PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSI SD NEGERI BURAT KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO.
D gu PROGR JUR UN Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper A N RAM STU RUSAN AD FAKULT NIVERSITA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Airin Nisa R NIM 101012 DI MANAJ DMINISTR TAS ILMU AS NEGER AGUSTUS PSI
tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy Sarjana Pe h Rahmani 244035 JEMEN PE RASI PEND PENDIDIK RI YOGYA S 2015 ndidikan rta yaratan ndidikan ENDIDIKA DIDIKAN KAN AKARTA AN
(2)
Skripsi yang berjudul "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN 01 KELAS INKLUSI SO NEGERI BURAT KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO" yang disusun oleh Airin Nisa Rahmani, NIM 10101244035 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 18 Mei 2015
Pembimbing Pembimbing II
l\tID NIRON, M.Pd. SLAMET LEST ARI, M.Pd.
(3)
Nama : Airin ]\isa Rahmani
NIM : 10101244035
Program Stucli : Manajemen Pencliclikan
Jurusan : Administrasi Penclidikan
Fakultas : Ilmu Penclidikan
Dengan 1m saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sencliri . Sepanjang pengetahuan saya ticlak terclapat karya atau pendapat yang ditulis atau c1iterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan/kutipan c1engan mengikuti tat a penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi c1itunda yudisium pada peri ode belikutnya.
Y ogyakarta, セ@ Agustus 2015 Yang menyatakan,
Airin Nisa Rahmani N IM 10101244035
(4)
-Skripsi yang berjudul "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSl SO NEGERI BURAT KECAMATAN KEPIL KABUPATEN WONOSOBO" yang disusun oleh Airin Nisa Rahmani, NIM 10101244035 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pad a tanggal 26 Mei 2015 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanggal
N セ Nセセ セiセ
MD Niron, M.Pd. Ketua Penguji
セ Oッ HN@
JOf9..... . . ... Sudiyono, M.Si. Sekretaris Penguji
J(.10
.2,0(s-ok
. ... .. . . Dr. Ishartiwi M.Pd. Penguji Utama
;x;t?
セAカlN@
Slamet Lestari, M.Pd. Penguji Pendamping .
...
L
O
4
AUG
2015
Yogyakarta, .. ... .. ; ... .. ... . niversitas Negeri Y ogyakarta
lP ) 9600902 198702 1 001
セ __セNLNNNNNN Nf。ォオャエ。ウ@ Ilmu Pendidikan Deka
Lセ N@
(5)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah mencoba, karna di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk
berhasil. (Mario Teguh)
Anak-anak yang terlahir di dunia ini, dibekali Tuhan dengan berbagai macam kelebihan maupun kekurangan. Namun terkadang kelebihan maupun kekurangan
yang mereka miliki tidak dapat dipahami oleh pihak keluarga, sekolah maupun teman-temannya.
(6)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Supriyadi dan Ibu Siti Aminah
2. Kedua Kakakku Hamami Alfasani Dewanto dan Hamami Betananda Setiyarto
(7)
Oleh
Airin Nisa Rahmani NIM 10101244035
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Pengelolaan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi, (2) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi, (3) Pengelolaan evaluasi pembelajaran di kelas inklusi Sekolah Dasar Negeri Burat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini berjumlah empat orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas III, guru kelas V dan guru mata pelajaran agama. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Teknik analisis data penelitian ini adalah adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian di kelas inklusi SD N Burat menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran belum dikelola secara tepat sesuai dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi. Hal ini terjadi karena guru yang mengajar belum semuanya mendapatkan diklat tentang sekolah inklusi sehingga belum memahami pengelolaan pembelajaran di sekolah inklusi. Pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi perlu diperbaiki oleh pihak sekolah agar tidak merugikan siswa terutama siswa ABK. Hal ini terlihat dari hasil: (1) Pengelolaan perencanaan pembelajaran dilakukan dengan membuat silabus, RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan RPP meliputi aspek perencanaan materi pembelajaran, perencanaan pendekatan, metode dan media pembelajaran. Pembuatan RPP berlaku untuk semua siswa di kelas inklusi sehingga tidak ada perbedaan dalam materi, metode, media maupun pendekatan dalam pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. (2) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran dilakukan seperti pengelolaan pelaksanaan pembelajaran di kelas regular pada umumnya tanpa ada perbedaan kedalaman materi, pendekatan, metode, dan media. Pelayanan yang diberikan oleh guru seperti bimbingan terhadap ABK jarang dilakukan. (3) Pengelolaan evaluasi pembelajaran mencakup penilaian formatif dan sumatif juga penilaian sikap. Bentuk soal yang diberikan dalam penilaian formatif dan sumatif berupa soal tes tertulis. Soal ini diberikan di kelas inklusi tanpa ada perbedaan dalam hal tingkat kesulitan soal antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Pelaporan hasil belajar bagi siswa berkebutuhan di kelas inklusi terdiri dari dua macam rapor yakni rapor khusus yang ditulis secara deskripsi mengenai capaian ABK dan rapor umum yang ditulis dalam bentuk angka berupa angka hasil belajar ABK.
(8)
Alha semesta al Nya, sehin Pembelaja Wonosobo Muhamma mengikuti harus dite Administr Yogyakart Penu akhir skri kesempata 1. Dekan memo 2. Bapak Admi melak 3. Ibu M
Pemb bimbi 4. Para
ilmu d 5. Ibu da pengo
amdulillahr lam. Hanya ngga penul aran di Kel o”. Sholaw ad SAW inya. Skrips empuh unt rasi Pendid ta. ulis menyad ipsi ini tid an ini penul n Fakultas ohonkan izi k Dr. Cep inistrasi Pen kukan penel MD Niron, bimbing TA ingan selam dosen prog dan wawasa an Bapak te orbanan yan
robbil’alami a dengan lim
lis dapat m las Inklusi wat dan s
beserta k si ini dimak tuk menyel
dikan, Fak
dari tanpa b dak mungki lis menguca Ilmu Pendi n bagi penu pi Safruddi ndidikan ya litian sampa , M.Pd. da AS, yang tel ma penyusun gram studi annya ercinta, atas ng telah dibe
in, segala p mpahan rahm menyelesaika SD Neger alam semo eluarga, sa ksudkan un lesaikan stu kultas Ilm bantuan dan in selesai apkan terima idikan Univ ulis untuk m in Abdul ang telah me
ai dengan pe an Bapak lah banyak nan Skripsi
manajemen
s do’a, curah erikan kepa
puji hanya mat, cinta, k an skripsi y ri Burat Ke oga tetap ahabat, da ntuk memen udi jenjang mu Pendidi n bimbingan dengan bai a kasih kepa versitas Neg melaksanaan Jabar, M.P enyetujui m enyusunan s Slamet Le memberika ini. n pendidika
han kasih s ada anaknya
milik Alla kekuatan da yang berjud
ecamatan K tercurahka an umat y
nuhi salah s g program
ikan, Univ
n dari berba ik, oleh ka ada: geri Yogyak n penelitian. Pd, selaku membantu k skripsi ini. stari, M.Pd an semanga
an yang te
ayang, perh a.
ah SWT, T an kasih say dul “Pengel Kepil Kabu an kepada
yang senan satu syarat S1 di Ju versitas N
agai pihak, arena itu d
karta, yang
Ketua Ju kelancaran d
d. selaku d at, dorongan
lah membe
hatian dan s Tuhan yang-lolaan upaten nabi ntiasa yang urusan Negeri tugas dalam telah urusan dalam dosen n dan erikan segala
(9)
penelitian.
7. Teman-teman penghuni \\'isma dee-dee yang telah memberikan seman gat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini
Semua teman-teman program studi manajemen pendidikan at as kekeluargaan, persahabatan, dan kebersamaan se!ama kuliah menjadi penga!aman yang tidak terlupakan.
Semua pihak, secara !angsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segal a bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas nj adi amalan yang bennanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan ;")P al Tugas Akhir Skripsi ini menjadi inforn1asi bennanfaat bagi pembaca
'::' :'::'J pihak lain yang membutuhkannya.
