Gambar 100 Hubungan populasi penduduk dengan daya dukung lingkungan 2005-2045.
5.5.4 Analisis Kebijakan
1. Skenario-Skenario Kebijakan
Skenario yang dilakukan adalah skenario pesimis PM, moderat MDR, dan optimis OP. Skenario optimis adalah intervensi fungsional terhadap laju
pertambahan industri dari 3,41 menjadi 2,0, laju pertambahan RPH dari 3,41 menjadi 2,0, laju penggunaan pupuk pertanian dari 0,02 menjadi 0,01
dan laju pertambahan penduduk dari 1,5 menjadi 1,3. Skenario moderat adalah intervensi fungsional terhadap laju pertambahan penduduk RTP sebesar
0,0234 menjadi 0,01. Skenario pesimis adalah intervensi fungsional terhadap laju pertambahan peternakan ayam dari 2,31 menjadi 1, peternakan itik dari
1,67 menjadi 1, peternakan domba dari 1,625 menjadi 1 dan peternakan sapi dari 2,06 menjadi 1 Gambar 101.
2. Pengembangan Kebijakan Alternatif
Analisis kebijakan adalah pengetahuan tentang cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu
aspek penting dalam proses analisis kebijakan dengan metode sistem dinamis adalah simulasi model yang merupakan tiruan perilaku sistem nyata. Dengan
menirukan perilaku sistem nyata tersebut maka proses analisis akan lebih cepat, bersifat holistik, hemat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini akan
diuraikan tentang bagaimana melakukan analisis kebijakan tersebut secara teknis
01 Jan 2005 01 Jan 2015
01 Jan 2025 01 Jan 2035
01 Jan 2045 2.000.000
4.000.000 6.000.000
J_Pddk_Tot EX DDL2
Tot _BP Tot _B_ lim bah_SelfpEx
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6
Ta h u n P
e n
d u
d u
k ji
w a
D a
y a
D u
k u
n g
L in
g k
u n
g a
n
dan operasional dengan simulasi model Muhammadi et al. 2001. Analisis kebijakan ini dilakukan dengan melakukan intervensi fungsional dan intervensi
struktural. Intervensi fungsional adalah intervensi terhadap parameter tertentu atau kombinasi parameter. Intervensi struktural adalah intervensi dengan
mengubah unsur, mengubah hubungan yang membentuk struktur model atau intervensi dengan menambahkan sub model penghubung ke dalam model awal.
Fasilitas intervensi adalah dengan menggunakan fungsi-fungsi khusus seperti: IF, STEP, GRAPH, sinus, setengah sinus, trend, ramp, pulsa, random dan forecast.
Penggunaan fasilitas ini sesuai dengan antisipasi perubahan parameter yang mungkin terjadi dalam dunia nyata.
Pertama-tama dilakukan skenario pesimis yaitu intervensi fungsional terhadap parameter laju limbah peternakan yaitu laju pertambahan limbah
peternakan ayam dari 2,31 menjadi 1, limbah peternakan itik dari 1,67 menjadi 1, limbah peternakan domba dari 1,625 menjadi 1 dan limbah
peternakan sapi dari 2,06 menjadi 1 Gambar 101. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan fraksi pertumbuhan jumlah limbah peternakan
dapat menurunkan jumlah limbah tinja ternak dari 234.315,85 ton menjadi 190.556,94 ton pada tahun 2045 Gambar 102. Dalam skenario pesimis ini total
beban limbah Existing turun dari 2.691.607,39 ton menjadi 2.678.479,72 ton Gambar 103.
Gambar 101 Penurunan jumlah limbah ternak berdasarkan intervensi fraksi peternakan.
Gambar 102 Penurunan total limbah ternak berdasarkan intervensi fraksi peternakan.
