Anasisis Komprehensif Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik
undang No. 40 tahun 2007, tentang perseroan terbatas, yang mewajibkan setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, wajib
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Penerapkan program CSR oleh perusahaan BP LNG Tangguh dikenal sebagai strategi sosial terpadu Integrated
Social Strategy ISS yang telah direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan komunikasi konvergen yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal Tabura
Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003. Penerapan CSR bertujuan untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sekitar sehingga dapat
menghindari konflik dan ketidakpuasan masyarakat yang dapat mengancam eksistensi perusahaan tersebut.
Namun kenyataan yang terjadi masih saja ditemukan ketidak-puasan masyarakat dengan perusahaan bahkan munculnya potensi-potensi konflik bahkan
juga terjadi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan
pada daerah penelitian dikategorikan cukup tinggi dan memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan dikategorikan cukup puas, namun banyak juga terdapat
masyarakat yang kurang puas dengan pelayanan perusahaan 30. Tingginya perilaku konflik disertai terdapat juga masyarakat yang tidak puas dengan
pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh dalam program CSR disebabkan oleh berbagai multi dimensi dengan tingkat keeratan hubungan yang berbeda-beda.
Penelitian ini lebih di fokuskan pada faktor aktivitas komunikasi dalam penerapan program CSR sebagai penyebab terjadinya konflik dan ketidak puasan masyarakat
adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh Bintuni.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata faktor komunikasi dalam penerapan program CSR memiliki kaitan atau hubungan yang signifikan dengan
tingkat konflik dan tingkat kepuasan masyarakat. Secara keseluruhan, aktivitas komunikasi memiliki hubungan korelasi yang signifikan dengan kepuasan publik
sebesar 0,262. nilai tersebut menunjukan bahwa sekalipun aktivitas komunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan, namun hubungan
tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah atau dengan kata lain, faktor aktivitas komunikasi dalam program CSR hampir tidak terlalu berhubungan
dengan tingkat kepuasan publik, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh perusahaan khususnya dalam
meningkatkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang lebih memiliki hubungan yang kuat
dengan kepuasan publik. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata bahwa masyarakat cenderung mengukur kepuasan mereka dengan hasil nyata atau bukti
fisik yang mereka dapatkan dari perusahaan melalui program CSR dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan
mereka. Hasil penelitian diatas, tidak berbeda dengan hubungan aktivitas
komunikasi yang terjadi pada setiap bidang CSR dengan tingkat kepuasan. Bidang kompensasi tanah adat, bidang kesehatan masyarakat, bidang demand tenaga kerja
dan bidang pembangunan sarana-prasarana memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan publik, namun semuanya memiliki tingkat keeratan
hubungan yang lemah. Bidang pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu bidang yang tidak memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan publik, sebab
kepuasan publik lebih cenderung disebabkan oleh “faktor lain” dan bukan disebabkan oleh proses komunikasi publik yang terjadi dalam bidang tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata masyarakat cenderung kurang puas dalam bidang pendidikan dan pelatihan karena perusahaan tidak memberikan
modal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selain itu, disebabkan oleh janji perusahaan
bahwa akan menyediakan lapangan pekerjaan setelah mereka mendapatkan pendidikan dan pelatihan.
Dilihat dari hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik melalui program CSR secara keseluruhan dengan tingkat konflik, menunjukkan
bahwa faktor komunikasi memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat perilaku konflik dengan nilai korelasi sebesar 0,364. Nilai tersebut
menunjukan bahwa sekalipun faktor komunikasi memiliki hubungan dengan tingkat konflik, namun hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah.
Dengan kata lain, terdapat “faktor lain” yang memiliki hubungan keeratan yang lebih kuat lagi, sehingga menyebabkan tinggi rendahnya perilaku konflik. Namun
dilihat dari item penyusun aktivitas komunikasi secara keseluruhan, maka intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi juga memiliki
hubungan korelasi yang sangat signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat, namun hanya teknik komunikasi dan model komunikasi yang memiliki
tingkat hubungan keeratan yang cukup erat dengan perilaku konflik. Dengan demikian, teknik komunikasi dan model komunikasi merupakan salah satu faktor
yang cukup erat sehingga menyebabkan terjadinya perilaku konflik dengan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengefektifkan teknik komunikasi
dan model komunikasi melalui program CSR secara keseluruhan untuk mencegah dan menghindari terjadinya konflik masyarakat adat dengan perusahaan.
Disisi lain, hubungan aktivitas komunikasi pada beberapa bidang CSR dengan perilaku konflik menunjukkan bahwa semua bidang memiliki hubungan
korelasi negatif yang signifikan dengan tingkat perilaku konflik. Namun hanya bidang pendidikan dan pelatihan, bidang demand tenaga kerja dan bidang
pembangunan sarana prasarana yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup erat, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan
keputusan oleh perusahaan dalam mencegah dan menyelesaikan konflik masyarakat adat dengan pelayanan perusahaan perlu mengefektifkan aktivitas
komunikasi yang tejadi pada ketiga bidang tersebut.