Y ogyakarta, Agustus 2015 Penulis,
セ |キ|@
Airin Nisa Rahmani NIM. 10101244035
(10)
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengelolaan ... 10
1. Pengertian Pengelolaan ... 10
2. Fungsi Pengelolaan ... 11
B. Pembelajaran Kelas Inklusi ... 14
1. Pengertian Pembelajaran Kelas Inklusi ... 14
2. Tujuan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 17
3. Model Pembelajaran Kelas Inklusi ... 18
(11)
1. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 24
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Inklusi ... 32
3. Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi ... 39
D.Penelitian yang Relevan ... 42
E.Kerangka Berpikir ... 44
F. Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
C. Definisi Operasional ... 48
D. Subjek Penelitian ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Instrumen Penelitian ... 51
G. Teknik Keabsahan Data ... 52
H. Teknik Pengolahan Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55
B. Deskripsi Data Penelitian ... 59
1. Data Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran ... 60
2. Data PengelolaanPelaksanaan Pembelajaran ... 67
3. Data Pengelolaan Evaluasi Pembelajaran ... 74
C. Analisis Data ... 76
1. Analisis Data Perencanaan Pembelajaran ... 76
2. Analisis Data Pelaksanaan Pembelajaran ... 77
3. Analisis Data Evaluasi Pembelajaran... 79
D. Pembahasan ... 81
1. Pengelolaan Perencanaan Pembelajaran ... 81
(12)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... 101
(13)
Gambar 1. Kegiatan pembelajaran di kelas V ... 188
Gambar 2. Kegiatan pembelajaran di kelas III ... 188
Gambar 3. Siswa ABK (FY) dalam kegiatan pembelajaran ... 189
Gambar 4. Posisi duduk FY di kelas V ... 189
Gambar 5. Siswa ABK (FA) dalam kegiatan pembelajaran ... 190
Gambar 6. Siswa FA saat mengikuti olahraga ... 190
Gambar 7. Siswa WW mendapat perhatian guru di kelas III ... 191
Gambar 8. Posisi duduk PYR di kelas III ... 191
Gambar 9. Sumber belajar siswa ... 192
Gambar 10. Raport siswa ABK ... 192
(14)
Tabel 1. Perbedaan Kelas Tradisional dan Kelas Inklusi ... 37
Tabel 2. Data Siswa Berkebutuhan Khusus ... 57
Tabel 3. Data Jumlah Keseluruhan Siswa ... 58
(15)
Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian... 105
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen ... 111
Lampiran 3. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ... 114
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 122
Lampiran 5. Dokumen Pembelajaran ... 170
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak memandang kondisi fisik manusia, artinya manusia yang memiliki kebutuhan khusus tetap berhak atas pendidikannya. Hal tersebut merupakan amanat UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa “setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan”. Untuk memberikan hak pendidikan dan proses interaksi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pemerintah mulai mengembangkan pendidikan dari sistem pendidikan segregatif ke sistem pendidikan inklusi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi disebutkan bahwa
“Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya pada umumnya”.
Dengan adanya pendidikan inklusi, ABK dan siswa normal memiliki kesempatan untuk belajar dan berinteraksi dengan secara bersama-sama. Hal tersebut juga sebagai salah satu cara bagi ABK untuk berlatih interaksi dengan masyarakat awam ketika telah lulus dari pendidikan.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pertambahan ABK semakin banyak. Kepala Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana (BKKBN) Fasli Jalal dalam Fanny Malisa (2013) diakses dari www.republika.co.id mengungkapkan ada sekitar 4,2 juta ABK di Indonesia jika menggunakan asumsi PBB paling sedikit 10 persen anak usia sekolah (5-14 tahun) yang menyandang kebutuhan khusus.
(17)
Lebih lanjut, anggota komisi E DPRD Jawa Tengah Zen dalam Ari Widodo (2014) diakses dari www.kompas.com mengungkapkan di Jawa Tengah hingga tahun 2014 jumlah ABK yang berada dalam kategori pendidikan dasar berjumlah 81 ribu dan ada 60 ribu anak yang belum terlayani hak pendidikannya. Namun demikian, saat ini telah berkembang sekolah inklusi di berbagai daerah sebagai upaya pemerintah memberikan hak pendidikan dan pemberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 pasal 4 tentang Pendidikan Inklusi yang menegaskan bahwa pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit satu sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi yang wajib menerima peserta didik sebagaimana di maksud dalam pasal 3 ayat (1) yaitu setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik emosional, mental dan sosial atau memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuananya.
Pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam pendidikan. Pembelajaran dimaksudkan untuk membentuk watak dan meningkatkan mutu peserta didik dengan memberdayakan semua potensi yang ada pada peserta didik sehingga berguna untuk masa depannya. Karakteristik beragam di kelas inklusi menyebabkan proses pembelajaran yang berbeda dengan kelas regular pada umumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kedalaman materi yang akan disampaikan, metode, media serta pendekatan yang mendukung dan cocok untuk peserta didik terutama untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus di kelas
(18)
inklusi. Pembelajaran di kelas inklusi lebih menekankan pada bentuk layanan individual yang berguna untuk memberikan pembelajaran yang maksimal untuk peserta didik. Keberhasilan pembelajaran di sekolah inklusi terutama di kelas inklusi ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun, kemampuan mengelola pembelajaran di kelas inklusi masih menjadi kendala bagi guru. Ahmad Sofyan, dkk (2009) menyatakan bahwa persepsi kepala sekolah dan guru yang belum optimal terhadap konsep pendidikan inklusi, sistem pembelajaran dan strategi materi pembelajaran cenderung menggunakan sistem klasikal dan masih kurang menyentuh kebutuhan individu, serta dalam implementasi pelaksanaan pendidikan inklusi masih terbatas penerimaan siswa sedangkan layanan ABK menjadi prioritas kedua karena banyaknya ABK dan terbatasnya jumlah tenaga yang berlatar belakang PLB. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan yang muncul dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Pembelajaran di kelas inklusi idealnya diawali dengan kegiatan asesmen. Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang digunakan dalam membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan siswa. Budiyanto, dkk (2010: 21) mengungkapkan bahwa tugas guru di sekolah inklusi salah satunya adalah menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kondisi siswa. Dengan hasil asesmen yang dilakukan maka guru mengetahui secara mendalam kondisi baik kelainan, kelebihan dan kelemahan yang ada pada setiap siswa di kelas inklusi sehingga dapat menetapkan secara tepat pembelajaran yang diberikan untuk peserta didik di kelas inklusi.
(19)
Hasil asesmen peserta didik di kelas inklusi digunakan sebagai pedoman dasar untuk penyusunan program pembelajaran agar proses pelaksanaanya berjalan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, Budiyanto (2010: 48).
Agar kegiatan pembelajaran di kelas inklusi berjalan dengan baik, maka guru perlu mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perencanaan seorang guru harus mampu merencanakan strategi pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan semua peserta didik di kelas inklusi. Guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan seperti kegiatan asesmen, merencanakan materi, merencanakan metode, media serta pendekatan yang akan digunakan dalam mengajar. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus menyiapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi, menggunakan pendekatan yang sesuai untuk kelas inklusi dengan karakteristik siswa yang beragam serta menggunakan media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam evaluasi pembelajaran guru harus menyiapkan alat evalusi yang tepat dan sesuai untuk kelas inklusi sehingga alat ukur tersebut mampu menampilkan hasil belajar peserta didik yang sebenarnya. Oleh karena itu, agar pengelolaan pembelajaran dapat berjalan tepat guru perlu menguasai pengetahuan tentang mengelola pembelajaran di kelas inklusi termasuk proses asesmen di kelas inklusi sehingga guru dalam mengelola pembelajaran berpedoman pada hasil asesmen. Hasil asesmen akan memperlihatkan kemampuan setiap peserta didik sehingga guru menentukan bahan ajar, metode, pendekatan, pelaksanaan pembelajaran dan pengevaluasian yang cocok untuk siswa di kelas inklusi.
