Kapasitas Asimilasi TDS Total Dissolve Solution Kapasitas Asimilasi TSS Total Solid Solution

Nilai kapasitas asimilasi untuk Cu ditentukan berdasarkan persamaan regresi y= 8,6778x + 0,0061 dan R 2 = 0,998. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar -30,3 tonbulan. Hasil ini memperlihatkan bahwa perairan Waduk Cirata belum tercemar oleh Cu. Gambar 31 Kapasitas asimilasi Cu di Waduk Cirata

d. Zn

Berdasarkan persamaan regresi y= 3,4544x + 0,0213 dan R 2 = 0,9944 Gambar 30 maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi Zn. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 42,86 tonbulan. Gambar 32 menunjukkan beban pencemaran kondisi perairan Waduk Cirata tercemar Zn, walaupun masih di bawah baku mutu kuadran II. Gambar 32 Kapasitas asimilasi Zn di Waduk Cirata

e. Mn

Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi logam berat Mn sebesar 40,64 tonbulanGambar 31. Perhitungan tersebut berdasarkan persamaan regresi y= 2,1651x + 0,0106 dan R 2 = 0,9628. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa perairan tersebut belum tercemar oleh Mn, 1 titik di kuadran I dan ada 2 titik yang berada di kuadran III. Gambar 33 Kapasitas asimilasi Mn di Waduk Cirata tahun 2008.

f. Pb

Berdasarkan persamaan regresi y= 5,196 x - 0,000dan R 2 = 0,998 Gambar 34 maka dapat ditentukan kapasitas asimilasi Pb. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 5,8214 tonbulan. Dari Gambar 34 terlihat bahwa kondisi perairan Waduk Cirata belum tercemar oleh parameter Pb karena nilai kapasitas asimilasi masih di bawah ambang batas nilai baku mutu. Gambar 34 Kapasitas asimilasi Pb di Waduk Cirata.

5.2 Analisis Kelembagaan untuk Pengelolaan Waduk Berbasis Perikanan

Budidaya KJA Berkelanjutan Kasus Waduk Cirata Sesuai dengan UU. No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Waduk merupakan sumber daya air yang telah banyak mengalami penurunan fungsi dan kerusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan waduk yang banyak mengalami kendala karena permasalahannya bersifat kompleks. Dalam UU sumberdaya air telah mengamanatkan untuk melakukan pengelolaan waduk dengan melakukan konservasi, pemanfaatan, pengendalian daya rusak air. Selain itu masih ada peraturan lain seperti PP. No. 51 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup; PP. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; PP. No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung; Kep. Pres No.1232001 tentang koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Propinsi, Wilayah Sungai, Kabupaten dan Kota serta Keputusan Menteri yang terkait tentang pengelolaan sumberdaya air. Walaupun sudah banyak undang–undang atau peraturan yang dibuat tentang pengelolaan sumber daya air dan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air akan tetapi pada kenyataannya konservasi sumber daya air, pengendalian daya rusak air terhadap sumber daya air pada waduk masih jauh dari harapan, hal ini diduga akibat lemahnya penegakan hukum. Fenomena tersebut terjadi di perairan Waduk Cirata dimana sebagai waduk dengan fungsi tunggal PLTA sudah berubah menjadi waduk multifungsi diantaranya untuk kegiatan perikanan budidaya di KJA. Keberadaan KJA di waduk merupakan salah satu permasalahan besar yang sampai sekarang belum dapat dipecahkan. Sampai saat ini jumlah KJA sudah melebihi daya dukung perairan sehingga mengganggu fungsi utama dari waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu segera dicari suatu strategi pengelolaan perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata secara berkelanjutan. Tabel 16 memperlihatkan jumlah KJA di perairan Waduk Cirata tahun 2007. Jumlah KJA tahun 2007 sebanyak 51.418 petak, jumlah tersebut sudah melebihi batas jumlah yang direkomendasikan oleh Balitkanwar yaitu 2.727 petak. Sedangkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 412002 tanggal 29 Nopember 2002 ditetapkan sebanyak 12.000 petak 1 dari luas perairan waduk. Hamparan KJA