SISTEMATIKA PEMBAHASAN Strategi Pendekatan

37 Selain Bandung, penelitian juga akan dilakukan di kota Jakarta, yang secara demografis dekat dengan Bandung.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Pembahasan dari hasil penelitian ini akan dituangkan secara sistematis kedalam empat bab, yang terdiri dari Bab I merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan kerangka penelitian secara umum, mulai dari latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian, hingga sistematika pembahasan; Bab II akan diisi dengan deskripsi konteks dan latar belakang munculnya jilbab di Indonesia dari sejak Orde Lama hingga Pasca-Reformasi; Bab III akan mengetengahkan data berupa data personal dan hasil wawancara dengan beberapa narasumber; Bab IV adalah analisa pengalaman personal dan narasumber, mulai dari melihat jilbab sebagai sebuah disiplin lalu menjadi teknologi diri atau dengan kata lain jilbab sebagai lokus pengelolaan diri; Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan refleksi akhir penelitian. 38

BAB II TRANSFORMASI PENUTUP KEPALA DI INDONESIA

Popularitas jilbab yang telah meresap dalam nafas budaya masyarakat tidak terjadi dalam waktu yang instan. Analisa terhadapnya pun tidak dapat bersifat instan pula, dengan menyatakan bahwa jilbab merupakan adopsi sepenuhnya budaya Arab, misalnya. Jilbab, tak dapat dipungkiri telah menjadi budaya sehari- hari yang menghidupi para pengguna, maupun orang-orang di sekitarnya dengan cara-cara yang tidak sama. Berdasarkan hal tersebut, dalam Bab II ini, saya berupaya untuk menelusuri jejak-jejak cara menutup aurat yang kini berfokus pada jilbab tersebut. Tentu saja warna penulisan sejarah adalah yang paling memungkinkan untuk digunakan, dengan tujuan yang tak lain adalah untuk memahami keadaan di masa kini. Rekam jejak yang ditelusuri pun tidak terbatas pada data-data yang sudah pada umumnya digunakan oleh peneliti jilbab yang sudah ada. Saya menggunakan beberapa ‘data’ ingatan atau pengalaman yang masih tersimpan dengan baik dalam diri saya untuk memberi nafas data yang lain. Hal tersebut tak lain untuk menunjang metodologi otoetnografi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peneliti berusaha untuk meneliti budaya yang ia jalani dalam sehari-harinya. Ketika saya melihat-lihat foto-foto sejarah Indonesia secara umum, dalam rekaman peristiwa yang berlokasi di Jawa, misalnya berupa foto yang diambil antara tahun 40-an, tidak mudah ditemukan sosok perempuan yang mengenakan penutup kepala secara rapat yang disebut dengan jilbab. Penggunaan kain untuk