(20)
Salah satu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah SD Negeri Burat yang berlokasi di Jalan utama Wonosobo Purworejo tepatnya di Desa Burat Kepil, Wonosobo. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah inklusi yang ada di Kecamatan Kepil dan ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonosobo untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi berdasarkan Surat Keputusan nomor 421.7/346/2010 dari 42 Sekolah Dasar dan 12 Madrasah Ibtidaiyah yang ada. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah mengungkapkan bahwa jumlah ABK di sekolah ini sebanyak sebelas siswa yang terdiri dari sembilan siswa lambat belajar, satu siswa tunadaksa dan satu siswa tunagrahita. Siswa lambat belajar adalah siswa yang paling banyak di sekolah ini. Karakteristik siswa yang beragam menyebabkan siswa dalam proses pembelajaran ada yang cepat dan ada yang lamban dalam menerima materi. Siswa lambat belajar yang ada di sekolah ini, sebagian besar mengalami kesulitan dalam menerima materi sehingga dalam kegiatan pembelajaran mengalami ketertinggalan materi serta tidak dapat menyerap materi sepenuhnya
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah diketahui bahwa perencanaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat diawali dengan kegiatan asesmen. Kegiatan asesmen ini dilakukan oleh sekolah bekerja sama dengan yayasan biro konsultasi psikologi kusuma. Kegiatan asesmen yang dilakukan oleh yayasan tersebut adalah melakukan pengukuran IQ siswa. Dari hasil pengukuran IQ tersebut maka dapat diketahui siswa yang termasuk dalam kebutuhan khusus. Hasil pengukuran tersebut seharusnya dapat digunakan oleh guru untuk menyusun asesmen untuk kegiatan pembelajaran guna mengetahui kondisi siswa dalam
(21)
kemampuan belajar sehingga perencanaan yang dipersiapkan dapat tepat sasaran. Namun pengetahuan guru yang masih kurang dan tidak memahami cara untuk melakukan asesmen pembelajaran menyebabkan guru kelas maupun guru mata pelajaran tidak melakukan asesmen pembelajaran terhadap ABK. Oleh karena itu, selama siswa belajar di kelas inklusi guru tidak melakukan asesmen pembelajaran pada ABK di kelas inklusi.
Disamping itu, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi berlangsung kurang interaktif antara guru dan siswa ABK. Hal ini menjadikan ABK juga pasif dalam mengikuti pembelajaran sehingga lebih sering terdiam. Guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa normal karena jumlah siswa normal yang lebih banyak daripada siswa berkebutuhan khusus. Hal ini berdampak pada layanan pembelajaran yang mementingkan siswa normal daripada ABK sehingga keberadaan ABK di kelas justru terabaikan.
Permasalahan lainnya yang diungkapkan oleh kepala sekolah adalah terkait dengan penyesuaian kurikulum dalam pembelajaran. Penyesuaian kurikulum pembelajaran yang seharusnya berlaku pada ABK belum bisa dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi. Tidak adanya penyesuaian dalam pembelajaran menyebabkan sebagian besar pembelajaran yang diberikan tidak tepat sesuai dengan kondisi ABK. Penyesuaikan pembelajaran merupakan bentuk layanan untuk memberikan kemudahan kepada ABK dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik dengan pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi. Sekolah inklusi dalam memberikan pembelajaran
(22)
menggunakan cara mengajar yang khusus untuk siswa terutama siswa yang memiliki kebutuhan khusus sehingga kemampuan siswa di kelas inklusi dapat maksimal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahannya yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi mengalami kesulitan dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru di kelas inklusi sehingga selalu tertinggal oleh karenanya perlu pengelolaan pembelajaran yang sesuai.
2. Kegiatan assesmen belum dilakukan oleh guru sehingga dalam penyusunan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi tidak memperhatikan kondisi peserta didik.
3. Guru kurang interaktif dalam mengajar siswa terutama untuk ABK di kelas inklusi sehingga ABK cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas inklusi.
4. Penyesuaian pembelajaran di kelas inklusi yang belum dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi sehingga pembelajaran yang diberikan tidak menyesuaikan kondisi siswa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, Ada beberapa permasalahan yang muncul, peneliti membatasi permasalahan pada pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran penting dilakukan agar
(23)
tujuan pembelajaran dapat tercapai di kelas inklusi. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi terkait dengan aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di kelas di kelas inklusi SD Negeri Burat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?
2. Bagaimana pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?
3. Bagaimana pengelolaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pengelolaan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat.
2. Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas inklusi SD Negeri Burat.
(24)
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik
Diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan dalam memperdalam kajian tentang pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi untuk sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, sebagai perbaikan untuk meningkatkan kualitas dalam mengelola pembelajaran di kelas inklusi.
b. Bagi Guru yang mengajar di kelas inklusi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan membina peserta didik di kelas inklusi.
(25)
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management. Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan, dan agere
yang berarti melakukan. Kata ini digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani, Usman (Onisimus Amtu, 2011: 1). Dalam bahasa Indonesia manajemen diterjemahkan menjadi pengelolaan. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2006: 17) mendefinisikan manajemen menjadi suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian manajemen memang tampaknya berbeda menurut sudut pandang masing-masing orang, walaupun demikian dari pandangan-pandangan di atas dapat dipahami bahwa manajemen pada prinsipnya merupakan suatu aktivitas dan proses mendayagunakan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan atau manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan usaha manusia bersama-sama guna mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(26)
2. Fungsi Pengelolaan
George R. Terry (Malayu S.P Hasibuan, 2007: 38) berpendapat fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). Menurut William A Shcrode dan Dan Voice,Jr (Hartati Sukirman, dkk 2006: 6), fungsi manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan umumnya menggunakan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini masing-masing penjelasan dari fungsi manajemen..
a. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal merumuskan strategi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Menurut Syaiful Sagala (2007: 56) perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut Sudjana (2004: 57) perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut mencakup proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Menurut Usman (Onisimus, 2011: 32) perencanaan pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara-cara mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan
(27)
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa perencanaan merupakan proses menetapkan kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan dimasa mendatang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai. Melakukan kegiatan yang tidak diawali dengan perencanaan dapat mengakibatkan hasil yang tidak maksimal. Perencanaan merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan oleh karenanya perencanaan perlu dipersiapkan secara matang.
b. Pelaksanaan
Menurut Sudjana (2004: 146-147) pelaksanaan dapat diartikan sebagi upaya pimpinan untuk menggerakkan seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motif dalam diri orang-orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi pelaksanaan ialah untuk mewujudkan perencanaan yang telah ditetapkan. Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 7) pelaksanaan mengandung empat fungsi yakni pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengkomunikasian. Pengorganisasian merupakan suatu proses merancang, mengelompokkan, mengatur dan membagi tugas kepada para anggota sehingga tujuan dapat dicapai. Pengarahan diartikan sebagai upaya memelihara, atau membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana. Yohannes Yahya (2006: 111) pengarahan diartikan sebagai suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai denagn rencana yang ditentukan. Pengkoordinasian menurut Suryosubroto (2004: 25) diartikan
(28)
sebagai usaha menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit agar kegiatan dapat berjalan selaras dengan anggota unit lain dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan pengkomunikasian adalah suatu proses pembagian informasi, baik secara lisan dan tertulis kepada orang lain.
Dari pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang didalamnya terdapat kegiatan melaksanakan rencana yangtelah ditetapkan dengan membagi tugas, membimbing, mengarahkan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang di suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
c. Evaluasi
Menurut Suharmini Arikunto (2004: 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 248) evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, serta dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.
Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebagai langkah untuk menentukan alternatif dalam mengambil keputusan. Evalusi memiliki fungsi salah satunya adalah untuk mengetahui apakah rencana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dapat dicapai atau tidak. Hasil evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam menyusun rencana sehingga kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam evaluasi dapat diperbaiki.
(29)
Berbagai fungsi pengelolaan telah jelas dipaparkan di atas, oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa pengelolaan yang baik harus memenuhi minimal tiga fungsi pengelolaan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evalausi. Masing-masing dari setiap fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya oleh karenanya perlu pertimbangan yang tepat untuk menentukan aspek dari setiap fungsi pengelolaan
B. Pembelajaran Kelas Inklusi
1. Pengertian Pembelajaran Kelas Inklusi
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I ayat 20 dinyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Peserta didik tidak hanya peserta didik normal pada sekolah regular maupun peserta didik khusus pada sekolah khusus melainkan keduanya yakni baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus keduanya berhak mendapatkan pembelajaran di lingkungan belajar dengan setting inklusi. Pendapat Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Isjoni (2007: 12) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pada pendidikan formal (sekolah) pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang
(30)
dipersiapkan untuk membelajarkan peserta didik. Lebih lanjut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2011: 144) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapaianya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Dari pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa yang dilakukan secara sengaja sehingga siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang didukung dengan sarana penunjang. Pembelajaran diberikan tidak untuk siswa normal saja melainkan juga di siswa dengan kebutuhan khusus. Pemberian pembelajaran untuk siswa normal diberikan pada sekolah regular. Sedangkan untuk siswa berkebutuhan khusus biasanya di berikan pada sekolah khusus. Saat ini telah berkembang pembelajaran yang ditujukan untuk siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Ini di kenal dengan nama Pendidikan inklusi. Lay Kekeh Marthan (2007: 145) mengartikan pendidikan inklusi sebagai sebuah layanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus di sekolah regular (SD, SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar maupun kesulitan belajar.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009 pendidikan inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelaianan dan memiliki kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya pada umumnya. Pada dasarnya sistem belajar di sekolah
(31)
inklusi tidak jauh berbeda dengan sistem belajar untuk sekolah regular yakni menggunakan kurikulum yang sama. Pembelajaran di kelas inklusi menerapkan sistem pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (student centered). Prinsip ini menghendaki agar dalam pembelajaran mempertimbangkan karakteristik individual baik dari segi potensi, hambatan maupun kecepatan masing-masing peserta didik.
