmen akan
memperlihatkan kemampuan setiap peserta didik sehingga guru menentukan bahan ajar, metode, pendekatan, pelaksanaan pembelajaran dan pengevaluasian
yang cocok untuk siswa di kelas inklusi.
5
Salah satu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah SD Negeri Burat yang berlokasi di Jalan utama Wonosobo Purworejo tepatnya di
Desa Burat Kepil, Wonosobo. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah inklusi yang ada di Kecamatan Kepil dan ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Wonosobo untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi berdasarkan Surat Keputusan nomor 421.73462010 dari 42 Sekolah Dasar dan
12 Madrasah Ibtidaiyah yang ada. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah mengungkapkan bahwa jumlah ABK di sekolah ini sebanyak sebelas siswa yang
terdiri dari sembilan siswa lambat belajar, satu siswa tunadaksa dan satu siswa tunagrahita. Siswa lambat belajar adalah siswa yang paling banyak di sekolah ini.
Karakteristik siswa yang beragam menyebabkan siswa dalam proses pembelajaran ada yang cepat dan ada yang lamban dalam menerima materi. Siswa lambat
belajar yang ada di sekolah ini, sebagian besar mengalami kesulitan dalam menerima materi sehingga dalam kegiatan pembelajaran mengalami
ketertinggalan materi serta tidak dapat menyerap materi sepenuhnya Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah diketahui bahwa perencanaan
pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat diawali dengan kegiatan asesmen. Kegiatan asesmen ini dilakukan oleh sekolah bekerja sama dengan yayasan biro
konsultasi psikologi kusuma. Kegiatan asesmen yang dilakukan oleh yayasan tersebut adalah melakukan pengukuran IQ siswa. Dari hasil pengukuran IQ
tersebut maka dapat diketahui siswa yang termasuk dalam kebutuhan khusus. Hasil pengukuran tersebut seharusnya dapat digunakan oleh guru untuk menyusun
asesmen untuk kegiatan pembelajaran guna mengetahui kondisi siswa dalam