Secara keseluruhan tingkat aktivitas komunikasi publik melalui program CSR pada masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG
Tangguh dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini Tabel 14. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program
CSR Pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian
AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Selang Skor
Kategori Selang Skor
Kategori Selang Skor
Sangat Tinggi 21,1 – 25
- Sangat Sesuai
21,1 – 25 -
Sangat Sesuai 21,1 – 25
3,33 Sangat Tinggi
63,1 – 75 -
Tinggi 17,1 – 21
3,33 Sesuai
17,1 – 21 -
Sesuai 17,1 – 21
5,00 Tinggi
51,1 – 63 -
Cukup Tinggi 13,1 – 17
6,67 Cukup Sesuai
13,1 – 17 -
Cukup Sesuai 13,1 – 17
6,67 Cukup Tinggi
39,1 – 51 13,33
Kurang 9,1 – 13
21,67 Kurang Sesuai
9,1 – 13 33,33
Kurang Sesuai 9,1 – 13
25,00 Kurang
27,1 – 39 25,00
Rendah 5 – 9
68,33 Tidak Sesuai
5 – 9 66,67
Tidak Sesuai 5 – 9
60,00 Rendah
15 – 27 61,67
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan di daerah penelitian
dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan oleh intensitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat yang relatif kurang bahkan tidak pernah, teknik komunikasi
yang kurang sesuai dalam menggunakan beragam media serta penggunaan model komunikasi yang kurang sesuai. Hal ini dapat menimbulkan efek negatif berupa
konflik masyarakat dengan perusahaan sebagai akibat dari timbulnya rasa curiga atau prasangka buruk terhadap perusahaan, kurang adanya komunikasi,
keterbukaan informasi yang dibutuhkan serta interpretasi isi pesan yang salah sebagai akibat kurang adanya pemahaman terhadap isi pesan. Jika aktivitas
komunikasi publik perusahaan melalui program CSR rendah maka tujuan komunikasi untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat
sekitar juga akan tidak tercapai. Untuk itu aktivitas komunikasi publik perusahaan
melalui program CSR perlu ditingkatkan dengan melihat aktivitas komunikasi yang terjadi pada setiap bidang kegiatan CSR.
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian memiliki intensitas komunikasi dengan perusahaan melalui program
CSR secara keseluruhan dikategorikan rendah dan kurang. Ini terjadi pada semua bidang kegiatan CSR. Hal ini disebabkan intensitas perusahan mengadakan
pertemuan dengan masyarakat adat untuk membahas program CSR masih sangat sedikit. Pada umumnya jumlah pertemuan dengan masyarakat adat pada setiap
bidang kegiatan CSR dilaksanakan hanya satu sampai tiga kali dalam setahun, bahkan tidak pernah dilakukan dalam bidang kompensasi tanah adat. Selain itu,
sebagian besar dari responden menyatakan mereka tidak dilibatkan dalam proses komunikasi yang terjadi tetapi hanya diwakili oleh kepala kampung dan
aparatnya, serta Panitia Pengembangan Kampung yang dibentuk untuk mengelola dana pengembangan kampung yang diberikan perusahaan sebesar Rp.
300.000.000,- per tahun selama kurun waktu sepuluh tahun. Hal ini membuat banyak warga masyarakat yang lebih cenderung menunjukkan sikap ”malas tahu”
sehingga mereka lebih memilih melakukan aktivitas mereka sehari-hari sebagai nelayan dari pada membahas program kerja bersama perusahaan. Menurut Hamad
2005, dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling
memiliki dari komunitas tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua community Development distrik Weriagar, Hengky Soroat mengatakan ”aktivitas komunikasi oleh
perusahaan yang dilakukan di kedua kampung penelitian ini tidak membatasi warga masyarakat atau diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya saja tetapi
dalam bentuk komunikasi terbuka dengan melibatkan seluruh warga masyarakat kampung”. Hanya saja proses penyampainnya tidak disampaikan secara langsung
kepada seluruh warga masyarakat tetapi melewati kepala-kepala kampung. Hal ini menyebabkan terjadi “miss communication” antara perusahaan dengan warga
masyarakat adat. Perusahaan menganggap seluruh warga masyarakat telah diundang sedangkan masyarakat menganggap mereka tidak diundang oleh
perusahaan dan hanya diikuti oleh kepala-kepala kampung saja. Dengan demikian perusahaan harus merubah dan memilih saluran atau
media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad 2005 menyatakan bahwa
komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah
masyarakat komuniktas, komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek
konatif yaitu partisipasi masyarakat. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki intensitas komunikasi
tinggi dan cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan atau kedudukan mereka di dalam pemerintahan kampung yang memiliki tugas dan urusan
langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga mempunyai peluang besar untuk berkomunikasi dengan perusahaan. Pada umumnya mereka adalah kepala
kampung dan aparatnya, masyarakat adat yang bekerja sebagai karyawan perusahaan BP dan termasuk di dalam Panitia Pengembangan Kampung.