Trimo (2012: 231) mengemukakan bahwa pembelajaran di kelas inklusi menekankan pada prinsip kooperatif bukan kompetitif. Dalam prinsip kooperatif semua anak diberikan kesempatan untuk terlibat dan saling berinteraksi untuk keberhasilan pembelajaran. Muatan pembelajaran yang diberikan di kelas inklusif dapat diperluas dan dipertajam, tidak hanya materi pembelajaran saja melainkan juga ketrampilan sosial dikembangkan nilai-nilai budaya dan karakter.
Pembelajaran di kelas inklusi mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kratif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran di kelas inklusi menghargai keanekaragaman dan tidak diskrimiatif. Dalam implementasi pembelajaran di kelas inklusi menghendaki agar perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP serta evaluasi atau penilaian di modifikasi sedemikian rupa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang ada.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran di kelas inklusi adalah pembelajaran yang mengembangkan suasana menyenangkan kepada peserta didik serta memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran nampun perbedaan yang ada dalam
(32)
pembelajaran di kelas inklusi yakni perangkat pembelajaran yang dibuat dapat disesuaikan dengan kondisi peserta duduk yang ada di kelas inklusi
2. Tujuan Pembelajaran Kelas Inklusi
Pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya bertujuan untuk memberikan layanan pembelajaran yang optimal terhadap semua peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Lebih rinci Lay Kekeh Marthan (2007: 189) mengemukakn bahwa tujuan yang di capai dalam pembelajaran dengan setting
inklusi antara lain:
a. Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam setting inklusi antara lain:
1) Anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
2) Anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, guru maupun masyarakat tempat anak tinggal.
3) Anak dapat belajar untuk menerima perbedaan yang ada dilingkungannya serta mampu menyesuaikan dengan teman-temannya sehingga mereka dapat belajar bersama-sama.
b. Tujuan yang akan dicapai oleh guru guru dalam setting inklusi
1) Guru memiliki kesempatan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam mengajar.
2) Memiliki sikap positif terhadap orang tua, masyarakat dan anak-anak dalam kondisi dan situasi yang beragam.
3) Mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam memberikan layanan kepada anak di sekolah inklusi.
c. Tujuan yang dicapai bagi orang tua antara lain:
1) Orang tua dapat belajar lebih banyak dalam mendidik anaknya
2) Orang tua mampu terlibat untuk membantu anak dalam belajar dirumah. 3) Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang ada di
sekolah, menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
d. Tujuan yang diharapakan dapat dicapai oleh masyarakat:
1) Masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak anak yang mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya.
2) Semua anak yang ada di masyarakat dapat menjadi sumber daya yang potensial dan yang lebih penting masyarakat terlibat untuk menjalin kerjasama dengan sekolah.
(33)
Dari tujuan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dalam setting inklusi mengandung arti pembelajaran untuk beragam karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan, siswa, guru, masyarakat diberi kesempatan untuk mengenal dan mengahargai kondisi setiap siswa. Guru sebagai pengajar dapat memperdalam dan menggali cara untuk mendidik ssiwa dengan kebutuhan khusus.
3. Model Pembelajaran Kelas Inklusi
Kelas inklusi bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan secara maksimal baik siswa normal maupun ABK sehingga potensinya dapat berkembang. Di kelas inklusi terdapat beragam siswa dengan kemampuan dan karakteristik yang bermacam-macam. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran dalam setting inklusi menggunakan model pembelajaran yang bertitik tolak pada kondisi realita potensi anak yang beragam. Pengembangan pembelajaran ini disebut dengan model pembelajaran individual. Model pembelajaran individual ini merupakan suatu kurikulum atau suatu program pembelajaran yang didasarkan pada gaya, kekuatan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus anak dalam belajar. Lynch dalam Endang Rusyani (2009: 5) mengungkapkan bahwa penggunaan model ini bergantung pada kondisi dan kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang ada. Semakin berat kondisi siswa maka semakin baik apabila guru menggunakan model ini. Model pembelajaran individual ini memberikan kemudahan bagi guru untuk memberikan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa.
(34)
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang digunakan di kelas inklusi bertitik pada kemampuan anak. Siswa dengan kebutuhan yang berat seperti tunanetra, tunagrahita akan lebih baik apabila dalam pembelajaran di kelas inklusi menggunakan model pembelajaran yang di individualkan, hal ini karena anak dapat memperoleh pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan anak sehingga tidak terkesan dipaksa melainkan mengikuti irama perkembangan anak.
4. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Kelas Inklusi
Prinsip yang digunakan dalam membelajarkan siswa inklusi menurut Budiyanto, dkk (2010:21) dikemukankan sebagai berikut:
a. Prinsip motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Prinsip latar
Guru harus mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar dan semaksimal melakukan pengulangan-pengulangan materi pembelajaran bagi anak yang membutuhkan
c. Prinsip keterarahan
Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menyiapkan bahan dan alat yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
d. Prinsip hubungan sosial
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan serta interaksi banyak arah
e. Prinsip belajar sambil bekerja
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan, atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian dan sebagainya. f. Prinsip individualisasi
Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara mendalam baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pembelajaran, kecepatan
(35)
maupun kelambatan dalam belajar dan perilakunya sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapatkan perhatian dan perlakukan yang sesuai.
g. Prinsip menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang memancing anak untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental social dan emosional
h. Prinsip menemukan masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis dan memecahkannya sesuai dengan kemampuannya.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam setting inklusi dapat memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran di atas. Prinsip pembelajaran inklusi di atas sudah disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas inklusi. Menggunakan prinsip pembelajaran secara tepat oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu peserta didik memperoleh hak belajar yang benar-benar sesuai dengan kondisinya.
5. Karakteristik Peserta Didik di Kelas Inklusi
Kelas inklusi memiliki peserta didik yang berbeda dengan kelas pada umumnya. Perbedaan kelas inklusi dengan kelas lainnya yakni ada pada peserat didik yang mengikuti pembelajaran di kelas. Di kelas regular peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah peserta didik yang tidak memiliki kebutuhan khusus sedangkan kelas inklusi peserta didik yang ada diantaranya adalah peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Di kelas inklusi terdapat beragam siswa dengan jenis kebutuhan khusus yang berbeda-beda, berikut ini penjelasan terkait siswa berkebutuhan khusus yang ada di kelas inklusi SD Negeri Burat.
(36)
a. Tunagrahita
Istilah tungrahita berasal dari bahasa sansekerta tuna yang berarti rugi dan grahita artinya berfikir, di Indonesia tunagrahita disebut dengan istilah lemah ingatan, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental, terbelakang mental dan lemah mental. Menurut Gunnar Dybward dalam Moh. Amin (1995: 16) mengemukakan “mental retardation is a condition which originates during the developmental period and is characterized by markedly subaverage intellectual in social inadequacy”
maksudnya ialah keterbelakangan mental merupakan suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibat secara rasial. Lebih lanjut Moh. Amin (1995:20) mengungkapkan bahwa seseorang baru digolongkan tunagrahita bila 1) kemampuan intelektual umum jelas berada di bawah rata-rata dan 2) kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan 3) terjadi dalam masa perkembangan. Apabila seseorang hanya menunjukkan salah satu dari ciri tersebut maka belum bisa digolongkan anak tunagrahita.
