Kode Moral dalam Wacana Jilbab

55 merupakan faktor yang mendorong munculnya gejala baru itu, yaitu kehilangan orientasi di kalangan pemuda dari golongan pedesaan yang baru bermigrasi ke pusat-pusat kota dan kembali pada agama sebagai pelipur lara atau menghapus asal-usulnya. 20 Pada intinya, berbagai upaya untuk menjelaskan fenomena jilbab yang telah muncul di tahun 1970-an itu dikaji dengan berbagai macam pendekatan dan menghasilkan bermacam-macam kesimpulan. Bahkan kalangan feminis Barat pun turut serta berargumen bahwa jilbab tidak benar-benar membebaskan mereka karena jilbab adalah berbahaya dan berujung ganda. 49 Jilbab di berbagai negara Timur Tengah, dengan demikian juga merupakan cara berpakaian yang menyebar secara pasti. Cara berpakaian yang secara visual tidak sama persis dengan pakaian tradisional itu telah memicu berbagai penafsiran bahkan reaksi keras. Lalu secara bertahap, juga memasuki masyarakat Indonesia, melalui kalangan perempuan-perempuan muda seperti pelajar dan mahasiswa.

5. Kode Moral dalam Wacana Jilbab

Secara bahasa, istilah jilbab mulai sering digunakan dalam keseharian saat wacananya mulai diperkenalkan. Dalam Al-Qur’an, lebih khusus lagi dalam hadis terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sangat memperhatikan aturan berpakaian bagi muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ayat Al-Qur’an yang secara khusus dirujuk untuk cara berpakaian termaktub dalam Surat Al-Ahzab 33:55 yang berisi tentang bagaimana para istri Nabi dilindungi dari gangguan pengunjung laki-laki. Sementara pada ayat 33:59 adalah soal bagaimana status para istri Nabi dibedakan dengan status orang-orang 49 El Guindi: hal. 258. 56 beriman dari yang lainnya. Sementara kode tingkah laku yang islami secara khusus merujuk pada Surat An-Nur 7 24:30-31 yang diterjemahkan sebagai berikut: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga padangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung khimar ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali kepada suami, ayah, ayah suami, anak laki-laki, anak laki-laki suami, saudara laki-laki atau anak laki-lakinya, anak laki-laki saudara perempuan, atau kepada wanita-wanita di antara mereka, para budak, atau para kasim dan anak-anak di bawah umur; dan jangnlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung. 50 Tiga aspek dalam surat An-Nur menunjukkan bagaimana menyembunyikan dan menampakkan itu sangat terkait dengan ide-ide notions kultural berupa kehormatan, seksualitas, erotisisme, dan privasi. Satu segmen memerintahkan perempuan untuk mengulurkan khimar tutup kepala sampai juyub dada mereka. Khimar adalah satu dari dua perangkat pakaian perempuan yang disebut dalam teks Al-Qur’an. Perangkat lainnya adalah jilbab baju panjang. Definisi jilbab yang dapat kita temukan di dalam teks-teks tertulis selalu merujuk pada akar katanya, jalaabiib bentuk jamak, yang artinya pakaian yang lapang dan luas. Berdasarkan akar kata tersebut biasanya dimaknai bahwa jilbab adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat perempuan. Secara lebih mendetail, aurat perempuan yang dimaksud adalah seluruh tubuh kecuali wajah, pergelangan tangan dan kedua telapak tangan. Meskipun secara bahasa batasan jilbab itu jelas, tetapi pada praktik penggunaannya tidak selalu sederhana. Ada 50 Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama RI Al-Aliyy, Penerbit Dipenogoro, Bandung. 57 banyak adaptasi yang dilakukan oleh para penggunanya. El Guindi, seorang antropolog yang menelusuri jilbab sedikit menyinggung bahwa makna jilbab di Indonesia tidak cukup konsisten—ada yang menggunakannya untuk merujuk pada penutup kepala itu sendiri. Sedangkan yang lain menggunakannya untuk merujuk pada pakaian komplit. 51

6. Penyebaran Wacana Jilbab