Terlihat pula dalam Tabel 14, sebagian besar responden dikategorikan menilai teknik komunikasi yang digunakan perusahaan pada keseluruhan kegiatan
CSR tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan kurang menggunakan saluran atau media komunikasi yang beragam dalam memberikan
informasi atau pemahaman kepada masyarakat. Selain itu disebabkan juga oleh kondisi daerah yang jauh dari kota, sehingga komunikator susah untuk
memperbanyak bahan ajar atau leaflet, brosur, dll sehingga materi yang dibagi hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja, seperti ketua kelompok, sekertaris
kelompok, aparat kampung, dll. Sutikno 2005 menyatakan penggunaan media yang tidak beragam dalam proses komunikasi tidak akan memperjelas makna
materi sehingga tidak dapat dipahami oleh peserta, peserta akan lebih tidak menarik perhatian sehingga tidak menimbulkan motivasi serta peserta akan
menjadi bosan. Oleh sebab itu, menurut Effendi 2002 bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan oleh komunikator supaya
komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Pemilihan media yang efektif oleh perusahaan dapat mempercepat tercapainya
tujuan komunikasi publik dalam bidang-bidang CSR. Tetapi apabila pemilihan media komunikasi tidak efektif, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan
dan cenderung berbeda penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut.
Sebagian besar responden dikategorikan menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan CSR secara keseluruhan tidak
sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan pada umumnya mereka ini tidak terlibat dalam proses komunikasi secara langsung komunikasi tatap muka
dengan perusahaan. Tetapi ada juga responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dan menilai model komunikasi kurang sesuai, hal ini
disebabkan perusahaan tidak menerapkan model komunikasi partisipatoris pada semua bidang tetapi hanya di bidang-bidang tertentu saja. Model komunikasi dua
arah atau partisipatoris umumnya digunakan pada saat penyusunan program kegiatan di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan serta bidang
pembangunan sarana prasarana. Dikatakan model komunikasi partisipatoris sebab semua masyarakat
diundang untuk lebih berpartisipasi dalam proses komunikasi sampai dengan pengambilan keputusan, dilakukan secara lebih demokratis. Dalam proses
komunikasi, tidak hanya ada sumber atau penerima saja. Sumber juga penerima, penerima juga sumber dalam kedudukan yang sama dan dalam level yang
sederajat. Karena itu dalam komunikasi partisipatoris aktivitas komunikasi bukan kegiatan memberi dan menerima melainkan berbagi atau berdialog. Isi
komunikasi bukan lagi Pesan yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi Tema. Dan
tema inilah yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka
yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi sumber dan penerima melainkan partisipan yang satu dengan yang lain.
Komunikasi partisipatori ini dalam istilah populer sebagai model komunikasi konvergen yang berarti berusaha menuju pengertian yang bersifat
timbal balik diantara partisipan komunikasi dalam perhatian, pengertian dan kebutuhan Dilla, 2007. Pendekatan ini sangat efektif dalam perencanaan
pembangunan yang berbasis masyarakat, selain itu pendekatan ini akan meretes jalan tumbuhnya kreatifitas dan kompetensi masyarakat dalam
mengkomunikasikan gagasannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Amri dan Sarosa 2008 bahwa Aliran informasi dua arah antara masyarakat lokal dengan
perusahaan merupakan hal penting dari proses pembangunan. Aliran informasi dua arah memperkuat kapasitas masyarakat dengan cara menyediakan media
untuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan ide. Model komunikasi partisipatori ini sudah sangat efektif digunakan oleh perusahaan BP LNG Tangguh, namun
hanya sebagian masyarakat saja yang terlibat dalam proses komunikasi ini, sehingga perusahaan perlu memotivasi semua masyarakat untuk terlibat dalam
proses komunikasi khususnya dalam penyusunan program CSR. Nursahid 2008 berpendapat bahwa program CSR atau pemberdayaan SDM yang dilakukan
perusahaan akan dikatakan berhasil jika dalam penyusunan dan pelaksanaan program diikuti dengan keterlibatan masyarakat yang tinggi.
Model komunikasi satu arah terjadi pada bidang kompensasi tanah adat dan demand tenaga kerja. Hal ini disebabkan belum ada feedback umpan balik
dari perusahaan. Menurut Amri dan Sarosa 2008 aliran informasi satu arah akan menutup dialog yang terbuka untuk membangun hubungan perasaan sebagai suatu
komunitas, sedangkan kerahasiaan hanya akan menghasilkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.
Secara rinci, tingkat aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri dari lima bidang aktivitas
komunikasi, diuraikan sebagai berikut :
5.1.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program
CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat
Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kompensasi tanah adat
atau ganti rugi tanah adat oleh perusahaan kepada masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat adat terkena dampak
langsung perusahaan demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan solidaritas sehingga menghindari konflik antara
masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang.