Dari pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki hambatan dalam hal kecerdasan dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial
b. Tunadaksa
Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit atau pertumbuhan yang tidak sempurna, Suroyo
(37)
dalam Mohammad Effendi (2006: 114). Sedangkan menurut Hallahan & Kauffman dalam Mumpuniarti (2001: 31) anak yang cacat fisik didefinisikan yang mengalami keterbatasan fisik nonindera atau problem kesehatan dan terganggu kehadirannya atau belajar di sekolah sehingga membutuhkan layanan khusus, latihan khusus, peralatan khusus, material dan fasilitas khusus.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa anak tunadaksa adalah anak yang memiliki hambatan pada fisiknya kecuali nonindera sehingga membutuhkan layanan khusus
c. Lambat Belajar
Anak lambat belajar dikenal dengan slow learners. Anak lambat belajar berbeda dengan anak yang mengalami retardasi mental. Mumpuniarti (2007: 14) mengidentifikasi anak lamban belajar sebagai anak yang mempunyai IQ di antara 70 sampai 89. Anak lamban belajar termasuk anak yang memiliki kelamahan kognitif. Anak dengan kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk mempelajari ketrampilan atau ilmu baru tetapi masih dapat belajar dan berpartisipasi di sekolah umum dengan atau tanpa modifikasi. Lay Kekeh Marthan, dkk (2007: 49-50) mengungkapkan bahwa anak lamban belajar diklasifikasikan sebagai anak dengan keterbatasan ketrampilan kognitif karena mempunyai skor IQ sedikit di bawah normal. Karateristik yang dimiliki oleh anak lamban belajar menurut Munawir Yusuf (2005: 111) meliputi 1) rata-rata prestasi belajar rendah, biasanya kurang dari enam; 2) sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik jika dibandingkan dengan ssiwa lainnya; 3) daya tangkap terhadap pelajaran lambat dan 4) pernah tinggal kelas.
(38)
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa karateristik peserta didik di kelas inklusi bermacam-macam. Karakteristik tersebut dapat di lihat dari peserta didik yang memiliki kelainan dari tingkatan paling ringan hingga paling berat, dari kelainan tunggal, ganda hingga yang kompleks berkaitan dengan fisik, emosi, intelektual. Oleh karena itu sudah seyogyanya kondisi dan karakteristik siswa di kelas inklusi menjadi pertimbangan utama dalam memberikan pendidikan kepada siswa di kelas inklusi.
C. Pengelolaan Pembelajaran di Kelas Inklusi
Dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas inklusi, ada beberapa tahap yang harus dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara teratur dan sistematis. Manajemen pembelajaran menurut Syarafuddin & Irwan Nasution (2005: 79) merupakan proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan program pembelajaran Menurut Suprihadi Saputro, dkk. (2000: 6) beberapa tugas pembelajaran yang akan dilakukan adalah membuat keputusan tentang apa yang akan diajarkan, strategi, media, metode pembelajaran yang digunakan, alat dan meteri evaluasi pembelajaran sebagai dasar untuk mengetahui kemajuan belajar yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran selanjutnya melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat serta melakukan evaluasi pembelajaran.
Alben Ambarita (2006: 73) menyatakan bahwa secara umum manajemen pembelajaran terdiri atas: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Komponen dalam pengelolaan pembelajaran
(39)
merupakan komponen yang saling terkait antar satu dengan lainnnya. Apabila salah satu komponen tidak berjalan maka proses pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Dengan demikian agar komponen tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal maka masing-masing komponen perlu dikelola secara tepat.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi merupakan kegiatan mengatur pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di dalam kelas yang terdapat beragam karakteristik siswa. Berikut ini merupakan komponen dalam pembelajaran.
1. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusi
Perencanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu persiapan yang dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Merencanakan pembelajaran yang efektif di kelas inklusi merupakan sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh guru. Menurut Hunt (Abdul Majid, 2006: 94) untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang baik antara lain mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan scenario yang relevan untuk mencapai tujuan. Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 20 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,materi bahan ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Mengacu pada ketentuan tersebut, terdapat indikasi bahwa
(40)
sistematis sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan perencanaan pembelajaran di kelas biasa. Namun dalam perencanaan pembelajaran kiranya guru dapat menyusun perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang ada di kelas inklusi. Dalam hal ini, guru perlu merencanakan materi media, metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik di kelas inklusi.
a) Penyusunan silabus
Tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran salah satunya didukung dengan silabus. Abdul Majid (2006: 38) mengemukakan bahwa silabus merupakan rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Adapun langkah langkah pengembangan silabus menurut Depdiknas (Abdul majid, 2006: 40) meliputi:
(1) Penulisan identitas mata pelajaran (2) Perumusan standar kompetensi (3) Penentuan kompetensi dasar
(4) Penentuan materi pokok dan uraiannya (5) Penentuan pengalaman belajar
(6) Penentuan alokasi waktu (7) Penentuan sumber belajar.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa silabus merupakan suatu rancangan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dimana komponen dari silabus tersebut memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator keberhasilan pembelajaran, jenis penilaian, materi pokok, alokasi waktu dan sumber belajar. Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
(41)
oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok kerja guru dan dinas pendidikan. Silabus untuk pembelajaran di kelas inklusi pada dasarnya memiliki komponen yang sama seperti di atas, perbedaannya untuk setiap poin dalam silabus penyusunanya perlu disesuikan dengan kondisi dan kemampuan yang ada pada peserta didik berkebutuhan khusus.
b) Merencanakan bahan pelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan pembelajaran karena bahan pelajaranan itulah yang harus diberikan kepada siswa untuk dikuasai anak didik. Oleh karenanya materi pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran. Memilih materi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik berkebutuhan khusus merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh guru di kelas inklusi. Hal ini terjadi karena silabus dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok serta beragamnya karakteristik peserta didik yang ada di kelas inklusi mengharuskan guru untuk menyiapkan dan memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang ada di kelas inklusi.
Meteri pembelajaran di kelas inklusi berdasarkan pendapat Dedy Kustawan (2012: 102) bahwa materi yang akan diberikan untuk kegiatan pembelajaran di kelas inklusi khususnya bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus membutuhkan pemodifikasian/penyesuaian. Penyesuaian tersebut menyangkut kedalaman materi yang akan diberikan serta tingkat yang disesuaian dengan
(42)
kemampuan dan kondisi ABK. Oleh karena itu guru harus benar-benar memilihkan materi yang tentunya disesuaikan dengan kondisi ABK yang ada.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pada dasarnya merencanakan materi pembelajaran di kelas inklusi harus memperhatikan kondisi perkembangan siswa. Selain memperhatikan kondisi yang ada pada anak, merencanakan materi juga disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran. Artinya bahwa perencanaan materi pembelajaran di kelas inklusi selain memperhatikan kondisi siswa juga memperhatikan tujuan pembelajan yang akan dicapai. Dengan demikian perencanaan materi ajar berjalan beriringan baik berdasarkan kondisi maupun pada tujuan pembelajaran.
c) Merencanakan pendekatan belajar mengajar.
Pendekatan pembelajaran merupakan cara yang dipilih guru dalam melakukan pendekatan saat pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai perantara keberhasilan guru dalam menyampaikan materi. Pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah inklusi idealnya menggunakan pendekatan individual. Walaupun tidak menutup kemungkinan harus menggunakan pendekatan klasikal mengingat peserta didik yang banyak. Maksudnya bahwa guru sebagai orang yang memiliki kekuasaan di kelas bisa menempatkan kapan menggunakan pendekatan klasikal maupun individual. Pendekatan individual dapat dipilih oleh guru dalam membelaajrakan siswa di kelas inklusi setelah melihat kondisi siswa dari hasil assemen. Tarmansyah (2007: 183) asesmen merupakan usaha untuk mendapatkan informasi tentang potensi dan hambatan yang dimiliki siswa. Dengan hasil asesmen guru dapat memilih dan
(43)
menetapkan pendekatan yang akan digunakan dalam mengajar di kelas inklusi. Guru dapat menggunakan pendekatan baik individual maupun klasikal secara bergantian dalam mengajar di kelas inklusi disesuaikan dengan kondisi siswa di kelas.
d) Merencanakan penggunaan sumber dan media pembelajaran
Dalam pembelajaran guru memerlukan media guna menarik perhatian dan memudahkan anak dalam memahami materi yang disampaikan sehingga tujuan dapat tercapai. Pemilihan media di kelas inklusi yang memiliki berbagai macam karakteristik dan kondisi siswa yang beragam membutuhkan pertimbangan yang matang. Menurut Anisatul Mufarokah (2009; 10) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Wina Sanjaya (2006: 170) bahwa media pembelajaran terdapat berbagai macam yaitu:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara seperti radio dan rekaman suara 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat
3) Media audio visual, yaitu media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa di lihat.
