Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2013
84 •
Adanya keengganan hakim untuk mengoptimalkan mediasi karena ketiadaan sistem rewards and punishments dalam
pelaksanaan mediasi.
Berdasarkan data terakhir pada tahun 2013, tingkat keberhasilan mediasi di lingkungan peradilan umum adalah 21,4,yaitu sebanyak
1.194 perkara dari total 5.573 perkara yang dimediasi. Sedangkan untuk lingkungan peradilan agama, tingkat keberhasilan mediasi
adalah 17,08 dengan jumlah 25.318 perkara dari keseluruhan 148.241 perkara yang dimediasi.
Kondisi demikian mendorong inisiatif Mahkamah Agung RI untuk membentuk Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa
Mahkamah Agung RI berdasarkan SK Ketua MA No.123KMASK VII2013. Pokja ini mengemban amanat mengkaji efektivitas penerapan
kebijakan terkait mediasi yang berlaku termasuk untuk menghasilkan rekomendasi. Kegiatan ini turut didukung oleh program Australia-
IndonesiaPartnership for Justice AIPJ-AUSAID.
C. Pelayanan Terpadu Hak Identitas Hukum
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas pada tahun 2012, terdapat 24 juta anak Indonesia yang tidak memiliki
akta kelahiran, bahkan angka tersebut menjadi 40 juta jika termasuk mereka yang tidak dapat menunjukkan akta kelahiran.
Belum lama ini, AIPJ Australia-Indonesia Partnership for Justice bekerja sama dengan Pusat Kajian Perlindungan Anak PUSKAPA
Universitas Indonesia merilis hasil studi awal tentang identitas hukum. Hasil survei diantaranya menyebut bahwa 64 responden yang
disurvei memandang negatif terhadap akta kelahiran yang hanya mencantumkan nama ibu.
Keberadaan akta kelahiran sangat berkaitan erat dengan adanya bukti perkawinan buku nikah dan bukti perceraian akta cerai. Meski
tidak menyebut angka pasti, survei diatas juga menyebut banyaknya jumlah pasangan suami isteri yang tidak mencatatkan pernikahan
mereka di KUA atau Kantor Catatan Sipil sehingga berimbas kepada anak-anak mereka yang kesulitan memperoleh akta kelahiran yang
mencantumkan nama kedua orang tua mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut, Mahkamah Agung RI bekerja sama dengan Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri sedang
menyusun dan membahas Peraturan Bersama tentang Pelayanan Terpadu terkait pemenuhan hak-hak identitas hukum dalam bidang
Bagian 2 : Akses Terhadap Keadilan
85 itsbat pengesahan nikah, pencatatan nikah dan penerbitan akta
kelahiran. AIPJ juga berperan dalam memfasilitasi keberadaan program ini.
Pelayanan Terpadu yang dijalankan dalam bentuk sidang keliling ini bertujuan untuk:
• Mewujudkan pemenuhan hak atas identitas hukum berupa akta
nikah, akta cerai dan akta kelahiran yang dilakukan dengan mudah, cepat dan biaya ringan;
• Membantu masyarakat yang tidak mampu dalam memperoleh
hak atas identitas hukum; •
Meningkatkan akses terhadap pelayanan di bidang hukum; •
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memiliki identitas hukum yang resmi sebagai syarat
pengakuan negara atas peristiwa hukum yang terjadi.
Pelayanan Terpadu tiga lembaga ini rencananya akan dilaksanakan di setiap KabupatenKota di Indonesia. Pada Desember 2013 ada empat
pengadilan agama yang sudah menjalankan kegiatan ini, yaitu PA Cibinong, PA Girimenang, PA Watampone dan PA Kisaran.
Keempat pengadilan agama tersebut bekerja sama dengan KUA dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dukcapil setempat
untuk memberikan pelayanan perkara itsbat nikah, pencatatan nikah dan penerbitan akta kelahiran. Banyak manfaat yang diperoleh
masyarakat dengan menggunakan layanan terpadu ini. Masyarakat dapat menghemat uang, waktu dan tenaga untuk mendapatkan tiga
jenis identitas hukum yang secara normal hanya bisa didapatkan dari masing-masing instansi melalui prosedur dan biaya tersendiri.
Jenis kegiatan tersebut diatas sesuai dengan dorongan untuk menyelenggarakan pelayan terpadu bagi masyarakat luas seperti yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
D. Mekanisme Penyelesaian Gugatan Sederhana Small Claims.
Untuk membantu meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan terutama bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan, Mahkamah
Agung RI bekerja keras untuk memberikan solusi yang berkeadilan bagi masyarakat pencari keadilan. Salah satunya adalah dengan
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2013
86 memberikan solusi atas penyelesaian perkara gugatan yang sederhana
small claims. Mahkamah Agung RI saat ini sedang menyusun strategi jangka
menengah dan jangka panjang terkait dengan penyelesaian gugatan perdata sederhana. Hal ini dilakukan untuk merespon perkembangan
kegiatan keperdataan yang menuntut penyelesaian sengketa dengan lebih cepat, lebih sederhana dan lebih ringan biaya. Selain itu,
pemberian solusi atas masalah ini juga mendesak dilakukan untuk memberikan akses yang lebih baik terhadap keadilan.
Penyusunan strategi diatas dipercayakan kepada Kelompok Kerja yang dibentuk oleh Ketua Mahkamah Agung RI melalui SK KMA No.
267KMASKX2013 tertanggal 7 Oktober 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Peraturan Mahkamah Agung RI Tentang
Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.Pokja mengemban amanat untuk menyusun rekomendasi dan konsep kerangka kebijakan
yang dapat diambil dalam rangka peningkatan akses terhadap keadilan melalui penyelesaian gugatanperkara sederhana. Kegiatan ini turut
didukung oleh Australia-Indonesia Partnership for Justice AIPJ.
III. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
A. Sidang Keliling
Pelaksanaan sidang keliling dan sidang di tempat tetap zittingplaats adalah suatu bentuk usaha untuk mendekatkan pengadilan ke
masyarakat miskin dan marjinal yang secara geograis dan ekonomi sulit untuk menjangkau pengadilan.
Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 1.632.476.000,- untuk
pelaksanaan zittingplaatz di 23 lokasi. Sedangkan untuk sidang keliling, anggaran yang dialokasikan adalah sebesar Rp. 1.984.423.000,- untuk
pelaksanaan sidang keliling di 105 lokasi.
Realisasi pelaksanaan zittingplaatz pada tahun 2013 telah mencapai target dengan jumlah total pelaksanaan di 23 Pengadilan Negeri
dengan jumlah perkara yang diselesaikan melalui program ini sebanyak 3.164 perkara.
Sementara itu, sidang keliling yang telah dialokasikan untuk 105 pengadilan negeri untuk menyidangkan perkara permohonan akta
kelahiran sesuai SEMA Nomor 6 Tahun 2012, tidak dapat dilanjutkan lagi. Hal ini karena adanya putusan Mahkamah KonstitusiNo. 18PUU-
XI2013 tanggal 30 April 2013 yang menentukan bahwa permohonan