Alienasi Jilbab pelarangan jilbab di sekolah, kantor

60 Ruang publik, tempat banyak orang dari berbagai kalangan berjumpa seperti pusat perbelanjaan adalah salah satu tempat yang diwarnai rumor jilbab beracun itu. Sempat juga tercatat sejumlah perempuan berjilbab yang mengalami teror seperti dilempari batu. 52

1. Alienasi Jilbab pelarangan jilbab di sekolah, kantor

Reaksi sosial terhadap penggunaan jilbab juga mengemuka melalui sikap pihak institusi seperti sekolah ataupun tempat bekerja. Para perempuan muda yang tiba-tiba menggunakan jilbab sebagai cara berpakaian ke sekolah mendapatkan reaksi cukup keras dari pihak sekolah, khususnya adalah para perempuan yang bersekolah di institusi negeri. Penggunaan jilbab yang juga mengubah bentuk seragam mereka dianggap sebagai menyalahi aturan sekolah. Di beberapa sekolah negeri, mereka mendapatkan sangsi berupa pengeluaran dari sekolah jika tidak mematuhi aturan sekolah yang sudah berlaku. Kalaupun ada sekolah yang berafiliasi dengan pendidikan Islam yang menjadikan jilbab sebagai bagian dari aturan seragam sekolah, tetap terdapat pengecualian. Pengecualian tersebut misalnya, meskipun dalam aktivitas belajar sehari-hari para siswi mengenakan jilbab tetapi untuk urusan surat penting seperti ijazah kelulusan, mereka tidak diperbolehkan untuk mengenakan jilbab. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa foto diri harus memperlihatkan konstruksi wajah secara utuh, yaitu bagian telinga dan rambut. Penyikapan terhadap para siswi yang mengenakan jilbab secara ekstrim, seperti pengeluaran dari sekolah, sempat melibatkan ranah hukum. Di beberapa 52 Kees van Dijk, hal. 97. 61 kota besar seperti Bogor, mereka mengadukan perlakuan sekolah ke meja hijau. Seragam jilbab yang dikriminalisasi diajukan para siswi sebagai tindakan yang sangat merugikan. Salah seorang siswi yang sempat mengajukan tuntutan untuk diizinkan berjilbab menuliskan kisahnya dalam bentuk biografi, yaitu Ranti Aryani yang mengalaminya pada tahun 80-an. 53 Dalam proses pengajuan tersebut, masyarakat secara umum melihatnya sebagai sesuatu yang penting untuk dibela. Masyarakat mulai melihat jilbab bukan melulu sebagai cara berpakaian yang aneh. Sementara itu, para perempuan yang lebih dewasa, yang berada di ranah kerja juga mendapatkan perlakuan yang tidak jauh berbeda. Brenner, misalnya mencatat bahwa di jilbab dapat menghambat perkembangan karir. “Nek jilbaban ora munggah pangkate.” Ungkapan tersebut berasal dari seseorang yang bekerja di bidang pemerintahan. 30 Bidang-bidang kerja seperti bisnis, jasa, dunia hiburan adalah dunia yang terbatas bagi para pengguna jilbab. Terlebih gaya busana jilbab yang ada saat itu berbeda benar dengan busana-busana kantoran yang sudah umum, misalnya jas kerja. Kesan fanatik ataupun terlalu tertutup masih belum dapat dilepaskan dari busana jilbab yang umum pada saat itu.

2. Konstelasi Politik Orde Baru dan Islam