Unsur ”Pesan” merupakan salah satu komponen komunikasi yang harus diperhatikan supaya aktivitas komunikasi dapat efektif. Pesan yang disampaikan
perusahaan hendaknya harus dapat memperhatikan keinginan dan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat diterima oleh masyarakat adat tersebut. Masyarakat
adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh umumnya menginginkan setiap perusahaan yang masuk dan beroperasi di wilayah kawasan
adat mereka harus tunduk kepada hukum adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan landasan hukum yang dipegang adalah Undang-undang Otonomi Khusus
No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi,
memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Hak masyarakat
adat tersebut meliputi hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Sebagai implemantasinya,
perusahaan yang hendak berinvestasi di wilayah Papua harus juga menghargai hak-hak adat dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat adat
setempat. Keinginan masyarakat adat di daerah penelitian adalah setiap perusahaan
yang beroperasi di wilayah adat mereka harus memberikan uang permisi kepada mereka. Hal ini disebabkan bagi mereka, kekayaan alam yang berada diatas tanah
adat mereka merupakan pemberian Tuhan atas mereka untuk digunakan bagi kesejahteraan mereka, karena itu setiap tamu atau perusahaan yang mau
mengambil dan mengelola sumber daya alam di wilayah adat mereka harus memohon ijin kepada masyarakat adat dengan memberikan uang permisi atau
kompensasi tanah adat. Uang permisi yang diminta masyarakat adat di daerah penelitian adalah perusahaan harus membayar setiap sumur gas yang terdapat di
daerah adat mereka sebesar 10 milyar per sumur. Pesan ini telah disampaikan oleh masyarakat adat kepada perusahaan BP
LNG Tangguh pada saat mulai beroperasi atau melakukan sosialisai dengan masyarakat setempat pada tahun 1997 – 2002 berupa proses penyusunan
AMDAL. Namun sampai dengan penelitian ini dilaksanakan, mereka belum mendapat jawaban dari perusahaan tentang hal ini. Perusahaan hanya memberikan
dana pengembangan kampung kepada setiap kampung yang terkena dampak langsung di bagian utara teluk Bintuni sebesar Rp. 300.000.000,- tahun selama
kurun waktu sepuluh tahun untuk digunakan bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat kampung, selain itu pemberian dana ini sebagai akibat
dari munculnya konflik masyarakat di bagian utara teluk Bintuni dengan perusahaan karena meresa dianak tirikan atau tidak diperhatikan dalam hal
pembangunan kampung sehingga terjadi perbedaan pembangunan kampung yang ada di daerah utara dengan selatan teluk Bintuni. Sedangkan bagi mereka, dana
pengembangan kampung yang diberikan itu, bukan merupakan dana kompensasi tanah adat tetapi merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk memperhatikan
masyarakat di sekitar daerah yang terkena dampak langsung dari perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat sebagai
proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang
digunakan, secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat di daerah penelitian di sajikan pada Tabel 15 di bawah ini
Tabel 15. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat pada Daerah Penelitian.
Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kompensasi Tanah Adat Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Sangat Tinggi 5
- Sangat Sesuai
5 -
Sangat Sesuai 5
- Sangat Tinggi
12,7 – 15 -
Tinggi 4
- Sesuai
4 -
Sesuai 4
- Tinggi
10,3 – 12,6 -
Cukup Tinggi 3
5,00 Cukup Sesuai
3 -
Cukup Sesuai 3
- Cukup Tinggi
7,9 – 10,2 -
Kurang 2
18,33 Kurang Sesuai
2 -
Kurang Sesuai 2
8,33 Kurang
5,5 – 7,8 -
Rendah 1
76,67 Tidak Sesuai
1 100,00
Tidak Sesuai 1
91,67 Rendah
3 – 5,4 100
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa semua responden dikategorikan menilai kegiatan aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat rendah. Hal
ini disebabkan intensitas komunikasi tentang kompensasi tanah adat masih kurang bahkan sebagian besar masyarakat tidak pernah membicarakan masalah
kompensasi tanah adat dengan perusahaan. Hanya sebagian kecil masyarakat adat yang menilai intensitas komunikasi cukup tinggi, hal ini disebabkan mereka ini
memiliki pekerjaan yang langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga lebih mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan komunikasi tentang
masalah kompensasi tanah adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Pada umumnya mereka bekerja sebagai staf karyawan BP LNG Tangguh, kepala
kampung dan aparat kampung serta kepala-kepala suku pada masing-masing kampung, namun sebagian besar dari mereka yang pernah berkomunikasi dengan
perusahaan mengatakan bahwa intensitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat masih kurang atau tidak relevan dengan apa yang mereka harapkan.
Semua responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan mengenai kompensasi tanah adat dikategorikan menilai teknik komunikasi yang
digunakan perusahaan tidak sesuai. Dalam bidang lain perusahaan menggunakan media komunikasi, tetapi di bidang kompensasi tanah adat perusahaan belum
pernah menggunakan media seperti infokus, liefled, brosur atau surat sebagai saluran penyampaian pesan. Teknik komunikasi yang digunakan hanya berupa
komunikasi tatap muka tanpa menggunakan media komunikasi. Komunikasi tatap muka memang memiliki keunggulan dibanding komunikasi dengan menggunakan
media. Tetapi apabila tidak disertai dengan feedback terhadap pesan, maka komunikasi tersebut menjadi tidak efektif. Diisamping itu, komunikasi tatap
muka juga akan lebih baik jika dalam penyempaian pesan komunikator menggunakan perpaduan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial
budaya komunikan sehingga pesan akan lebih mudah di terima dan dimengerti. Menurut pendapat Effendy 2002, bahwa salah satu komponen komunikasi yang
perlu diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Penggunaan media komunikasi tentunya akan
mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh perusahaan. Penggunaan media yang sesuai juga dapat mempercepat tercapainya
tujuan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat. Tetapi apabila media komunikasi dalam penyampaian pesan di bidang kompensasi tanah adat
tidak sesuai dengan karakteristik komunikan, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan yang disampaikan perusahaan dan cenderung berbeda
penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut, hal ini dapat menyebabkan masyarakat adat semakin kurang puas dengan isi pesan.