Pada dasarnya media berfungsi untuk memudahkan penyampaian materi dari guru ke siswa oleh karenanya harus membutuhkan pertimbangan dalam memilih media. Mohammad Ali (2008: 92) mengemukakan bahwa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah:
1) Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan.
2) Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri karena setiap media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri
(44)
4) Fleksibilitas, tahan lama,dan kenyamanan media
5) Keefektifan suatu media dibandingkan dengan media dengan jenis lain untuk digunakan dalam pembelajaran.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa media merupakan segala sesuatu baik alat, teknik dan metode yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan sedangkan untuk macam macam media ada tiga yaitu media auditif, visual dan audiovisual. Pemilihan media di kelas inklusi membutuhkan pertimbangan yang tepat karena berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, apabila media yang dipilih tidak tepat maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat maksimal.
e) Merencanakan metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan pengajar untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta didik menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain, Hamzah B. Uno (2011: 65). Dalam pembelajaran metode berfungsi sebagai cara dalam menyampaikan materi pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas inklusi pada dasarnya bisa diadopsi dari metode pembelajaran secara umum, namun demikian guru perlu memilih metode yang dianggap cocok dengan karakteristik siswa yang akan diajar. Di kelas inklusi setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima setiap pembelajaran. Penggunaan metode diharapkan dapat mempermudah siswa yang memiiliki kebutuhan khusus dalam memahami materi yang disampaikan. Beragamnya keterbatasan yang dimiliki siswa di kelas inklusi tentu menuntut guru untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Lebih lanjut Wina Sanjaya (2006: 145) mengungkapkan
(45)
bahwa ada beberapa syarat yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode yakni sebagai berikut:
1) Metode harus disesuaikan dengan keadaan anak
2) Metode harus sesuai dengan bahan pengajaran yang diajarkan sehingga mudah dalam menerima pelajaran
3) Metode harus sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (sarana, prasarana, lingkungan daerah )
Oleh karenanya ketrampilan guru dalam memilih metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas inklusi membutuhkan pertimbangan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pertimbangan tersebut tidak saja bergantung pada kebutuhan anak tetapi juga bergantung pada keefektifan dari penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran ataupun untuk menggali pengalaman peserta didik pada saat pembelajaran sehingga memudahkan siswa di kelas inklusi untuk menerima dan memahami materi yang diberikan.
f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dedy Kustawan (2012: 13) mengungkapkan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai KD. Setiap guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif menyenangkan, memotivasi peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk ikut berpartisipasi aktif. Penyususunan RPP di kelas inklusi untuk siswa normal dikembangkan dari kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Sedangkan untuk ABK biasanya memiliki rencana pembelajaran individual yang disusun oleh guru dari hasil
(46)
asesmen sehingga sesuai dengan kondisi ABK. Menurut Tarmansyah (2007: 194-198). Rencana pembelajaran di kelas inklusi disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan menggunakan segitiga kurikulum, yaitu:
“Isi;artinya tema yang terdapat dalam kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik berdasar latar belakang, kemampuan dan perbedaan karakteristik peserta didik yang ada. Proses: adalah bagaimana kurikulum tersebut diajarkan dengan memanfaatkan metode yang sesuai dan tepat guna terutama metode dan stategi belajar siswa di keals inklusi. Lingkungan; yang dimaksud adalah sumber belajar dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan psiko-sosial peserta didik”
Adapun komponen yang terdapat dalam RPP menurut Jamil Suprihatiningrum, (2013: 115) meliputi:
1) Identifikasi Mata Pelajaran 2) Standar Kompetensi. 3) Kompetensi dasar
4) Indikator Pencapaian Kompetensi 5) Tujuan Pembelajaran
6) Materi Ajar 7) Alokasi Waktu 8) Matode Penbelajaran 9) Kegiatan Pembelajaran. 10)Penilaian Hasil Pembelajaran 11)Sumber Belajar.
Komponen RPP terutama untuk ABK di kelas inklusi memiliki kesamaan dengan RPP untuk siswa normal pada umumnya. Namun perbedaannya ada pada isi setiap komponen yang perlu disesuaikan dengan kondisi siswa di kelas inklusi. Dengan demikian yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran di kelas inklusi pada penelitian ini merupakan aspek yang harus dipersiapkan oleh guru diantaranya penyusunan silabus, RPP, perencanaan materi, perencanaan metode, perencanaan media sumber dan memilih pendekatan serta membuat RPP yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas inklusi.
(47)
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Inklusi
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik dengan sumber belajar di lingkungan belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi ABK dan siswa normal memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan demikian dalam proses pelaksanaan pembelajaran ABK mendapatkan penangan yang berbeda dari siswa normal lainnya. Salah satu penanganan ABK dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan program pembelajaran individual sehingga ABK mendapatkan pembelajaran sesuai dengan kondisinya. Pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi terutama untuk ABK hendaknya sejalan dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP dan program pembelajaran individual sehingga jelas tujuan yang akan dicapai dari siswa di kelas inklusi. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan dapat meliputi membuka pelajaran, kemudian kegiatan inti berupa penyampaian materi dan kegiatan penutup:
a. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai adalah membuka pelajaran meliputi mempersiapkan siswa, melakukan apersepsi menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas. Pada dasarnya membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa agar siap dalam menerima materi sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Selain menyiapkan siswa, membuka pelajaran juga memiliki fungsi untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan diberikan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 43) secara khusus tujuan membuka pelajaran adalah untuk:
(48)
1) Menarik perhatian siswa yang biasa dilakukan dengan
a) Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya
b) Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa seperti menggunakan alat bantu
c) Melakukan interaksi yang menyenangkan
2) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: a) Membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat
b) Menimbulkan rasa ingin tahu
c) Mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa
d) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan seperti:Mengemukakan tujuan yang akan dicapai
e) Menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran
3) Menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung.
Nani Triani dan Amir (2013: 27) mengungkapkan bahwa cara untuk memulai pembelajaran di kelas inklusi untuk anak yang memiliki kebutuhan dapat dilakukan dengan cara:
1) Memulai pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan bahwa anak benar-benar telah siap untuk belajar
2) Memberikan dorongan motivasi untuk belajar dan meyakinkan bahwa siswa akan berhasil mempelajari
3) Selalu didahului dengan kegiatan apersepsi atau mengakaitkan dengan konsep yang sudah dipahami oleh siswa
4) Memulai pembelajaran dari hal-hal yang diminati ssiwa kemudian siswa diarahkan secara perlahan pada materi yang akan diajarkan.
Dengan demikian, kegiatan pendahuluan yang dilakukan dalam mengajar di kelas inklusi pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan siswa agar siap dalam menerima materi serta memberikan dorongan motivasi kepada peserta didik. Selain itu, dalam kegiatan apersepsi guru perlu melihat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh ABK secara teliti sehingga dalam penyampaian materi oleh guru bisa benar-benar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa
(49)
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran merupakan tahap terjadinya interaksi belaajr mengajar antara guru dan siswa.
1) Menyampaikan materi pelajaran
Materi pembelajaran merupakan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa yang digunakan untuk belajar sehingga apa yang telah ditetapkan dalam tujuan instruksional dapat tercapai. Menurut W.S Wingkel (1996: 296-297) materi yang akan diberikan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Materi/bahan harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, ini berarti bahwa: (1) materi pelajaran harus memungkinkan memperoleh jenis perilaku yang akan dituntut dari siswa yaitu jenis perilaku ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, (2) materi pelajaran harus memungkinkan untuk menguasai tujuan instruksional menurut aspek isi
b) Materi pelajaran harus sesuai dengan taraf kesulitan dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu
c) Materi/bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup
d) Materi harus membantu melibatkan diri secara aktif baik dengan berfikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan
e) Materi pembelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti, misalnya menggunakan ceramah
f) Materi harus sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia
Materi pembelajaran yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas inklusi perlu disesuaikan dengan kondisi siswa yang ada. Hal ini berfokus pada prinsip student centered yang mengehendaki bahwa kegiatan pembelajaran berfokus pada kondisi anak termasuk didalamnya adalah pemberian materi untuk kegiatan pembelajaran yang perlu disesuiakan dengan kondisi anak.
