Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP

orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif, menunjukkan isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam mengelola perusahaan. Namun sesuai dengan adanya perkembangan ilmu perilaku, pandangan itu mulai bergeser. Ternyata ada konflik-konflik tertentu dalam suatu perusahaan yang jika dikelola dengan baik, dapat membawa perubahan dan pengembangan bagi perusahaan bersangkutan dan perusahaan tanpa konflik juga akan menghambat perubahan kearah yang lebih baik Winardi, 1994 Konflik dalam penelitian ini terbagi atas konflik laten dan konflik terbuka. Konflik laten adalah jenis konflik yang sifatnya tersembunyi dan untuk penanganannya perlu diangkat ke permukaan, agar lebih efektif. Konflik laten jika tidak ditangani dengan baik dapat memicu konflik-konflik terbuka yang lebih besar lagi. Sedangkan konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi. Konflik terbuka merupakan konflik yang dapat terlihat secara langsung bagaimana pihak-pihak yang bertikai saling menunjukkan perilaku agresifnya. Secara rinci, tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Perilaku Konflik Konflik Terbuka Konflik Laten Kategori N N N Sangat Tinggi - - - - 25 41,67 Tinggi 5 8,33 - - 3 5,00 Cukup Tinggi 21 35,00 1 1,67 14 23,33 Kurang 18 30,00 9 15,00 15 25,00 Tanpa Konflik 16 26,67 50 83,33 3 5,00 Total 60 100,00 60 100,0 60 100,00 Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan konflik terbuka. Sedangkan pada konflik laten, sebagian besar responden mempunyai konflik laten yang sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi Beracuan pada tabel diatas, seharusnya tingginya konflik laten akan menyebabkan tingginya konflik terbuka. Namun hal ini sangat berbeda, konflik laten yang terjadi dengan perusahaan sangat tinggi, namun perilaku yang ditunjukkan dalam bentuk konflik terbuka tidak ditunjukan. Hal ini lebih disebabkan perilaku manusia yang berbeda-beda dalam menanggapi sesuatu, tergantung pada karakter biologis orang tersebut. Ada manusia yang langsung menunjukkan ekspresi ketidak-sukaan dia terhadap sesuatu dan ada juga yang masih bisa menahan diri untuk tidak melakukan perilaku-perilaku agresif atau konflik terbuka. Menurut Rakhmat, 2004 perilaku demikian cenderung disebabkan oleh faktor disposisi atau bawaan atau keperibadian nature. Hanya sebagian kecil responden yang pernah melakukan konflik terbuka dengan intensitas cukup tinggi. Hal ini disebabkan rasa ketidak-terimaan dan ketidak-adilan atas pelayanan yang diberikan perusahaan sehingga memunculkan perilaku konflik dengan adanya perselisihan atau aksi fisik atau perkelahian dengan karyawan perusahaan bahkan melakukan aksi demo pada DPR Provinsi Papua Barat. Sumber konflik yang sering menyebabkan adanya aksi konflik antara lain aturan pelayanan speed boad atau transportasi laut yang menurut responden dibeda-bedakan, masalah kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan dan masalah tenaga kerja serta masalah pembangunan sarana prasarana. Tabel 21 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki konflik laten atau konflik-konflik dipermukaan dengan perusahaan BP LNG Tangguh dikategorikan tinggi. Konflik ini tidak diekspresikan langsung kepada perusahaan, tetapi cenderung untuk disimpan dalam hati sehingga menimbulkan rasa tidak suka kepada perusahaan BP LNG Tangguh. Sumber konflik laten pada masyarakat adat berbeda-beda, namun sebagian besar disebabkan kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan, permintaan tenaga kerja yang tidak transparan dan hanya disampaikan kepada kepala-kepala kampung sehingga mempunyai peluang untuk memilih kerabat atau sanak saudaranya saja, masyarakat adat yang sudah bekerja sebagai karyawan perusahaan pada umumnya hanya ditempatkan sebagai security keamanan, pekerja kasar, padahal mereka menginginkan di berikan pelatihan untuk dipromosikan ke tempat-tempat kerja yang lebih baik atau di dalam kantor bagian administrasi, aturan penggunaan transportasi laut yang ketat, seperti tidak boleh membawa anak kecil atau ibu hamil, padahal pada saat-saat tertentu atau darurat karena sakit dan diberikan rujukkan ke rumah sakit di ibu kota kabupaten, mereka sangat memerlukan bantuan transportasi laut milik perusahaan tetapi tidak diizinkan dengan alasan sudah merupakan aturan yang telah ditetapkan perusahaan bagi pengguna jasa transportasi laut milik perusahaan. Kasus tersebut diatas juga ditemukan oleh peneliti pada saat peneliti berada di lapangan atau daerah penelitian, dimana ada seorang warga masyarakat yang menunjukkan perilaku konflik dengan menahan speed boad milik perusahaan karena aturan bagi pengguna speed boad yang melarang membawa anak kecil walaupun dalam kondisi sakit, walaupun warga tersebut sudah memberikan surat permohonan kepada perusahaan namun belum ditanggapi juga. Padahal letak daerah penelitian ini sangat jauh dari kota dan susahnya mendapatkan transportasi umum yang datang ke daerah ini sehingga pada saat- saat darurat, mereka hanya berharap transportasi laut milik perusahaan bisa membantu mereka. Sumber-sumber konflik laten ini jika tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan, dapat menyebabkan gejolak konflik terbuka yang lebih besar lagi. Namun sumber konflik laten ini perlu diangkat ke permukaan sehingga proses penyelesaiannya bisa diatasi dengan baik dan berguna bagi pengembangan perusahaan BP LNG Tangguh khususnya dalam melaksanakan program CSR agar lebih efektif lagi.

5.4. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik.

Secara teoritis, aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR memiliki hubungan dengan kepuasan publik perusahaan Wursanto, 2005. Perusahaan BP LNG menyadari bahwa faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing dan tetap eksis sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi termasuk masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu perusahaan telah mengembangkan suatu piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipahami sebagai suatu kesatuan. Sebab tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yaitu perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia dan perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Perusahaan BP LNG Tangguh mengakui bahwa banyak fakta yang mendukung bahwa perusahaan yang tidak melakukan tanggung jawab sosial dan hanya semata-mata mencari keuntungan selalu terjadi masalah sosial dengan masyarakat sekitar perusahaan seperti terjadinya konflik akibat rasa ketidak- puasan atas pelayanan perusahaan. Karena itu Perusahaan BP LNG Tangguh telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik, namun indikator sosial dari keberhasilannya adalah tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat yang membaik dan tingkat kepuasan masyarakat. Apabila indikator tersebut kurang dicapai maka dapat dikatakan bahwa program CSR oleh perusahaan BP LNG Tangguh belum berhasil. Untuk mencapai indikator tersebut, salah satunya diperlukan komunikasi yang efektif dalam menurunkan program CSR ke masyarakat. Hal ini disebabkan komunikasi yang beroperasi pada konteks sosial mempunyai fungsi sosial yaitu berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Hubungan yang membaik, menunjukkan komunikasi yang dilakukan efektif tetapi jika hubungan dengan perusahaan kurang baik yang diukur dengan tingkat kepuasan terhadap program CSR yang rendah maka CSR bisa dikatakan tidak berhasil dan komunikasi tidak berfungsi dengan baik dalam menyalurkan pesan CSR. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik melalui program CSR secara keseluruhan dengan kepuasan publik di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.