Kecerahan pH Design based on the model of sustainable management of reservoir fisheries floating cage (reservoir case Cirata West Java)

menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan. Gambar 23 Kapasitas asimilasi TSS di Waduk Cirata

3. Kapasitas Asimilasi BOD dan COD

Hasil perhitungan kapasitas asimilasi untuk BOD diperoleh dari persamaan regresi y= 3,8901x + 1,1618 dan nilai R 2 = 0,9982. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 5810,28 tonbulan. Nilai kapasitas asimilasi untuk COD ditentukan berdasarkan persamaan regresi y= 2,2669x + 9,8744 dan R 2 Nilai kandungan BOD dan COD di perairan menggambarkan jumlah bahan organik yang terkandung. BOD dan COD yang tinggi menunjukkan besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan. Tingginya pencemaran BOD dan COD di perairan Waduk Cirata diduga akibat = 0,9956. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar 11.158,57 tonbulan. Gambar 24 dan 25 memperlihatkan nilai kapasitas asimilasi BOD dan COD berada pada posisi kuadran IV yang berarti perairan Waduk Cirata sudah tercemar berat oleh parameter BOD dan COD karena beban pencemaran sudah melewati kapasitas asimilasi dan sudah di atas baku mutu air golongan B. Fenomena nilai kapasitas asimilasi BOD dan COD tersebut diduga karena self purification di perairan Waduk Cirata sudah tidak berjalan secara optimal diduga karena banyaknya beban N dan P serta bahan pencemar organik lainnya yang masuk ke perairan Waduk Cirata sudah melebihi kapasitas asimilasinya. tingginya aktivitas penduduk di DAS-nya pembuangan limbah domestik, limbah pasar, dan aktivitas pertanian serta dari Waduk perikanan budidaya dengan KJA. Pada perairan yang relatif tenang seperti Waduk Cirata, limbah organik yang masuk dimungkinkan akan mengendap dan terakumulasi pada subtrat dasar perairan sehingga proses dekomposisi meningkat dan menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggoro 1996 yang menyatakan bahwa menumpuknya bahan pencemar organik di perairan akan menyebabkan proses dekomposisi organisme pengurai semakin meningkat sehingga konsentrasi BOD juga meningkat. Kapasitas asimilasi suatu perairan menjadi pertimbangan penting dalam upaya pendayagunaan lingkungan. Kesulitan pada alternatif ini adalah kapasitas asimilasi dari sumberdaya alam dan lingkungan hidup adalah terbatas. Limbah yang berlebihan tidak mungkin dapat diasimilasi sehingga apabila oksigen yang larut dalam lingkungan perairan habis, maka perairan akan menjadi kotor dan berbau busuk. Gambar 24 Kapasitas asimilasi BOD di Waduk Cirata Gambar 25 Kapasitas asimilasi COD di Waduk Cirata