(50)
2) Penggunaan metode, media dan pendekatan
Kegiatan inti dalam pembelajaran tidak hanya berupa penyampaian materi pembelajaran saja melainkan juga menggunakan metode pembelajaran. Metode berguna untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Ada beragam metode yaag ada saat ini. Namun demikian penggunaan metode harus mempertimbangkan prinsip-prinsip yang ada. Adapun prinsip-prinsip dalam menerapkan metode pembelajaran menurut Kemis dan Atis Rosnawati (2013: 94) antara lain:
a) Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran b) Kesesuaian metode dengan materi pembelajaran
c) Kesesuaian metode dengan kemampuan guru d) Kesesuaian metode dengan kondisi siswa
e) Kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas yang tersedia f) Kesesuaian metode dengan situasi kondisi belajar
g) Kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia
Pada dasarnya penggunaan metode harus mempertimbangkan keadaan yang ada seperti di atas sehingga penggunaan tersebut bisa maksimal. Metode yang digunkan dalam pembelajaran di kelas inklusi harus mengunaan prinsip umum dan khusus. Menurut Tarmansyah (2007: 191-194), mengungkapkan prinsip-prinsip umum:
“a) Metode yang dapat meningkatkan motivasi belaajr siswa; b)metode kontekstual yang memanfaatkan sumber belajar dan lingkungan sekitar;c) strategi belajar terarah yang memusatkan pada tujuan pembelajaran yang jelas; d) dinamika sosial dan kelompok yang mengembangkan strategi peningkatan hubungan sosial agar siswa mampu mengoptimalkan interaksi social ; e) belajar sambil bekerja, yang memberikan kesempatan belajar praktek atau percobaan atau penelitian atau pengamatan; f) pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan yang membantu siswa mengenali diri sendiri; g) metode inkuiri ang mendorong siswa melibatka diri secara maksimal dengan seluruh kemampuannya untuk menyelidiki secara sistematis kritis, logis analitis sehingga dapat menemukan sendiri pemecahan masalah yang dihadapi dengan penuh percaya diri; h) metode
(51)
pemecahan masalah yang menekankan pada pengajaran untuk berfikit tentang cara memecahkan masalah, mencari memproses dan merumuskan berbagai macam informasi.
Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan inti sangat membantu para siswa dalam memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. (Mohammad Ali, 2008: 89) Alangkah baiknya apabila seorang guru mampu membuat media dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Selain mempermudah siswa dalam memahami materi, penggunaan media pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru akan menumbukan kreativitas pada guru.
3) Pengelolaan Kelas.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dikelola agar kegiatan inti pembelajaran dapat berlangsung secara nyaman. Kegiatan tersebut berupa pengelolaan kelas. Pengelolaan di kelas inklusi tidak hanya berupa fisik kelas saja melainkan juga suasana kelas. Dalam kelas inklusi terdapat beragam karakteristik siswa yang berbeda-beda sehingga guru perlu menciptakan kelas yang nyaman, kondusif dan tidak membeda-bedakan. Penciptaan suasana kelas bertujuan agar semua siswa bisa menghargai keberagaman yang ada pada setiap siswa. Suasana yang saling menghargai menciptakan suasana kelas yang nyamana dan ramah karena setiap siswa memiliki sikap menghargai dan menghormati. Depdiknas dalam Lay Kekeh (2007: 151) merumuskan perbedaan karakteristik pendidikan inklusif dengan kelas regular sebagai berikut ini:
(52)
Tabel 1. Perbedaan kelas tradisional dan kelas inklusi berdasarkan hubungan, kemampuan dan pengaturan tempat duduk
No. Perbedaan Kelas Tradisional Kelas Inklusi 1. Hubungan
Terdapat hubungan jarak
dengan peserta didik Ramah dan hangat 2.
Kemampuan
Guru dan peserta didik memiliki kemampuan yang relative sama
Guru, peserta didik dengan latar belakang kemampuan yang berbeda-beda 3. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk yang sama di tiap kelas
Pengaturan tempat duduk yang bervariasi atau duduk di bangku bersama-sama sehingga antar siswa dapat saling membantu dan melihat satu sama lainnya
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa di kelas inklusi hubungan dijalin secara ramah dan hangat tanpa ada sekat antara guru dan siswa mengenai kondisi dan karakteristik siswa sehingga kelas inklusi membutuhkan keramahtamahan dan kehangatan semua warga kelas. Hal ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk menciptakan suasana di kelas inklusi yang saling mengahargai perbedaan menyangkut kemampuan dalam intelektual, kondisi fisik, maupun sosial
Selain menciptakan suasana kelas yang nyaman. Guru perlu mengatur fisik kelas seperti tempat duduk. Pengaturan tempat duduk terutama untuk siswa berkebutuhan khusus memberikan manfaat bagi guru maupun siswa. Pengaturan tempat duduk di kelas inklusi dapat dilakukan dengan mengatur tempat duduk untuk siswa berkebutuhan khusus dengan siswa normal secara acak agar semua
(53)
siswa dapat berinteraksi tanpa membedakan sehingga menciptakan sifat kepercayaan diri pada siswa berkebutuhan khusus. Pengaturan tempat duduk di kelas inklusi dapat menghilangkan sekat perbedaan pada ssiwa sehingga semua siswa dapat bertinteraksi satu dengan yang lainnya secara nyaman.
4) Membimbing Siswa
Guru di kelas inklusi diharapkan dapat bertindak sebagai pembimbing dengan penuh sabar dan telaten karena dalam membimbing siswa di kelas inklusi yang memiliki kerakteristik yang beragam membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Soetomo (1993: 27) mengatakan bahwa bimbingan yang diberikan kepada siswa memiliki fungsi:
a) Bimbingan sebagai pemahaman, dapat diartikan bahwa denagn bimbingan diharapkan anak dapat memahami keadaan dirinya baik kemampuan, minat, bakat maupun kepribadiannya.
b) Bimbingan sebagai pencegahan dari gejala tingkah laku anak yang akan melakukan kegiatan yang tidak sesuai denagn peraturan sekolah
c) Bimbingan sebagai pengembangan, dapat diartikan bahwa guru dalam memberikan bimbingan mempunyai tujuan agar bakat, kemampuan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang dan tersalurkan
d) Bimbingan sebagai penyesuaian, bahwa dengan bimbingan diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Membimbing siswa dalam belajar diperlukan untuk membantu siswa agar lebih membantu siswa memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga harapannya siswa dapat maju dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu memiliki ketrampilan penunjang agar dapat membimbing siswa di kelas inklusi agar mereka dapat terlayani kebutuhannya.
c. Kegiatan Penutup.
Kegiatan menutup pembelajaran berguna untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai kegiatan yang telah dipelajari, serta mengetahui
(54)
tingkat pencapaian siswa dalam belajar. Adapau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menutup kegiatan pembelajaran antara lain:
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik
5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 3. Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi
a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Kelas Inklusi
Oemar Hamalik (2002: 210) evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang system pembelajaran. Evaluasi pembelajaran atau kegiatan penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan yang dilakukan oleh guru setelah pembelajaran selesai. Selanjutnya Oemar Hamalik (2002: 211-212) menyebutkan bahwa evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut:
1) Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
2) Untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi mengajar yang tepat dengan tingkat kemampuan, minat dan kreativitas siswa
3) Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna untuk mengetahui kesulitan belajar
(55)
4) Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar
Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran di kelas inklusi adalah untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran baik siswa normal maupun siswa yang memiliki kebutuhan. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 1 berbunyi “evaluasi belajar peserta didik dilakukan untuk oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan” sedangkan menurut Rusman (2010: 3) evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran.
b. Jenis Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran menurut Suharsimi Arikunto (2009: 36) secara garis besar dibedakan menjadi 2 yakni sebagai berikut:
1) Tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari.
2) Tes Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengejar berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
Lebih lanjut Mohammad Ali (1985: 127) membedakan evaluasi menjadi empat macam yaitu:
1) Evalausi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap kali selesai pelaksanaan pengajaran tertentu. Manfaat yang dicapai adalah untuk menilai keberhasilan
(56)
2) Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran program atau beberapa unit pelajaran tertentu. Sasaran yang dicapai untuk menilai keberhasilan proses belajar atau kurikulum berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa
3) Evaluasi diagnostik yaitu dilaksanakan untuk meneliti atau mencari sebab kegagalan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran.
4) Evaluasi penempatan dilakukan jika kurikulum menuntut adanya pembedaan peserta didik berdasarkan kelompok, baik keberhasilan atau program yang dipilih.
