Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik
kompensasi tanah adat dikategorikan rendah atau tidak efektif memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan BP LNG Tangguh cukup sering dan sering.
Hal ini berarti, rendahnya aktivitas komunikasi ikut juga menentukan tingginya perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan.
Namun disisi lain terdapat hasil yang berbeda, dimana terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi rendah tetapi
dikategorikan memiliki perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh kurang dan tidak pernah. Hal ini menunjukkan rendahnya faktor komunikasi
publik bukan merupakan masalah yang serius untuk dijadikan sumber konflik dengan perusahaan. Dengan kata lain rendahnya aktivitas komunikasi di bidang
kompensasi tanah adat belum tentu ikut menyebabkan tingginya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan.
Gambar 16 juga terlihat bahwa secara deskriptif untuk melihat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat
apakah berhubungan dengan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat sangat sulit untuk ditentukan karena penyebaran data responden yang homogen
hanya pada aktivitas komunikasi rendah atau tidak efektif, sehingga untuk melihat terdapatnya hubungan aktivitas komunikasi publik dalam bidang
kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat dilakukan uji statistik korelasi rank spearman yang ditunjukkan pada Tabel 25 di bawah ini.
Tabel 25.
Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan pada Lima Bidang dalam Program
CSR dengan Perilaku Konflik
No. Bidang Aktivitas Komunikasi dalam
Program CSR Perilaku Konflik
Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed
1. Bidang Kompensasi Tanah Adat
0,306 0,0017
2. Bidang Kesehatan
0,379 0,003
3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
0,406 0,001
4. Bidang Demand Tenaga Kerja
0,462 0,000
5. Bidang Sarana Prasarana
0,475 0,000
Tabel 25 menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman rs antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat
dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,306 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford dikutip Harun Al
Rasyid, 2004, dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,017 lebih kecil dari
tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan diikuti secara negatif
oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin
rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang
kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Hal ini disebabkan sumber utama perilaku
konflik masyarakat adat di bidang kompensasi tanah adat adalah tidak adanya feedback dalam komunikasi sehingga terkesan kurang adanya keterbukaan dalam
berkomunikasi tentang kompensasi tanah adat, sehingga masyarakat adat cenderung untuk menuntut dan melakukan konflik dengan perusahaan.
Usman 2001, menyatakan bahwa suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam
kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan
orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbulah konflik dalam setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok
maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap
komponen kehidupan masyarakat. Menurut Amri dan Sarosa 2008, konflik disebabkan oleh hubungan sosial yang telah bermasalah antara berbagai-bagai
komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan juga akan mengalami berbagai masalah dan kerugian.
Dengan demikian untuk meningkatkan mencegah dan mengatasi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan
perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kompensasi tanah adat dengan memperhatikan
intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan.
5.5.2. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik
Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat meliputi aktivitas
komunikasi dalam penyusunan program kerja bidang kesehatan yang akan dilaksanakan di daerah penelitian selama satu tahun, serta aktivitas komunikasi
dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat adat. Komunikasi dalam penyusunan program sangat diperlukan untuk mengangkat keinginan, harapan dan kebutuhan kesehatan
masyarakat sehingga program kegiatan dapat sesuai dengan harapan masyarakat. Jika program kesehatan sesuai dengan harapan masyarakat maka dapat dipastikan
tidak terjadi konflik dalam bidang kesehatan masyarakat. Demikian dengan kegiatan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan
bertujuan memberikan pemahaman, pengetahuan tentang kesehatan sehingga diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku yang salah kearah yang diinginkan
dalam berkomunikasi. Agar responden dapat mengerti isi pesan yang disampaikan oleh komunikator maka diperlukan komunikasi yang efektif. Dengan demikian
dapat diperkirakan bahwa aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku konflik masyarakat.
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik masyarakat
adat dengan perusahan BP LNG Tangguh pada Gambar 17 di bawah ini.
Gambar