Tabel 15 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa model komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan isi pesan di
bidang kompensasi tanah adat dikategorikan tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat adat kurang mempercayai unsur kebenaran pesan dan
tidak ada umpan balik terhadap pesan. Model komunikasi yang digunakan oleh perusahaan adalah perusahaan melakukan pendekatan dengan masyarakat
berkaitan dengan sosialisasi masuknya perusahaan BP LNG Tangguh dan mendengar aspirasi masyarakat, terdapat feedback masyarakat menyampaikan
keinginan atau aspirasinya tentang kompensasi hak atas tanah adat, perusahaan belum memberikan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan masyarakat
adat kepada perusahaan. Dengan demikian model komunikasi publik perusahaan dalam bidang kompensasi tanah adat masih bersifat satu arah. Artinya masyarakat
adat hanya menyampaikan aspirasi atau keinginan mereka kepada perusahaan namun sampai dengan waktu diadakan penelitian ini, belum ada respon balik dari
perusahaan tentang pemberian hak kompensasi tanah adat. Menurut Wursanto 2005, penggunaan model komunikasi satu arah ini berlangsung ”top - down”,
cepat dan efisien tetapi tidak memberikan kepuasan bagi komunikan. Pendapat ini didukung oleh Sutikno 2005 bahwa komunikasi yang baik merupakan
komunikasi yang transaksional atau ada timbal balik antara komunikan dan komunikator.
Menurut kepala suku di kampung Mogotira yang pernah bertanya hal ini kepada perusahaan mengatakan bahwa alasan yang dikemukakan oleh perusahaan
adalah masa sekarang adalah masa konstruksi sehingga hak atas tanah adat belum dibayar sampai dengan masa produksi. Namun berdasarkan informasi yang
diterima dari salah satu staf perusahaan BP LNG Tangguh bahwa perusahaan BP LNG Tangguh telah memasuki masa produksi dan penjualan hasil pertama pada
bulan september tahun 2008. Jika tidak ada keterbukaan perusahaan kepada masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidak-percayaan dan ketidak-puasan pada
janji perusahaan sehingga dapat memacu terjadinya konflik terbuka maupun konflik laten yang menjurus pada terancamnya eksistensi perusahaan
bersangkutan. Apalagi masalah kompensasi tanah adat merupakan salah satu masalah yang cukup memiliki potensi konflik yang tinggi di daerah penelitian,
bahkan di Papua secara keseluruhan. Dilla 2007 mengemukakan dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya trust dari penerima pesan, karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga.
5.1.2. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program
CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan adalah suatu
kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kesehatan oleh perusahaan kepada masyarakat sehingga terjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat
luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan sebagai proses
penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang
digunakan dalam bidang kesehatan. Aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan dalam penyusunan program kesehatan
yang akan di laksanakan selama satu tahun berjalan di daerah penelitan, seperti penyuluhan kesehatan ibu dan anak, sanitasi dan MCK mandi, cuci, kakus,
pemeriksaan darah penyakit malaria yang paling banyak diderita responden, dll. Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan
masyarakat di sajikan pada Tabel 16 di bawah ini Tabel 16. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang
Kesehatan Masyarakat Adat di Daerah Penelitian.
Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kesehatan Masyarakat Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Sangat Tinggi - Sangat
Sesuai - Sangat Sesuai 3,33
Sangat Tinggi -
5 5 5 12,7
– 15
Tinggi 4
3,33 Sesuai
4 -
Sesuai 4
11,67 Tinggi
10,3 – 12,6 3,33
Cukup Tinggi 3
11,67 Cukup Sesuai
3 33,33
Cukup Sesuai 3
28,33 Cukup Tinggi
7,9 – 10,2 25,00
Kurang 2
38,33 Kurang Sesuai
2 20,00
Kurang Sesuai 2
10,00 Kurang
5,5 – 7,8 25,00
Rendah 1
46,67 Tidak Sesuai
1 46,67
Tidak Sesuai 1
46,67 Rendah
3 – 5,4 46,67
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dikategorikan memiliki aktivitas komunikasi di bidang kesehatan secara keseluhan rendah.
Kategori inipun sama untuk intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi. Hal ini disebabkan responden tidak pernah berkomunikasi dengan
perusahaan khususnya dalam bidang kesehatan. Menurut mereka perusahaan melakukan komunikasi dalam penyusunan program kesehatan dengan masyarakat
adat hanyalah dengan orang-orang tertentu saja. Biasanya mereka tidak dilibatkan dalam penyusunan program tetapi ada juga sebagian dari mereka terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan karena diberitahukan oleh kepala kampung mereka. Kondisi diatas dapat menyebabkan program kesehatan yang diprogramkan
tidak mewakili aspirasi dari sebagian besar masyarakat adat tetapi aspirasi sebagian kecil masyarakat. Sehingga masyarakat akan merasa tidak puas dan tidak
terbeban melaksanakan pelaksanaan program kesehatan ataupun tidak sesuai dengan sebagian besar kebutuhan kesehatan masyarakat adat di daerah penelitian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Abe 2005, menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses komunikasi pembangunan sangat diperlukan serta akan
membawa beberapa dampak penting, seperti 1 terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan akan memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki
masyarakat, 2 memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan
program. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik, 3 meningkatkan kesadaran dan keterampilan mengelurkan pendapat.
Tabel 16 juga menunjukkan bahwa seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan
intensitas komunikasi publik perusahaan dengan masyarakat adat masih tergolong kurang dan tidak relevan. Pertemuan dengan pihak perusahaan, biasanya hanya
dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, yaitu pada saat penyusunan program, pelaksanaan dan pembuatan laporan kegiatan. Padahal hubungan
perusahaan dengan masyarakat adat akan semakin membaik jika intensitas komunikasi semakin ditingkatkan.