Intervensi fungsional dilakukan dengan cara menurunkan jumlah limbah ternak ayam, itik, domba dan sapi menjadi 1 , hal ini memberikan petunjuk
bahwa upaya pemecahan masalah melalui intervensi fungsional tersebut mengikuti bentuk struktur Archetype Shifting the Burden. Secara teknis penurunan
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 160.000
180.000 200.000
220.000 TLTer nak _MskS_EX
TLTer nak _MskS_PM
L im
b a
h T
e r
n a
k to
n
Ta h un 3
0 1 Ja n 2 0 2 5 0 1 Ja n 2 0 4 5
1 0 0 .0 0 0 2 0 0 .0 0 0
3 0 0 .0 0 0 4 0 0 .0 0 0
5 0 0 .0 0 0
JLim bah Ay PM JLim bah_ I t _PM
JLim bah_Do_PM JLim bah_ sa_PM
JLim bah_ sa EX JLim bah_Do EX
JLim bah_ I t EX JLim bah_Ay EX
L im
b a
h T
e r
n a
k to
n
Ta h u n
jumlah ternak ayam, itik, domba dan sapi sulit diterapkan karena menyangkut sumber pendapatan ekonomi penduduk. Teknis kebijakan yang dapat dilakukan
adalah pelatihan pemanfaatan limbah ternak misalnya kompos dan sumber energi biogas dengan pendekatan reduce, reuse, recycle, recovery dan participation 4R
+ P. Hal ini merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat dalam hal penanganan limbah di wilayah DAS Citarum.
Kedua, dilakukan skenario moderat yaitu intervensi fungsional terhadap laju pertambahan penduduk RTP sebesar 0,0234 menjadi 0,01, Gambar 104.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan fraksi pertumbuhan jumlah RTP dan jumlah KJA dapat menurunkan jumlah limbah KJA tunggal dari 135.819,95
ton menjadi 47.639,57 ton, dan menurunkan limbah KJA ganda dari 68.697,90 ton menjadi 20.360,62 pada tahun 2045 Gambar 104. Dalam skenario moderat ini
total beban limbah existing turun dari 2.691.607,39 ton menjadi 2.648.505,29 ton. Namun dalam skenario ini belum efektif untuk menurunkan total beban limbah
Gambar 105.
Gambar 103 Penurunan jumlah limbah KJA tunggal berdasarkan intervensi fraksi KJA dan RTP.
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 50.000
100.000 J_LimbahKJAM_Ex
J_LimbahKJAM_MDR
Tahun L
im b
a h
to n
Gambar 104 Penurunan jumlah limbah KJA ganda berdasarkan intervensi fraksi KJA dan RTP.
Intervensi fungsional dilakukan dengan cara menurunkan jumlah RTP dan KJA sulit dilakukan karena diduga dapat berdampak buruk terhadap penghidupan
atau ekonomi penduduk, hal ini memberikan petunjuk bahwa upaya pemecahan masalah melalui intervensi fungsional tersebut mengikuti bentuk struktur
Archetype Shifting the Burden. Secara teknis penurunan jumlah KJA dapat ditempuh melalui beberapa kebijakan misalnya penegakan regulasi pembatasan
luas KJA sebesar 1 dari luas waduk 6200 ha yaitu 62 ha. Begitu pula upaya menurunkan jumlah RTP di Waduk Cirata dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan dan keterampilan usaha baru dan pemerintah perlu membuka lapangan kerja baru.
Ketiga, dilakukan skenario optimis yaitu intervensi fungsional terhadap laju pertambahan limbah industri dari 3,41 menjadi 2,0, laju pertambahan limbah
RPH dari 3,41 menjadi 2,0, laju limbah dari penggunaan pupuk pertanian dari 0,02 menjadi 0,01 dan laju pertambahan penduduk dari 1,5 menjadi
1,3 Gambar 106. Dalam skenario optimis ini total beban limbah Existing turun dari 2.691.607,39 ton menjadi 2.346.859,61 ton. Skenario optimis ternyata lebih
efektif dalam menurunkan total beban limbah dibanding skenario pesimis dan moderat Gambar 107. Skenario optimis akan berhasil jika perhatian pemerintah
lebih intensif dan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi memelihara lingkungannya, untuk itu diperlukan dana yang memadai dan kontinyu untuk
mendukung pelaksanaan skenario-skenario
tersebut.
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 50.000
100.000 J_Lim bahKJAM_Ex
J_lim bahKJA_MN_Ex J_Lim bahKJAM_MDR
J_lim bahKJA_MN_MDR
L im
b a
h to
n
Ta h u n
Gambar 105 Penurunan limbah industri, limbah tinja, limbah padat dan limbah pupuk pada skenario optimis.
