1 BPWC, 2 Pemerintah Pusat, 3 Dinas Perikanan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 4 Dinas Perikanan Kotamadya Kabupaten Kecamatan Desa. Hal ini
bermakna bahwa sub elemen tersebut terutama sub elemen 5 BPWC memiliki daya penggerak yang sangat kuat terhadap keberhasilan pengelolaan perikanan
budidaya KJA di Waduk Cirata. Sementara PJT II, BPLHD, lembaga riset Perguruan Tinggi, LSM, lembaga keuangan, dan Dinas Pariwisata berada pada
sektor II dependent. Posisi ini memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan agar sub elemen yang berada pada sektor tersebut dikaji secara seksama dan hati-
hati, sebab interaksi antar sub elemen dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata. Sedangkan sub elemen 4
Indonesian Power dan 12 Dinas KLH berada pada posisi autonomus yang berarti lembaga tersebut pengaruhnya lemah serta tingkat keterkaitan dengan
lembaga lain dalam pengelolaan perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata lemah.
Gambar 41 Matrik Driver Power DP dan Dependence D lembaga yang berperan dalam pengelolaan waduk berkelanjutan Kasus Waduk
Cirata
5.2.4 Elemen Kendala dalam Pengelolaan Waduk Berkelanjutan
Pada Gambar 42 terlihat bahwa kendala utama pada pengelolaan waduk berkelanjutan terdiri dari 4 level hierarki. Gambar 42 memperlihatkan pada level 4
kendala utama pada pengelolaan waduk berkelanjutan adalah masih terdapat perbedaan persepsi dalam pengelolaan waduk. Pada level 3 adalah masih
rendahnya kemampuan untuk pengelolaan bersama, belum adanya partisipasi aktif masyarakat, belum terbinanya kemitraan yang menguntungkan semua pihak,
1, 2, 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Independent Linkage
Autonomous Dependent
Dependence Inde
pen dent
tanggung jawab kepemilikan waduk tidak jelas, kerjasama lintas sektoral masih lemah, belum adanya pengembangan strategi berkelanjutan dan belum adanya
pengembangan strategi berkelanjutan, kurangnya visi dan misi pengelolaan. Pada level 2 adalah tidak adanya penyuluhan terhadap masyarakat. Sedangkan level 1
adalah lokasi dan batas wilayah pengelolaan belum jelas, belum adanya sistem peringatan dini dan belum adanya monitoring secara aktif terhadap pengaruh
setiap intervensi. Tabel 20 adalah 12 sub elemen kendala dalam pengelolaan waduk berkelanjutan Kasus Waduk Cirata.
Tabel 20 Sub elemen kendala dalam dalam pengelolaan waduk berkelanjutan
No. Sub Elemen
1 Masih terdapat perbedaan persepsi dalam pengelolaan waduk
2 Lokasi dan batas wilayah pengelolaan belum jelas
3 Masih rendahnya kemampuan untuk pengelolaan bersama
4 Belum adanya partisipasi aktif masyarakat
5 Belum terbinanya kemitraan yang menguntungkan semua pihak
6 Tanggung jawab kepemilikan waduk tidak jelas
7 Kerjasama lintas sektoral masih lemah
8 Tidak adanya penyuluhan terhadap masyarakat
9 Belum adanya sistem peringatan dini
10 Belum adanya monitoring secara aktif terhadap pengaruh setiap intervensi
11 Belum adanya pengembangan strategi berkelanjutan
12 Penegakan regulasi
Gambar 42 Diagram hierarki kendala utama dalam pengelolaan waduk berkelanjutan
2 9
10
8
3 4
5 6
7 11
12
1
Berdasarkan nilai Driver Power dan Dependence ke-12 sub elemen dikelompokkan ke dalam IV sektor Gambar 42. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat 1 elemen yang berada pada posisi independent yaitu masih terdapat perbedaan persepsi dalam pengelolaan waduk yang memiliki daya
penggerak yang sangat kuat terhadap keberhasilan pengelolaan perikanan budidaya karamba jaring apung di Waduk Cirata. Sedangkan masih rendahnya
kemampuan untuk pengelolaan bersama, belum adanya partisipasi aktif masyarakat, belum terbinanya kemitraan yang menguntungkan semua pihak,
tanggung jawab kepemilikan waduk tidak jelas, kerjasama lintas sektoral masih lemah, belum adanya pengembangan strategi berkelanjutan dan belum adanya
pengembangan strategi berkelanjutan, kurangnya dalam penegakan regulasi berada pada sektor dependent II. Sementara
tidak adanya penyuluhan terhadap masyarakat, lokasi dan batas wilayah pengelolaan belum jelas, belum adanya
sistem peringatan dini dan belum adanya monitoring secara aktif terhadap pengaruh setiap intervensi berada pada posisi linkage III. Posisi ini memberikan
gambaran bagi pengambil kebijakan agar sub elemen yang berada pada sektor tersebut dikaji secara seksama dan hati-hati, sebab interaksi antar sub elemen
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan waduk.
Gambar 43 Diagram hierarki dari sub elemen kendala utama dalam pengelolaan waduk berkelanjutan
1
2 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12
8 9, 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Independent Linkage
Autonomous Dependent
Dependence Independent
Sub Model sumber
pencemar Sub Model
beban pencemaran
Sub Model Kualitas air
Waduk Cirata
Daya Dukung Kapasitas
asimilasi
5.3 Model Dinamik
Pengembangan model dinamik meliputi: a sub model sumber pencemar, b sub model beban pencemaran, dan c sub model kualitas air waduk. Simulasi
dilakukan selama periode waktu 40 tahun dimulai 2005-2045, skenario modelnya adalah:
1 Kebijakan penurunan fraksi pertambahan jumlah penduduk dan dampaknya
pada penurunan jumlah limbah yaitu limbah KJA, limbah ternak babi, limbah ternak sapi, limbah feses manusia, jumlah sampah, serta
berpengaruh pada penurunan erosi pemukiman serta erosi pertanian dan total sumber pencemar.
2 Kebijakan penurunan jumlah KJA, luas pemukiman, luas pertanian, jumlah
sapi, dan jumlah babi serta dampaknya terhadap penurunan jumlah limbah dan erosi.
Pemodelan diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model yang akan menggambarkan sistem yang dikaji Eriyatno 1999. Tujuan utama dari penelitian
ini adalah membangun model pengelolaan Waduk Cirata secara terpadu. Model pengelolaan perairan Waduk disusun berdasarkan tiga sub model yaitu: a Sub
model sumber pencemar yang masuk ke perairan waduk, yaitu sumber limbah dari kegiatan di luar waduk dan dari kegiatan di badan air waduk, b Sub model beban
pencemar, dan c Sub model kualitas air waduk. Gambaran hubungan umum ketiga submodel tersebut disajikan pada Gambar 44.
Gambar 44 Model terpadu pengelolaan Waduk Cirata berkelanjutan