Dilihat dari teknik komunikasi, seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan teknik
komunikasi yang digunakan sudah cukup sesuai. Hal ini disebabkan oleh pesan komunikasi di bidang kesehatan yang dilaksanakan banyak bertujuan memberikan
perubahan individu pada aspek kognitif melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan, sehingga lebih banyak menggunakan media komunikasi seperti bahan
ajar, leafled, brosur, poster, yang lebih menarik perhatian dan mempermudahkan responden untuk mengerti isi pesan tersebut. Sedangkan ada juga sebagian kecil
responden yang dikategorikan menilai teknik komunikasi kurang sesuai. Hal ini disebabkan terbatasnya media komunikasi yang di bagikan sehingga mereka
hanya sebatas mendengarkan penyuluhan dan memberikan pertanyaan. Terbatasnya media komunikasi ini merupakan salah satu hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif.
Hasil penelitian tentang model komunikasi yang digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah
berkomunikasi dengan perusahaan menyatakan model komunikasi yang digunakan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat
mempercayai kebenaran pesan atau pesan yang disampaikan dapat dipercaya dan bermanfaat bagi responden, serta model yang digunakan adalah model
komunikasi dua arah dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk menyusun programnya sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat dan melakukan
pelaksanaan program yang telah disusun sesuai dengan sumber dana pengembangan kampung. Model komunikasi ini disebut juga sebagai model
komunikasi partisipatoris. Dimana perusahaan hanya memfasilitasi kegiatan komunikasi, sedangkan yang menyusun program, melaksanakan program dan
menikmati program adalah masyarakat adat sendiri. Proses Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan, umumnya responden memahami isi pesan dengan baik dan terjadi komunikasi dua arah dimana ada respon balik dalam proses komunikasi tersebut.
Menurut Wursanto 2005, model komunikasi dua arah merupakan model yang sangat efektif dalam berkomunikasi. Model ini dapat memberi kepuasan bagi
komunikan, mencegah timbulnya berbagi ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga dapat menimbulkan situasi
yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis.
5.1.3. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program
CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang
berkaitkan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan atau pengembangan SDM masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan
masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan.
Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat
dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan seperti pelatihan pembuatan ikan asin, pembuatan media tumbuh dan pembedengan sayur, praktek pembuatan kue dan memasak,
pertukangan kayu dan beton, pengenalan dan pengeoperasian mesin katinting sejenis mesin parut kelapa yang digunakan pada perahu kecil untuk pencarian
ikan atau udang atau sebagai sarana transportasi antar kampung. Komunikasi sangat berperan penting dalam bidang pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan memerlukan komunikasi, tanpa komunikasi tujuan pendidikan dan pelatihan tidak dapat tercapai. Secara rinci tingkat aktivitas
komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan di sajikan pada Tabel 17 di
bawah ini
Tabel 17. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat Adat di Daerah Penelitan
Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pendidikan Pelatihan Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Sangat Tinggi 5
- Sangat Sesuai
5 - Sangat
Sesuai 5
5,00 Sangat Tinggi
12,7 – 15 -
Tinggi 4
3,33 Sesuai 4
- Sesuai 4
10,00 Tinggi 10,3 – 12,6
1.67 Cukup Tinggi
3 15,00 Cukup
Sesuai 3
40,00 Cukup Sesuai
3 31,67 Cukup
Tinggi 7,9 – 10,2
38,33 Kurang
2 36,67 Kurang
Sesuai 2
11,67 Kurang Sesuai
2 833 Kurang
5,5 – 7,8 11,67
Rendah 1
45,00 Tidak Sesuai
1 48,33 Tidak
Sesuai 1
45,00 Rendah 3 – 5,4
48,33 Total
100,00 100,00 100,00 100,00
Secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan di daerah penelitian dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan
karena intensitas komunikasi yang dilakukan hampir tidak pernah terjadi, sehingga mempengaruhi pada besarnya nilai persentase dari intensitas
komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang rendah dalam proses aktivitas komunikasi. Terlihat pula bahwa terdapat seperempat lebih responden
yang menilai aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup tinggi, diikuti dengan kurang dan tinggi. Mereka
ini pada umumnya pernah melakukan aktivitas komunikasi dengan perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menilai keefektifan dari
teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam penyampaian pesan di bidang pendidikan dan pelatihan.
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki intensitas komunikasi di bidang pendidikan dan penelitian rendah. Hal ini
disebabkan mereka tidak pernah terlibat dalam proses komunikasi dengan perusahaan. Alasan yang dikemukakan adalah biasanya pertemuan untuk
menyusun program di bidang pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan pencairan dana .pengembangan kampung hanya diwakili oleh kepala kampung
dan aparatnya serta panitia yang mengelola dana tersebut. Menurut Abe, keterlibatan seluruh masyarakat akan sangat penting dalam perencanaan program
khususnya bidang pendidikan dan pelatihan, dan merupakan penjamin bagi suatu proses perencanaan yang baik dan benar. Tetapi apabila masyarakat tidak
dilibatkan, maka yang terjadi adalah ketidak-jelasan program apa yang dihendaki masyarakat sehingga memberikan peluang terjadinya manipulasi dalam
perencanaan program yang berbasis masyarakat. Selain itu, terdapat seperempat lebih responden atau sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi
dengan perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan memiliki intensitas komunikasi kurang. Hal ini disebabkan oleh komunikasi yang dilakukan
dengan perusahaan dalam setahun hanya satu atau dua kali. Responden yang dikategorikan memiliki intensitas komunikasi cukup
tinggi dan tinggi adalah mereka yang banyak terlibat dalam kegiatan komunikasi bidang pendidikan dan pelatihan berupa pembahasan program kerja, pelatihan
cara pengelolaan mesin katinting, pelatihan sebagai tukang kayu atau beton, pelatihan pembuatan ikan asin, penyuluhan kekerasan dalam rumah tangga,
bantuan beasiswa sekolah bagi anak dan lain-lain.