Dari penjelasan mengenai bentuk evaluasi di atas, hal tersebut masih bisa dijabarkan bahwa dalam penilaian baik formatif maupun sumatif biasanya berupa penilaian secara tertulis. Dimana dalam penilaian tertulis ini para peserta didik memberikan jawaban berupa tulisan. Lebih lanjut Suryosubroto (2005: 145) membedakan tes tertulis menjadi dua macam yakni:
1) tes essay ( uraian ) siswa menjawab soal-saol tes dengan cara menerangkan hal-hal lain sehingga ciri khas tes essay selalui dimulai dengan perintah, beri alasan, mengapa, dll.
2) tes obyektif, tes ini disebut demikian karena dapat memungkinkan dapat memperoleh penilaian obyektif daripihak guru. Ada 5 jenis tes obyektif yakni bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, isian singkat, uraian (melengkapi)
Kedua jenis tes tersebut yang sebagian besar digunakan untuk penilaian terutama penilaian sumatif yang terdapat soal pilihan ganda (obyektif), dan soal essay. Dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya aspek kognitif saja yang menjadi prioritas dalam menilai peserta didik tetapi juga aspek sikap untuk melihat sikap
(57)
yang tertanam pada diri peserta didik. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui pengamatan oleh guru dalam kegiatan sehari-hari.
Evaluasi pembelajaran di kelas inklusi perlu dilakukan secara berkelanjutan. Pendekatan ini merupakan bentuk evaluasi yang dapat mendorong kemampuan penelaahan dan pereflesian anak terhadap pembelajaran yang telah dilakukan guru serta mampu memberikan gambaran tentang bagaimana anak dapat menerapkan pembelajaran. Artinya merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terhenti serta berfokus pada ujian akhir saja namun semua proses perlu dilihat dengan seksama sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi belajar anak dari awal sampai akhir, Lay Kekeh Marthan (2007: 159).
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi belajar di kelas inklusi dilakukan untuk mengukur sejauhmana siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus memahami dan menguasai materi pembelajaran yang diberikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi belajara anak di kelas inklusi.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaiatan dengan pokok permasalahan. Beberapa penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Sandra Rista Fransiska (2012: 9) dengan judul pengelolaan pembelajaran di Taman Penitipan Anak Book Monster, Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan
(58)
untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran di Taman Penitipan Anak Book Monster Yogyakarta.
Vivit Nur Arista Putra (2013) tentang manajemen pembelajaran di pondok pesantren takwinul muballighin Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran secara prinsip dilengkapi silabus dan rancangan pelaksanaan pembelajaran namun belum terdokumentasikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan media seperti LCD, white board, dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan tanya jawab. Dalam evaluasi menggunakan evaluasi secara formatif.
Ika Ratna Wardhani (2012: xi) tentang manajemen pembelajaran pendidikan inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus SD Negeri 2 Cepogo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran inklusi untuk siswa berkebutuhan khusus saat ini adalah melalui identifikasi, asesmen atau pengukuran, penyusunan PPI. Pada pembelajaran regular pembelajaran disusun berdasarkan silabus dengan modifikasi bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang bersangkutan, pelaksanaan pembelajaran inklusi guru pembimbing menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, evaluasi pembelajaran dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi pada kelas regular dan evaluasi pada kelas khusus. Untuk faktor pendukung dari pembelajaran inklusi antara lain, warga sekolah khususnya guru dan pembimbing khusus, dukungan masyarakat dan komite sekolah dan dukungan orang tua.
(59)
Dari penelitian di atas, peneliti berpendapat bahwa judul penelitian tersebut dapat digunakan untuk pedoman/acuan serta sumber referensi dalam penelitian tentang pegelolaan pembelajaran. Hal ini karena penelitian tersebut membahas mengenai pengelolaan pembelajaran.
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan hak semua warga Negara tidak terkecuali ABK. Jumlah ABK yang semakin tahun meningkat menyebabkan tidak semua siswa mengenyam pendidikan. Oleh karena itu pemerintah berusaha memenuhi haknya melalui pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan dimana anak normal dan berkebutuhan khusus belajar bersama-sama di sekolah regular. Banyaknya ABK yang ada saat ini, berpengaruh terhadap semakin banyaknya sekolah inklusi. Karakteristik peserta didik yang beraneka ragam di kelas inklusi membutuhkan pengelolaan dalam kegiatan pembelajaran secara tepat sehingga tujuan pembelajaran di kelas inklusi tercapai. Kegiatan pembelajaran penting dikelola karena setiap hari semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran pada kelas inklusi. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ini meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran pada kelas inklusi merupakan langkah pertama yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Persiapan pembelajaran meliputi penyususnan silabus, merencanakan materi, metode, media, pendekatan dan skenario pembelajaran atau RPP.
(60)
Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan implementasi dari perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran di kelas inklusi dari membuka pelajaran, menyampaikan materi, menggunakan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran di kelas inklusi.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dalam pembelajaran dapar berupa evaluasi formatif, evaluasi sumatif maupun keduanya. Hasil dari evaluasi ini digunakan oleh guru untuk perbaikan dalam mengajar sehingga harapannya proses pembelajaran menjadi lebih baik.
Pengelolaan pembelajaran pada kelas inklusi penting dilakukan agar tujuan yang telah ditetapkan sejak awal dapat tercapai. Antar komponen dalam pengelolaan pembelajaran saling berkaitan. Perencanaan pembelajaran yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi. Oleh karena itu pada perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang membutuhkan pemikiran yang tepat karena berpengaruh terhadap hasil akhir pembelajaran. Oleh karena itu pengelolaan pembelajaran di kelas inklusi sangatlah penting di persiapkan dengan matang dan jelas.
F. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaaan perencanaan pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?
(61)
b. Bagaimana perencanaan materi pembelaajran di kelas inklusi SD Negeri Burat?
c. Bagaimana perencanaan metode pembelajaran di kelas Inklusi SD Negeri Burat?
d. Bagaimana perencanaan media dan pendekatan di eklas inklusi SD Negeri Burat?
2. Bagaimana pengelolaan pelaksanaan pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?
a. Bagaimana kegiatan awal dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?
b. Bagaimana kegiatan inti dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?
c. Bagaimana kegiatan penutup dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?
d. Bagaimana pengelolaan kelas dalam pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat?
3. Bagaimana pengelolaan evaluasi pembelajaran oleh guru di kelas inklusi SD Negeri Burat?
a. Apa saja evaluasi yang dilakukan dalam pembelajran di kelas inklsi SD Negeri Burat?
b. Kapan evaluasi pembelajaran di kelas inklusi SD Negeri Burat di laksanakan?
(62)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 52) membedakan pendekatan penelitian menjadi pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif peneliti bekerja dengan megolah angka-angka sedangkan pendekatan kualitatif peneliti bekerja dengan berbagai informasi atau penjelasan yang diperoleh sehingga data yang terkumpul bukan berupa angka melainkan kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2010: 207-208) adalah penelitian yang menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan atau generalisasi. Untuk menganalisis pengelolaan pembelajaran digunakan analisis deskriptif dengan menguraikan fakta-fakta di lapangan. Analisis difokuskan pada proses perencanaan pembelajaran dalam aspek pembuatan silabus dan RPP, merencanakan materi ajar, metode, media serta pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran. Analisis pelaksanaan pembelajaran difokuskan penyampaian pembelajaranan dan penggunaan strategi guru dalam mengajar di kelas inklusi serta evaluasi berfokus pada proses penilaian pembelajaran di kelas inklusi. Hasil penelitian ini berupa kalimat dan narasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
(1)
187
(2)
Kegiatan
Kegiatan
Lampira
Gamb n pembelaja
Gambar n pembelaja
an Gambar
ar 1. aran di kelas
r 2.
aran di kelas r
s V.
(3)
FY (palin
Pos
g belakang)
sisi duduk F
Gambar ) melamun s
Gambar FY di paling
r 3.
saat kegiata
r 4.
g belakang s
an pembelaj
sendirian. jaran.
(4)
FA
A di tempat d
duduknya sa
FA saat m
Gambar aat mengerj
Gambar mengikuti ke
r 5.
jakan tugas
r 6.
egiatan olah
dengan tan
hraga.
(5)
WW A
Po
ABK kelas
sisi duduk P
Gambar III mendap
Gambar PYR di kela
r 7.
at perhatian
r 8.
as III yang s
n guru agam
sendirian. ma
(6)
Gamba
ar 9. Sumbe
er belajar sis
Gamb swa.
ar 11. Hasil
Gambar
l tulisan RW
r10. Raport
W.