01 Jan 01 Jan
01 Jan
30.000 35.000
40.000 45.000
50.000
BL_I n_Ex BL_I n_OP
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 5.500.000
6.000.000 6.500.000
7.000.000 7.50000
TBLPupuk _Ex TBLPupuk _OP
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 220
230 240
250 260
270 280
BL_pdt _Msk S_Ex BL_pdt _Msk S_OP
01 Jan 2005 01 Jan 2025
01 Jan 2045 750
800 850
900
JL_t inj aPddk TMsk S_Ex JL_t inj aPddk TMsk S_OP
Ta h un
Ta h un L
im b
a h
to n
L im
b a
h to
n L
im b
a h
to n
L im
b a
h to
n Ta h un
Ta h un
Gambar 106 Perbandingan total beban limbah pada kondisi existing, skenario pesimis, moderat dan optimis.
Selanjutnya hasil penelitian ini memperkuat simpulan Kholil 2005 bahwa upaya penurunan produksi limbah akan dapat berhasil secara efektif bila kebijakan
yang ditempuh adalah dengan mengurangi pertumbuhan penduduk. Secara teknis penurunan fraksi pertambahan jumlah penduduk dapat ditempuh melalui beberapa
kebijakan misalnya pembatasan migrasi, pembatasan usia nikah, dan sosialisasi program KB secara besar-besaran serta pengertian tentang keluarga kecil bahagia.
Pertambahan penduduk merupakan faktor pengungkit leverage factor, hal ini memperkuat simpulan Neto et al. 2006 bahwa pertambahan populasi penduduk dan
perkembangan industri sejalan dengan meningkatnya pencemaran air dan degradasi lingkungan. Sedangkan pembatasan kaum imigran dari luar DAS Citarum yang
masuk ke-8 kecamatan yang termasuk ke dalam daerah administrasi Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat yakni dapat dilakukan melalui kebijakan
pemda dengan pengembangan pusat-pusat bisnis, industri, pertanian, perkebunan dan
01 Jan 01 Jan
01 Jan 01 Jan
01 Jan
2.000.00 2.200.00
2.400.00
2.600.00
Tot _B_ lim bah_Self Tot _B_ lim bah_Selfp
Tot _B_ lim bah_Selfp_ Tot _B_ lim bah_Selfp_
Ta h u L
im b
a h
to n
perumahan di wilayah penyangga kabupaten hinterland Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat, sehingga terjadi perpindahan mobilisasi penduduk
dari Kabupaten Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat ke daerah hinterland tersebut. Secara teknis penurunan jumlah pemakaian pupuk pertanian sulit
diterapkan karena menyangkut produktivitas panen dan sumber pendapatan ekonomi penduduk. Teknis kebijakan yang dapat dilakukan adalah pelatihan pemanfaatan
limbah untuk dijadikan kompos sehingga beralih menggunakan pupuk kompos ketimbang pupuk pabrik. Begitu pula agar lahan pertanian tidak cepat gersang maka
perlu pelatihan teknik konservasi tanah dan air seperti penanaman searah kontur, dan terras. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah seperti
metode vegetasi, dan mekanik Sitanala 2000. Hal ini tentu akan mengurangi pemakaian pupuk.
Jika intervensi fungsional dilakukan dengan cara menurunkan jumlah RPH dan industri maka diduga dapat berdampak buruk terhadap penghidupan atau ekonomi
masyarakat, hal ini memberikan petunjuk bahwa upaya pemecahan masalah melalui intervensi fungsional tersebut mengikuti bentuk struktur Archetype Shifting the
Burden. Secara teknis penurunan pertambahan jumlah limbah RPH dan industri di DAS Citarum dan sekitar Waduk Cirata dapat ditempuh melalui beberapa kebijakan
misalnya penerapan penegakan hukum pelarangan pembangunan RPH dan industri pada wilayah sempadan sungai 50-100 meter dan Waduk 50-100 meter dari titik
pasang tertinggi Kepres No 32 Tahun 1990 pasal 16–18. Hal ini dimaksudkan agar limbah tidak langsung ke badan sungai atau badan air. Kebijakan lainnya adalah RPH
dan industri wajib memiliki IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah sebelum di buang ke luar lingkungannya badan perairan. Teknis kebijakan lain adalah
pembangunan industri dan RPH di kawasan yang layak lingkungan atau sesuai RT- RW dan pemberian penghargaan bagi pengusaha yang membangun mengikuti
persyaratan ekologis pasal 7 UU No. 4 Tahun 1992.
3. Analisis Kebijakan Alternatif