Tabel 17 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan menilai teknik komunikasi publik perusahaan
dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan komunikasi dengan menggunakan beragam
media komunikasi sehingga mempermudah pemahaman dan pengertian terhadap isi pesan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutikno 2005, bahwa
penggunaan media yang beragam dalam proses penyuluhan akan memperjelas makna materi penyuluhan sehingga lebih dapat dipahami oleh peserta, peserta
akan lebih menarik perhatian sehingga menimbulkan motivasi serta peserta tidak bosan dalam kegiatan penyuluhan. Media yang digunakan antara lain,
penggunaan infokus, pembagian modul atau bahan ajar, leafled, brosur dan lain- lain. Sedangkan hanya sebagian kecil responden yang menilai teknik komunikasi
dikategorikan kurang sesuai. hal ini disebabkan kegiatan komunikasi yang dilakukan hanyalah sebatas pada penyusunan program, sehingga media
komunikasi yang digunakan hanya satu alat yaitu infokus. Sebagian besar responden menyatakan model komunikasi dikategorikan
tidak sesuai. Hal ini disebabkan responden tidak diundang atau diberitahukan dan hanya diwakili oleh orang-orang tertentu saja. Selain itu, dilihat dari responden
yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan, sebagian besar menilai model komunikasi yang digunakan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan
cukup sesuai, sesuai dan ”sangat sesuai”. Hal ini disebabkan perusahaan sangat memperhatikan unsur kebenaran pesan, terjadi feedback dalam proses
komunikasi, penggunaan saluran atau media yang dapat memberikan pengertian dan pemahaman serta perusahaan tidak membedakan posisi publik dimana semua
audiens diberikan kesempatan untuk berbicara, memberikan ide, dan membuat program kerja di bidang pendidikan dan pelatihan. Sutikno 2005 menyatakan
bahwa komunikasi yang baik dalam proses penyuluhan merupakan komunikasi yang menggunakan model transaksional atau ada timbal balik dan model ini
merupakan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran yang efektif.
5.1.4. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja
Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan
dengan proses requitmen masyarakat adat sebagai tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan BP LNG Tangguh guna menjalin hubungan baik antara
perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan, demi menciptakan kredibilitas perusahaan,
menumbuhkan semangat kebersamaan solidaritas sehingga menghindari konflik antara masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi
perusahaan di masa akan datang. Efektif atau tidak efektifnya aktivitas komunikasi publik dalam bidang
demand tenaga kerja dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam merekrut tenaga kerja
masyarakat adat di daerah penelitian. Bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang jika tidak ditangani dengan baik, khususunya dalam
memberikan informasi seringkali dapat menyebabkan konflik. Karena itu, bidang ini memerlukan aktivitas komunikasi yang baik dalam merekuit tenaga kerja.
Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja di sajikan pada tabel Tabel 18 di bawah ini
Tabel 18. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Demand Tenaga Keja pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian
Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Demand Tenaga Kerja Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Sangat Tinggi 5
- Sangat Sesuai
5 - Sangat
Sesuai 5
3,33 Sangat Tinggi
12,7 – 15 -
Tinggi 4
3,33 Sesuai 4
- Sesuai 4
10,00 Tinggi 10,3 – 12,6
- Cukup Tinggi
3 11,67 Cukup
Sesuai 3
15,00 Cukup Sesuai
3 23,33 Cukup
Tinggi 7,9 – 10,2
20,00 Kurang
2 23,33 Kurang
Sesuai 2
23,33 Kurang Sesuai
2 1,67 Kurang
5,5 – 7,8 16,67
Rendah 1
61,67 Tidak Sesuai
1 61,67 Tidak
Sesuai 1
61,67 Rendah 3 – 5,4
63,33 Total 100,00
100,00 100,00
100,00
Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai secara keseluruhan proses aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang
demand tenaga kerja dikategorikan rendah atau tidak efektif. Hal ini disebabkan tingkat intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang
digunakan perusahaan dikategorikan rendah atau tidak sesuai. Besarnya angka persentase ketidak-efektifan ini disebabkan karena mereka tidak pernah terlibat
dalam aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja. Sebagian besar dari responden ini mengatakan bahwa sumber informasi
mengenai permintaan tenaga kerja hanya disampaikan perusahaan melewati kepala kampung, sehingga ada peluang kepala kampung hanya memilih kerabat
dekatnya saja yang dimasukkan sebagai tenaga kerja pada perusahaan BP LNG Tangguh sikap nepotisme. Dalam ilmu komunikasi, menurut Vardiansyah
2004, proses komunikasi seperti diatas artinya melibatkan manusia sebagai medium. Hal ini berarti kepala kampung dan aparatnya ditempatkan sebagai
unsur komunikasi medium penyampaian pesan, namun medium yang digunakan
tidak efektif, maka pesan demand tenaga kerja yang disampaikan tidak sampai kepada semua masyarakat dan telah terjadi proses komunikasi bermedia atau
tanpa tatap muka non face to face. Keadaan seperti ini akan menimbulkan kecemburuan yang dapat memicu konflik-konflik antara perusahaan maupun
dengan aparat kampung. Bila kondisi ini terus terjadi maka tujuan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada suatu daerah tidak akan tercapai, apalagi jika
semua masyarakat tidak terlibat dalam proses komunikasi. Dengan demikian perusahaan harus dapat merubah dan memilih saluran
atau media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad 2005 menyatakan bahwa
komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah
masyarakat komuniktas, komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek
konatif yaitu partisipasi masyarakat. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah
berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Hal ini
disebabkan perusahaan hanya berkomunikasi dengan responden jika ada permintaan tenaga kerja saja, selain itu responden yang tidak termasuk aparat
kampung, biasanya akan hadir dalam pertemuan apabila diberitahukan oleh kepala kampung. Teknik komunikasi yang kurang efektif disebabkan oleh
penggunaan media saat pertemuan hanya dalam bentuk surat yang disampaikan kepada kepala kampung. Sutikno 2005, menyatakan bahwa penggunaan media
yang tidak tepat akan membawa akibat pada pencapaian tujuan komunikasi yang kurang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, komunikator harus terampil dalam
memilih dan menggunakan media untuk mempermudah tercapainya tujuan komunikasi khususnya di bidang demand tenaga kerja.
