59
Tabel 4. Kondisi Guru dan Karyawan di SD Negeri Burat
No Nama Pendidikan
Jabatan Status
1. ST S1
PGSD Kepala
Sekolah PNS
2. SN
S1 PGSD Guru Kelas VI
PNS 3.
NG S1 PGSD
Guru Kelas V PNS
4. SU
S1 PGSD Guru Kelas III
PNS 5. LT
Sarmud Guru
Kelas IV
PNS 6.
IN SI PGSD
Guru Bahasa Jawa GTT
7. ES SPG
Guru Kelas
II PNS
8. SL
D-2 PGSD Guru Kelas I
PNS 9. NR
S1 Pendidikan Agama Islam
Guru Agama GTT
10. MY SMA Olahraga
Guru Olahraga PNS
11. AN D-1
Manajemen TU
PTT 12 PM
SMP Penjaga
sekolah PNS
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah tenaga pendidik tetap sebanyak delapan orang, jumlah tenaga pendidik tidak tetap dua orang, pegawai tidak tetap
satu orang dan penjaga sekolah satu orang. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SD Negeri Burat adalah guru yang
memiliki kualifikasi sebagai guru SD. Kualifikasi tersebut dapat dikatakan mumpuni untuk mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.
B. Deskripsi Data Penelitian
Hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diperoleh informasi bahwa dalam pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat dilakukan oleh
guru semua guru yang mengajar di kelas inklusi. Namun pengelolaan pembelajaran yang dilakukan bersifat umum tidak ada pemisahan untuk siswa
ABK di kelas inklusi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar di kelas inklusi yang memperlihatkan kegiatan pembelajaran masih
60
dikelola secara umum, baik perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi tanpa ada perbedaan baik siswa normal maupun siswa yang memiliki kebutuhan khusus
sehingga semua peserta didik memperoleh pembelajaran yang sama. Pada waktu penelitian ini dilangsungkan, SD Negeri Burat menggunakan
kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP. Kurikulum KTSP diberikan kepada kelas III dan VI sedangkan kurikulum 2013 diberikan di kelas I,II, IV dan V. Informasi
ini diperoleh dari kepala sekolah dan guru kelas yang dijadikan subyek oleh peneiliti. Penggunaan kurikulum 2013 baru diterapkan di SD ini mulai tahun 2014
semester awal, hingga penelitian ini berakhir sekolah masih menggunakan kurikulum 2013 kemudia sejak semester kedua tahun 2014, SD ini kembali
menggunakan KTSP. Berikut ini merupakan pemaparan data yangdiperoleh dari hasil penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri
Burat.
1. Data Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran di Kelas Inklusi
a. Penyusunan silabus dan RPP di kelas inklusi Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat disajikan hasil
penelitian sebagai berikut yang mencakup kegiatan pengelolaan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi. Hasil wawancara tentang pengelolaan perencanaan
pembelajaran di kelas inklusi menunjukan bahwa perencanaan pembelajaran di kelas inklusi menyangkut aspek penyusunan silabus dan RPP yang belum
dipisahkan antara RPP siswa normal dan ABK di kelas inklusi. Komponen- komponen yang ada dalam RPP seperti kompetesi inti, KD, media, materi di
susun oleh guru secara umum tanpa ada perbedaan untuk siswa yang memiliki
61
kebutuhan khusus. Penyusunan RPP oleh guru yang mengajar kelas inklusi ini dilakukan pada awal semester bersama-sama dengan guru kelas regular pada
forum KKG. Berikut hasil wawancara dengan NG tanggal 23 September 2014 yang telah direduksi mengatakan “untuk silabus sudah dipetakan dari pusat
sehingga hanya membuat RPP secara bersama di forum KKG mengingat kurikulum 2013 masih baru sehingga masih bingung kalau untuk dikerjakan
sendiri dan silabus, RPP siswa berkebutuhan khusus di kelas V saat ini masih disamakan dengan siswa normal”. Penyusunan RPP yang dilakukan NG selaku
guru kelas V memperlihatkan bahwa rencana pembelajaran yang dibuat adalah rencana pembelajaran yang berlaku untuk semua siswa di kelas inklusi artinya
RPP yang digunakan oleh NG tidak membedakan untuk siswa normal dan ABK. Penyusunan silabus dan RPP yang tidak membedakan ABK ini, ternyata tidak
hanya dilakukan oleh NG saja melainkan juga guru mapel agama. Berikut ini pernyataan NR guru agama terkait penyusunan silabus dan RPP pada tanggal 26
September 2014 mengatakan bahwa “silabus dan RPP agama justru sudah dibuatkan dari kabupaten langsung, saya hanya membuat soal untuk latihan saja”.
