Kebijakan Konservasi DAS Citarum Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kebijakan Peningkatan Nilai Ekonomi

Pendangkalan, eutrofikasi, dan turunnya kualitas air waduk akibat DAS Citarum rusak dan intensifnya pengembangan KJA untuk meningkatkan produksi ikan. DAS Citarum rusak karena baik di hulu dan di hilir pertumbuhan penduduk meningkat pesat, tidak bijaknya manusia dalam membuang limbah industri, perternakan, rumah tangga, dan pertanian, serta penyalahgunaan tata ruang. TPA sampah Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, temasuk penyumbang limbar air lindi yang besar ke Waduk Cirata karena lokasi TPA sangat dekat dengan sungai Citarum dan pengelolaan air lindinya tidak memadai Sudarsono 2010. Keberlanjutan aspek sosial budaya merupakan aspek terbesar skor 57.37, yang merupakan modal utama dalam melakukan intervensi pada keempat aspek lainnya, yaitu aspek kelembagaan-kebijakan Skor 40.16, teknologiinfrastruktur skor 49.79, aspek ekonomi skor 51.32dan ekologi skor 22.29. Dukungan masyarakat LSM di sekitar wilayah perairan Waduk Cirata yang cukup besar dalam pengelolaan waduk, perlu dibina dan ditingkatkan oleh pemerintah. Dari hasil wawancara dengan masyarakat, mereka berpersepsi bahwa Waduk Cirata adalah sumberdaya alam milik bersama yang harus dikelola bersama agar fungsinya berkelanjutan. Sistem kerjasama antara warga di sekitar Waduk Cirata masih kuat tetapi disebabkan banyak pendatang dari kota, adat istiadat tersebut menjadi longgar khususnya untuk generasi muda. Gambar 114 Status keberlanjutan pengelolaan waduk berbasis perikanan budidaya karamba jaring apung 7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1 Daya Dukung Perairan Waduk Cirata: Status mutu perairan Waduk Cirata pada kondisi sudah tercemar sedang sampai berat pada klasifikasi baku mutu air golongan B PP 82 Tahun 2001. Daya dukung perairan kapasitas asimilasi Waduk Cirata terhadap parameter TSS, BOD, COD, PO 4 , NO 3 , NO 2 , Fe, Cd, Zn, dan Mn, sudah melewati ambang batas baku mutu perairan. 2 Untuk menjamin keberlanjutan Waduk Cirata berbasis perikanan budidaya KJA, pengelolaan yang ideal dengan melibatkan: • Pemerintah Pusat Kementerian Kehutanan • Badan Pengelola Waduk Cirata • Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat • Dinas Perikanan dan Kelautan KotaKabupaten. 3 Pertumbuhan penduduk menjadi faktor pengungkit bagi sumber konflik pemanfaatan Waduk Cirata, permasalahan mengikuti archetype model dinamik limit to succes, tragedy of the common dan shifting of the burden, dengan building block yang dominan adalah reinforcing. Peningkatan aktifitas penduduk KJA, industri, pertanian, peternakan, perambahan hutan meningkatkan sedimentasi dan pencemaran menjadi balancing terhadap fungsi ekologi, ekonomi dan sosial budaya. 4 Aspek ekologi merupakan aspek yang paling lemah dalam keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata. Aspek sosial budaya merupakan aspek terbesar sebagai modal utama dalam melakukan intervensi pada keempat aspek lainnya ekonomi, hukum-kelembagaan, teknologiinfrastruktur dan ekologi.

7.2 Saran

1 Penegakan hukum, koordinasi daerah, memperkuat hubungan antar stakeholder, kompromi tingkat kebutuhan merupakan hal yang penting