Terlihat pula bahwa terdapat responden yang menilai model komunikasi dan teknik komunikasi cukup sesuai. Hal ini disebabkan mereka ini umumnya
adalah aparat kampung dan karyawan perusahaan BP LNG Tangguh sehingga lebih memiliki peluang untuk melakukan hubungan komunikasi interpersonal
dengan perusahaanpun cukup tinggi. Mereka ini lebih cenderung untuk mendapatkan informasi demand tenaga kerja terlebih dahulu dibandingkan
masyarakat lain di daerah penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak transparan dalam memberikan informasi tentang permintaan
tenaga kerja kepada seluruh masyarakat kampung, tetapi hanya melewati para kepala kampung dan aparatnya. Anwar 1984 menyatakan bahwa transparansi
merupakan alat motivasi untuk tumbuhya peren serta masyarakat, dengan transparansi masyarakat tidak akan prajudise curang terhadap pelaksanaan
kegiatan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan, tanpa keterbukaan akan timbul sikap
saling curiga sehingga dapat menimbulkan rasa percaya trust dari komunikan. Secara umum model komunikasi yang digunakan dalam bidang demand
tenaga kerja adalah bersifat satu arah serta tanpa tatap muka, artinya hanya menggunakan kepala kampung sebagai medium penyampaian pesan kepada
masyarakat sehingga tidak terdapat feedback dari sebagian besar masyarakat adat. Model komunikasi dalam bidang demand tenaga kerja di daerah penelitian jika
digambarkan menurut model Model Komunikasi Shannon Weaver dapat digambarkan sebagai berikut;
Menurut Wursanto 2005, penggunaan model komunikasi satu arah tidak memberi kepuasan bagi komunikan, menimbulkan berbagi ketegangan atau
pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga tidak terdapat situasi yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis.Widjaja 2000
menyatakan bahwa dengan adanya umpan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya, tetapi tanpa adanya umpan balik kerancuan dapat timbul
sebagai akibat penafsiran yang salah atau keliru. Selain itu, Winarso 2005 menegaskan bahwa komunikasi yang efektif berkaitan dengan kemampuan
komunikator untuk menanggapi umpan balik secara tepat. Kondisi aktivitas komunikasi yang demikian akan meningkatkan rasa
ketidak-puasan kepada perusahaan BP LNG Tangguh, sehingga tidak mengherankan jika bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang
yang paling banyak memicu konflik-konflik laten pada masyarakat adat.
5.1.5. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program
CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana
Keterangan : S
: Sinyal SYD
: Sinyal Yang diterima P
: Pesan Perusahaan
Medium Kepala
Kampung Aparat
Kampung Keluarga
Dekat Partisipasi
Rendah
Sumber Noise
sikap nepotisme
P S
SYD
Gambar 8. Model Komunikasi di Bidang Demand Tenaga Kerja Menurut Model Komunikasi Shannon Weaver
Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang
berkaitkan dengan kegiatan di bidang pembangunan sarana prasarana guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan
atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Pembangunan di bidang sarana prasarana merupakan ukuran fisik yang dapat
diukur dengan menilai hasil nyata dari pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh. Kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana di daerah
penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan program kegiatan bidang pembangunan sarana prasarana. Kegiatan yang telah dilakukan seperti pembuatan
jalan kayu sebagai penghubung rumah-rumah warga masyarakat, pembangunan sarana air bersih dengan mengadakan penyediaan media penampung air hujan,
pembangunan rumah-rumah masyarakat, dll. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana
sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat berdasarkan intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model
komunikasi yang digunakan. Tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang
pembangunan sarana prasarana secara rinci di sajikan pada Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19.
Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana di Daerah Penelitian
Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana Kategori
Aktivitas Komunikasi
Selang Skor Intensitas Komunikasi
Teknik Komunikasi Model Komunikasi
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Sangat Tinggi 5
- Sangat Sesuai
5 - Sangat
Sesuai 5
3,33 Sangat Tinggi
12,7 – 15 -
Tinggi 4
3,33 Sesuai 4
- Sesuai 4
11,67 Tinggi 10,3 – 12,6
- Cukup Tinggi
3 8,34 Cukup
Sesuai 3
6,67 Cukup Sesuai
3 21,67 Cukup
Tinggi 7,9 – 10,2
23,33
Kurang 2
28,33 Kurang Sesuai
2 28,33
Kurang Sesuai 2
3.33 Kurang
5,5 – 7,8 15,00
Rendah 1
60,00 Tidak Sesuai
1 65,0 Tidak
Sesuai 1
60,00 Rendah 3 – 5,4
61,67 Total 100,00
100,00 100,00
100,00
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana dikategorikan
rendah, demikian pula dengan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi, hal ini disebabkan oleh ketidak-terlibatan responden dalam
proses aktivitas komunikasi dengan perusahaan khususnya dalam membahas program kerja di bidang pembangunan sarana prasarana selama satu tahun
berjalan. Pada umumnya alasan yang dikemukakan responden adalah karena tidak ada pemberitahuan dari pihak perusahaan langsung kepada mereka atau dari pihak
aparat kampung dan panitia pengelola dana. Mereka ini umumnya tidak terlibat dalam proses penyusunan program, tetapi biasanya terlibat dalam proses
pelaksanaan program kerja. Akan tetapi menurut beberapa responden, dalam proses pelaksanaan program kerja, pihak perusahaan tidak terlibat di dalamnya
sehingga tidak ada aktivitas komunikasi dalam proses pelaksanaan program dengan pihak perusahaan.
Tabel 19 juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yang pernah terlibat dalam kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana
prasarana menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Walaupun mereka terlibat dalam proses komunikasi dengan
perusahaan, namun intensitas komunikasi dirasakan relatif kurang dan harus dapat ditingkatkan. Selain itu, teknik komunikasi dalam hal penggunaan media
penyampaian pesan juga perlu bervariasi. Khususnya dalam bidang pembangunan
sarana prasarana, perusahaan kurang menggunakan media komunikasi yang beragam seperti, leaflet, brosur, majalah atau pemutaran film. Hal ini disebabkan
komunikasi di bidang pembangunan sarana prasana lebih bertujuan untuk membentuk perilaku masyarakat untuk mau terlibat dalam pelaksanaan program
kerja saja, kecuali dalam bidang pendidikan dan pelatihan atau kesehatan masyarakat yang biasanya banyak menggunakan media komunikasi karena
tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan responden. Terlihat pula dalam tabel 19, sebagian besar responden yang pernah
terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang sarana prasarana menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini
disebabkan perusahaan hanya sebagai fasilisator dalam proses komunikasi, sedangkan masyarakatlah yang menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan dalam bidang sarana prasarana. Selain itu, pesan yang disampaikan lebih kredibel dan dapat dipercaya karena berasal dari masyarakat
sendiri dan posisi publik lebih diperhatikan dalam proses komunikasi. Dengan demikian model yang digunakan dalam proses komunikasi di
bidang sarana parasana lebih bersifat partisipatoris atau model komunikasi konvergen. Model ini sudah cukup efektif untuk menyusun program-program
kerja berbasis masyarakat, tetapi alangkah lebih efektif lagi apabila semua masyarakat kampung terlibat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan program
yang diturunkan tidak mewakili sebagian kecil masyarakat kampung yang hadir, tetapi memang benar-benar berasal dari seluruah masyarakat kampung. Menurut
Hamad 2005, dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus
dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling memiliki dari komunitas tersebut.
5.2. Tingkat Kepuasan Publik Perusahaan.
Kepuasan publik adalah tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan pelayanan yang diberikan atau hasil yang dirasakan
dengan yang diharapankan. Tingkat kepuasan publik perusahaan terhadap pelayanan perusahaan disajikan dalam Tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian
Kategori Kepuasan Kepuasan Publik
Jumlah KK
Nisbah
Sangat Puas 4
6,67 Puas 6
10,00 Cukup Puas
32 53,33
Kurang Puas 18
30,00 Tidak Puas
- -
Total 60
100,00
Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepuasan terhadap pelayanan perusahaan dikategorikan cukup puas. Artinya
masyarakat merasa puas terhadap pelayanan perusahaan karena mereka merasa output hasil pekerjaan dan pelayanan yang diperoleh sudah sesuai dengan
harapan. Faktor pertama yang menyebabkan kepuasan masyarakat adat terhadap
pelayanan perusahaan adalah kemampuan perusahaan melaksanakan program yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan publik khususnya dalam
bidang pendidikan dan pelatihan serta bidang kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan pada kedua bidang tersebut dapat dipercaya
dan sangat bermanfaat bagi responden untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Hal ini bisa terlihat pada karakteristik responden dimana
sebagian besar responden hanya berpendidikan SD, sehingga mereka sangat membutuhkan informasi atau pesan yang dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka. Faktor kedua adalah kemampuan source atau perusahaan tentang
pengetahuan dan informasi terhadap suatu program yang ditawarkan atau dilaksanakan. Faktor ketiga adalah keterampilan teknik dalam melaksankan suatu
program. Hal ini disebabkan responden percaya bahwa source atau komunikator merupakan seseorang yang ahli dalam bidangnya sehingga masyarakat lebih
mempercayai isi kebenaran pesan. Serta faktor keempat adalah masyarakat puas akan keramahan dan kesopanan petugas perusahaan kepada masyarakat.