RPP dan silabus agama sudah dibuatkan dari kabupaten padahal silabus yang berasal dari kabupaten berlaku untuk seluruh SD yang ada kabupaten artinya
pihak kabupaten membuat silabus maupun RPP berdasarkan pada standar sekolah pada umumnya. Pihak kabupaten tidak mempertimbangkan dengan adanya lebel
sekolah inklusi. Oleh karena itu perbaikan RPP menjadi tugas guru untuk dapat menyesuaikan RPP berdasarkan kondisi siswa dan sekolah. Guru agama perlu
merubah komponen yang ada berdasarkan kondisi sekolah baik kondisi siswa
62
maupun kondisi sumber daya yang dimiliki seperti sarana pembelajaran termasuk media pembelajaran. Namun dari dokumen yang diperoleh terlihat bahwa RPP
kegiatan pembelajaran belum disesuiakan dengan kondisi peserta didik yang ada di kelas inklusi
SU selaku guru kelas III juga mengungkapkan dalam wawancara tanggal 22 September 2013 terkait dengan penyusunan silabus dan RPP yang
mengungkapkan bahwa “kalau silabus sudah tinggal copy. Idealnya memang untuk KTSP membuat masing-masing setiap satuan pendidikan. Tapi biasanya
disamakan satu kecamatan, kalau tidak ada mencari di internet. Artinya kita membuat tapi copy paste”. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa SU
membuat silabus untuk pembelajaran dengan mengkopi silabus dan RPP yang sudah ada sebelumnya.
Dari keterangan yang diperoleh di atas menyatakan bahwa pembuatan silabus dan RPP dilakukan secara bersama-sama dengan guru lain di dalam forum KKG
walaupun terkadang juga mengkopi dari silabus dan RPP tahun sebelumnya. Dalam keterangan di atas dapat diperoleh informasi bahwa secara umum silabus
maupun RPP yang dibuat berlaku secara umum untuk kegiatan pembelajaran di kelas inklusi. Hasil ini juga dapat dilihat dari dokumen yang diperoleh dan
terlampir pada lampiran yang memperlihatkan bahwa RPP yang ada berlaku secara umum untuk semua siswa di kelas inklusi. Komponen-komponen yang ada
dalam RPP tidak disusun oleh guru secara khusus untuk pembelajaran ABK di kelas inklusi. Hasil di atas memperlihatkan bahwa pengelolaan silabus dan RPP
oleh guru yang mengajar di kelas inklusi belum dilakukan secara khusus untuk
63
siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Silabus dan RPP untuk pembelajaran di kelas inklusi dikelola oleh guru yang mengajar tanpa membedakan untuk siswa
normal dan ABK. b. Perencanaan materi pembelajaran
Tugas yang juga harus dipersiapkan dalam mengelola perencanaan pembelajaran oleh guru yang mengajar di kelas inklusi adalah merencanakan
materi pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat mengungkapakan bahwa materi pembelajaran yang
direncanakan untuk kegiatan pembelajaran di kelas inklusi sejauh ini tidak dibedakan. Materi pembelajaran dipilih berdasarkan pada SK dan KD. Berikut ini
hasil wawancara dari SU terkait dengan pemilihan materi pembelajaran di kelas inklusi sebagai berikut:
“Kalau pemilihan materi sudah ada sesuai dengan KD tetapi nanti kita bisa mencari dari berbagai sumber seperti tadi misal dari erlangga, ada yang dari
BSE, dari intan dan dari berbagai sumber. Tapi untuk yang kurikulum 2013 belum begitu jelas, kelas III belum memakai kurikkulum 2013. Materinya
sudah ada di buku perlu pengembangan banyak tugas dan banyak prakteknya. Sementara ini pertimbangannya dalam pemilihan materi hanya
berdasarkan pada KD, hal ini karena siswa yang berkebutuhan khusus yakni PYR dan WP tidak begitu parah, mereka masih bisa mengikuti
sehingga kita samakan dengan materi siswa normal”
Hal serupa juga diungkapkan oleh NG selaku guru kelas V hasil wawancara terlampir yang menyatakan bahwa “Pemilihan materi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas inklusi di sesuaikan dengan kompetensi inti dan KD yang telah ditetapkan sebelumnya”. Materi dipilih dari buku paket yang digunakan
siswa. Apabila materi yang akan disampaikan tidak ada dalam buku yang menjadi pegangan maka guru akan mengambilkan dari buku lain sehingga materi yang